Surah al-Haqqah 69 ~ Tafsir al-Azhar (5/5)

Dari Buku:
Tafsir al-Azhar
Oleh: Prof. Dr. HAMKA

Penerbit: PT. Pustaka Islam Surabaya

Rangkaian Pos: Surah al-Haqqah 69 ~ Tafsir al-Azhar

V

 

وَ لَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيْلِ. لَأَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِيْنِ. ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِيْنَ. فَمَا مِنْكُمْ مِّنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِيْنَ. وَ إِنَّهُ لَتَذْكِرَةٌ لِّلْمُتَّقِيْنَ. وَ إِنَّا لَنَعْلَمُ أَنَّ مِنْكُمْ مُّكَذِّبِيْنَ. وَ إِنَّهُ لَحَسْرَةٌ عَلَى الْكَافِرِيْنَ. وَ إِنَّهُ لَحَقُّ الْيَقِيْنِ. فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ.

69: 44. Dan kalau dia mengata-ngatakan di atas nama Kami sebahagian dari perkataan-perkataan itu.
69: 45. Niscaya akan kami pegang dia pada tangan kanannya.
69: 46. Kemudian itu pasti Kami potong daripadanya urat jantungnya.
69: 47. Maka tidaklah ada seorang juapun daripada kamu yang dapat menghambat.
69: 48. Dan sesungguhnya dia benar-benarlah pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.
69: 49. Dan sesungguhnya Kami tahu benar bahwa di antara kamu ada yang mendustakan.
69: 50. Dan sesungguhnya dia adalah sebenarnya akan jadi penyesalan bagi orang-orang yang kafir.
69: 51. Dan sesungguhnya dia adalah Kebenaran yang nyata meyakinkan.
69: 52. Maka bertasbihlah dengan nama Tuhan engkau Yang Maha Agung.

 

***

Di ayat 43 telah dijelaskan Tuhan bukanlah al-Qur’ān itu semata-mata kata-kata dari Muḥammad, Rasūl Allah, dan turun dari Tuhan Rabb-ul-‘Ālamīn. Muḥammad hanya tinggal menyampaikan belaka. Kemudian itu di sini Tuhan menegaskan bahwa sehuruf demi sehuruf disampaikan oleh Muḥammad itu apa yang difirmankan Tuhan. Tidak boleh dia tambah dengan katanya sendiri walaupun satu kalimat dan tidak pula boleh dia kurangi, sehingga; “Dan kalau dia mengata-ngatakan di atas nama Kami sebahagian dari perkataan-perkataan itu.” (Ayat 44), ditambahi atau dikuranginya, walaupun satu huruf, atau satu noktah, atau bacaannya tersalah, sehingga berobah artinya, atau hurufnya bertukar sehingga jauh dari yang dimaksud semula; “Niscaya akan kami pegang dia pada tangan kanannya.” (Ayat 45). Arti cara kasarnya ialah bahwa Nabi Muḥammad s.a.w. itu akan “ditangkap”, yaitu cara penangkapan Tuhan! Dia akan dituntut dan diminta pertanggung-jawabannya, mengapa ditambah-tambah, mengapa dikurangi mengapa dirobah titiknya atau barisnya atau hurufnya. Dengan demikian dia telah melanggar amanat! Dia tidak shiddiq atau jujur lagi. “Kemudian itu pasti Kami potong daripadanya urat jantungnya.” (Ayat 46). Dipakai perkataan tsumma (kemudian itu), yaitu bahwa setelah dia ditangkap atau dihentikan kegiatannya sebab dia telah berkhianat. Setelah diperiksa dengan seksama dipotonglah urat jantungnya, artinya dihukum matilah Nabi itu! Demikian kerasnya peraturan Tuhan.

Dan itu semuanya adalah kehendak Tuhan. Dan sebagai telah Tuhan firmankan di atas tadi, bahwa Nabi yang Allah utus ini adalah Rasūl yang mulia, orang yang dihormati, bahkan oleh Tuhan Sendiri. Sebagai telah kita ketahui pada awal Surat yang sebelum ini (al-Qalam) dia pernah mendapat pujian sangat tinggi dari Tuhan; “Sesungguhnya engkau adalah seorang yang mempunyai budi pekerti yang agung!..…”

Pada ayat ini sendiripun kita melihat dengan jelas bagaimana teguhnya Nabi kita Muḥammad s.a.w. memegang amanat. Ayat-ayat 45, 46 dan 47 ini mengenai diri beliau, kalau berkhianat akan dibunuh, satu kalimat satu huruf, satu baris atau satu noktah-pun tidak beliau kurangi. Beliau bacakan dengan polos!

Selanjutnya Tuhan berfirman:

Dan tidaklah ada seorang juapun di antara kamu yang dapat menghambat.” (Ayat 47). Artinya bahwasanya kehendak al-Qur’ān itu memenuhi seluruh masyarakat kamu ini tidaklah akan dapat dihambat oleh siapa juapun. Meskipun pada mulanya hanya sedikit di antara kamu yang beriman, dan hanya sedikit di antara kamu yang mau memperhatikan, namun dia akan maju, pengikutnya akan bertambah-tambah terus. Tidak seorangpun di antara kamu yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan buat menghambat kemajuan itu.

