Hati Senang

Surah al-Haqqah 69 ~ Tafsir al-Aisar (3/3)

TAFSĪR AL-AISAR
(Judul Asli: أَيْسَرُ التَّفَاسِيْرِ لِكَلَامِ الْعَلِيِّ الْكَبِيْرِ)
Edisi Indonesia:
Tafsir al-Qur’an al-Aisar (Jilid 7)

Penulis: Syaikh Abū Bakar Jābir al-Jazā’irī


(Jilid ke 7 dari Surah Qāf s.d. an-Nās)   Penerbit: Darus Sunnah

Sūrat-ul-Ḥāqqah: Ayat 38-52

فَلَا أُقْسِمُ بِمَا تُبْصِرُوْنَ. وَ مَا لَا تُبْصِرُوْنَ. إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُوْلٍ كَرِيْمٍ. وَ مَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ قَلِيْلًا مَا تُؤْمِنُوْنَ. وَ لَا بِقَوْلِ كَاهِنٍ قَلِيْلًا مَا تَذَكَّرُوْنَ. تَنْزِيْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَ لَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيْلِ. لَأَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِيْنِ. ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِيْنَ. فَمَا مِنْكُمْ مِّنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِيْنَ. وَ إِنَّهُ لَتَذْكِرَةٌ لِّلْمُتَّقِيْنَ. وَ إِنَّا لَنَعْلَمُ أَنَّ مِنْكُمْ مُّكَذِّبِيْنَ. وَ إِنَّهُ لَحَسْرَةٌ عَلَى الْكَافِرِيْنَ. وَ إِنَّهُ لَحَقُّ الْيَقِيْنِ. فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ.

69: 38. Maka Aku bersumpah demi apa yang kamu lihat,
69: 39. dan demi apa yang tidak kamu lihat.
69: 40. Sesungguhnya ia (al-Qur’ān) itu benar-benar wahyu (yang diturunkan kepada) Rasūl yang mulia,
69: 41. dan ia (al-Qur’ān) bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.
69: 42. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran darinya.
69: 43. Ia (al-Qur’ān) adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam.
69: 44. Dan sekiranya dia (Muḥammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami,
69: 45. Pasti Kami pegang dia pada tangan kanannya.
69: 46. Kemudian Kami potong pembuluh jantungnya.
69: 47. Maka tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami untuk menghukumnya).
69: 48. Dan sungguh, al-Qur‘ān itu pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.
69: 49. Dan sungguh, Kami mengetahui bahwa di antara kamu ada orang yang mendustakan.
69: 50. Dan sungguh, al-Qur’ān itu akan menimbulkan penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat).
69: 51. Dan sungguh, al-Qur’ān itu kebenaran yang meyakinkan.
69: 52. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Agung.

PENJELASAN KATA

(بِمَا تُبْصِرُوْنَ. وَ مَا لَا تُبْصِرُوْنَ.) Bimā Tubshirūn wa Mā Lā Tubshirūn: Setiap makhluq di bumi dan di langit.

(إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُوْلٍ كَرِيْمٍ.) Innahu Laqaulu Rasūlin Karīmin: Yang dimaksud adalah al-Qur’ān yang disampaikan oleh Rasūl yang mulia, yaitu Muḥammad s.a.w.

(وَ لَا بِقَوْلِ كَاهِنٍ) Wa Lā Biqauli Kāhinin: Al-Qur’ān bukan perkataan tukang tenung. Karena bacaan tukang tenung (tukang sihir) tidak bersajak sedikit pun.

(لَأَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِيْنِ.) La Akhadznā Minhu bil-Yamīni: Dengan kekuatan. Kami akan mengambil tangan kanannya agar Kami bisa membunuhnya.

(ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِيْنَ.) Tsumma Laqatha‘nā Minh-ul-Watīna: Urat jantung yang apabila terputus, maka matilah manusia.

(حَاجِزِيْنَ.) Ḥājizīna: Yaitu orang-orang yang mencegahnya. Ayat ini adalah khabar (penjelas) dari “mā nāfiyah” (yang menafikan) yang bekerja seperti kata kerja “laisa” Dijama‘kan, karena (terkadang) kata “aḥadun” menunjukkan bentuk jama‘, seperti firman-Nya: “lā nufarriqu baina aḥadin min rasūlihi.” (QS. al-Baqarah: 257). Sedangkan kata “baina” (antara) hanya diletakkan di antara dua benda atau lebih dari dua.

(وَ إِنَّهُ لَحَسْرَةٌ عَلَى الْكَافِرِيْنَ.) Wa Innahu Laḥasratun ‘Alal-Kāfirīna: Pendustaan terhadap al-Qur’ān merupakan pernyesalan di hari Kiamat bagi orang-orang yang mendustakannya.

(وَ إِنَّهُ لَحَقُّ الْيَقِيْنِ.) Wa Innahu Laḥaqq-ul-Yaqīni: Yang telah tetap dalam bentuk keyakinan atau keyakinan yang benar.

(فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ.) Fasabbiḥ Bismi Rabbik-al-‘Azhīm: (7071) Sucikanlah Tuhanmu Yang Maha Agung, segala sesuatu di hadapan-Nya sangat kecil dan hina. Oleh karena itu, katakanlah: “Maha Suci Allah Tuhanku Yang Maha Agung.”

MAKNA AYAT 38-52 SECARA UMUM

Allah ta‘ālā berfirman: “Maka Aku bersumpah (7082) dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat”, maka tidaklah (7093) perkara seperti apa yang kalian lihat dan katakan wahai para pendusta! Aku bersumpah dengan apa yang kalian lihat dan apa yang kalian tidak bisa melihatnya seperti makhluq-makhluq yang ada di bumi dan di langit.

Sesungguhnya al-Qur’ān itu” yaitu al-Qur’ān al-Karīm, “benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasūl yang mulia”, atas perintah Tuhannya. Penerimanya adalah Muḥammad s.a.w. Sesungguhnya penyampaian dan perkataannya kepada kalian bukan merupakan perkataan seorang penyair, sebagaimana yang kalian katakan sebagai bentuk pendustaan kalian, “Sedikit sekali (7104) kamu beriman kepadanya,” maksudnya iman kalian sangat sedikit dan sempit. Kalau saja iman kalian luas, tentu kalian akan beriman kepada al-Qur’ān bahwa al-Qur’ān adalah firman dan wahyu Allah. Bukan sya‘ir, karena banyak sekali perbedaannya di dalam segi aturan dan ma‘nanya.

Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya”. Maksudnya al-Qur’ān bukan perkataan tukang tenung. Akan tetapi, kalian tidak mau mengambil pelajaran darinya. Maksudnya kalian hanya sedikit mengambil pelajaran. Andai saja kalian mengambil banyak pelajaran dari al-Qur’ān, tentu kalian akan benar-benar mengetahui bahwa al-Qur’ān bukanlah perkataan tukang tenung. Karena al-Qur’ān berisi kejujuran dan kebenaran dan petunjuk yang sangat bertolak belakang dengan perkataan tukang tenung yang penuh dengan kedustaan dan perkataannya merupakan dosa. Di manakah letak persamaan antara al-Qur’ān dan perkataan tukang tenung? Di manakah letak persamaan antara Muḥammad s.a.w. dengan tukang tenung, pengikut syaithan?

Wahai pendusta yang sesat! Sesungguhnya al-Qur’ān adalah wahyu yang telah diturunkan oleh Allah, Tuhan semesta alam! “Seandainya dia (Muḥammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami”, (7115) kemudian menyandarkannya atas nama Kami, maka “Niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya”, maksudnya Kami akan menindaknya dan akan Kami ambil tangan kanannya kemudian akan Kami potong urat jantungnya sehingga ia binasa. Karena urat jantung adalah urat yang sangat vital, apabila diputus, maka matilah manusia. Kemudian jika Kami melakukan hal ini, siapakah dari kalian yang dapat menghalanginya? Inilah ma‘na firman Allah ta‘ālā, “Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu”, (7126) dan firman-Nya, “Dan sesungguhnya al-Qur‘ān itu”, yaitu al-Qur’ān al-Karīm, “benar-benar suatu pelajaran, (7137) yaitu wasiat yang besar, “bagi orang-orang yang bertaqwa”, (7148) yaitu yang merasa takut akan siksa Allah dan balasan-Nya.

Dan sesungguhnya Kami benar-benar mengetahui bahwa di antara kamu,” (7159) wahai manusia, “ada orang yang mendustakan (nya)”, Kami Maha Tahu tentang mereka dan akan Kami balas perlakuan mereka itu. “Dan sesungguhnya al-Qur’ān itu benar-benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat)”, (71610) yaitu di hari Kiamat ketika mereka melihat orang-orang yang beriman masuk ke dalam surga, sedangkan orang-orang yang mendustakannya akan diseret ke neraka Jahannam.

Dan sesungguhnya al-Qur’ān itu benar-benar kebenaran yang diyakini”. (71711) Maksudnya keyakinan yang sangat benar. Setelah pengukuhan ini yang berkenaan dengan pengukuhan terhadap wahyu dan kenabian, maka Allah menyuruh Rasūl-Nya yang telah didustakan risalahnya oleh orang-orang yang mendustakannya untuk meminta tolong dengan kesabaran, yaitu dengan selalu berdzikir kepada Allah. Maka Allah ta‘ālā berfirman: “Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu Yang Maha Besar”. Katakanlah: “Maha Suci Allah Tuhanku Yang Maha Agung.” Menyucikan nama-Nya dari segala bentuk penyelewengan dan kemudian agungkanlah Rabbmu setinggi-tingginya, karena Dia-lah Dzāt Yang Maha Tinggi, Maha Agung.

PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL DARI AYAT 38-52.

  1. Allah ta‘ālā berhak untuk bersumpah atas nama makhluq sesuai dengan kehendak-Nya, dikarenakan hikmah yang tinggi. Sedangkan hamba-Nya tidak berhak untuk bersumpah atas nama makhluq, kecuali atas nama Allah.
  2. Penetapan wahyu dan kenabian Muḥammad.
  3. Menyifati Rasūlullāh dengan kemuliaan dan dengan karamahnya yang diterimanya dari Allah.
  4. Rasūlullāh s.a.w. tidak akan berdusta kepada Allah, tidak ada kemampuan sedikit pun akan hal tersebut walaupun beliau berkehendak. Orang yang tidak berani berdusta kepada manusia, maka ia tidak akan berani berdusta kepada Allah, sebagaimana yang dikatakan Heraklius, “Berdusta kepada manusia saja tidak berani, bagaimana mungkin ia berani berdusta kepada Allah?” Sebagai bantahan terhadap Abū Sufyān ketika ia berkata: “Setahu kami, ia (Muḥammad) belum pernah berdusta sedikit pun.”
  5. Kewajiban bertasbih dengan membaca:

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ.

Maha Suci Allah, Tuhanku Yang Maha Agung,” karena ketika turun ayat ini, Nabi s.a.w. bersabda kepada para shahabatnya: “Bacalah doa ini ketika kalian ruku‘.” Maka menjadi sunnah mu’akkad untuk membacanya “Maha Suci Allah, Tuhanku Yang Maha Agung,” sebanyak tiga kali atau lebih ketika ruku‘.

Catatan:

  1. 707). Huruf “bā’” di dalam ayat ini untuk menunjukkan kepemilikan dan sebagai huruf “bā’” tambahan untuk menguatkan perkataan. Diperkirakan berbunyi, “sucikanlah nama Tuhanmu”. Maksudnya “sucikanlah nama Tuhanmu dan jangan menyebut-Nya dengan suatu nama yang tidak layak.” Karena orang-orang musyrik memberi nama “al-‘uzza” sebagai ganti dari nama “al-‘azīz” nama “