Apa yang difirmankan Tuhan ini berlaku terus dari zaman ke zaman, masa ke masa, sejak mulai turunnya sampai kepada masa sekarang ini. Jika di zaman Rasūlullāh s.a.w. pengikutnya mulanya hanya puluhan orang, kemudian ratusan dan setelah itu jadi ribuan, maka di belakang Nabi s.a.w. menjadi jutaan orang. Dalam zaman Tafsīr al-Azhar ini dikarang menurut taksiran kasar penganut isi al-Qur’ān di permukaan bumi ini telah tidak kurang daripada 950,000,000 (sembilan ratus limapuluh juta) di seluruh muka bumi. Dan bukan sekali duakali mereka dimusnahkan, dihalau, dikikis habis, namun bilangannya bertambah banyak juga; Tidak ada seorangpun di antara kamu yang dapat menghambat.

Dan sesungguhnya dia benar-benarlah pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.” (Ayat 48). Maka orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang yang benar-benar ingin hendak mengekalkan perhubungannya yang baik dengan Allah, al-Qur’ān inilah tuntunannya yang sejati. Dengan bimbingan al-Qur’ān inilah dia mendapat jalan yang lurus dan dengan dia mereka mendapat ketenteraman hati. Karena dia benar-benar diturunkan langsung dari Tuhan buat jadi obat bagi segala hati. Tetapi sebaliknya, orang-orang yang cintanya tiada lekat kepada Tuhan yang menciptakannya, melainkan cintanya lekat kepada dunia. Bukan Allah yang dia puja, melainkan benda yang diciptakan oleh Tuhan, maka tidaklah mereka akan mendapat petunjuk dari al-Qur’ān. Itu sebabnya selanjutnya Tuhan berfirman:

Dan sesungguhnya Kami tahu benar bahwa di antara kamu ada yang mendustakan.” (Ayat 49). Bagi orang-orang yang mendustakan ini, tidaklah ada bagi mereka alasan buat menolak Kebenaran al-Qur’ān. Setinggi-tinggi pertahanan mereka hanyalah semata-mata mempertahankan apa yang telah diterima dari nenek-moyang. Nenek moyang menyembah berhala, merekapun menyembah berhala pula. Apa sebab berhala yang disembah, mereka tidak mau menyelidikinya. Oleh karena yang mereka tantang dan dustakan itu ialah Kebenaran, sedang Kebenaran itu hanya satu, tidak berbilang, sebab Kebenaran itu adalah salah satu nama dan sifat dari Tuhan, pastilah mereka juga yang akan runtuh. Sebab tempat mereka bergantung sangatlah lapuk.

Dan sesungguhnya dia adalah sebenarnya akan jadi penyesalan bagi orang-orang yang kafir.” (Ayat 50). Ayat ini adalah sambungan dan akibat dari kedua ayat yang sebelumnya. Jika orang-orang yang bertaqwa mendapat pelajaran dari al-Qur’ān, lalu mereka itu maju ke muka, setia menjalankan perintah Tuhan dan menghentikan larangan-Nya, dan dijadikannya al-Qur’ān itu pedoman dari hidupnya, niscayalah keselamatan yang akan mendapat kemenangan karena tidak mau mengambil al-Qur’ān menjadi pedoman hidup. Mereka masih mempertahankan hal yang pasti runtuh. Mereka hendak surut ke belakang, yang di zaman sekarang dinamai reaksioner, padahal jalan hidup menuju ke muka. Sebab itu mereka akan menyesal karena tidak jadi pengikut al-Qur’ān. Ar-Rāzī mengatakan bahwa penyesalan itu akan terjadi, di akhirat kelak melihat orang-orang yang bertaqwa dan beriman menerima ganjaran kemuliaan karena hidupnya yang menuruti bimbingan Ilahi, dan demikian pula di dunia ini. Mereka akan menyesal mengapa tidak sejak semula mendaftarkan diri menjadi pengikut, mengapa hanya jadi penghalang saja. Sedang pengikut-pengikut al-Qur’ān itu di bawah bimbingan Nabi s.a.w. telah mendapat kemegahan, kebesaran, kekuasaan dan Kedaulatan Besar.

Dan sesungguhnya dia adalah Kebenaran yang nyata meyakinkan.” (Ayat 51). Dia, ya‘ni al-Qur’ān itu adalah Kebenaran yang yakin, tidak ada keraguan padanya lagi dan tidak dan hujjah yang mendapat mematahkan dia. Oleh sebab itu; “Maka bertasbihlah engkau” (Pangkal ayat 52). Ucapkanlah kesucian dan puji-pujian terhadap Tuhanmu itu, ya Muḥammad, Utusan Allah Yang Mulia! “Dengan nama Tuhan engkau Yang Maha Agung.” (Ujung ayat 52). Karena dengan diturunkannya al-Qur’ān ini ke dunia mendapat rahmatlah seluruh ‘alam. Apatah lagi orang yang dipilih buat menyampaikannya kepada manusia bukan orang lain, melainkan adalah engkau sendiri.

Dengan ujung ayat seperti ini diberikanlah petunjuk kepada kita Ummat Muḥammad untuk mensyukuri ni‘mat dan Rahmat Ilahi, dengan mengucapkan tasbih terhadap-Nya, bukan dengan membanggakan diri karena menerima itu.

 

Selesai Tafsīr al-Ḥāqqah dengan ucapan
Subḥānallāh wal-ḥamdu lillāh.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *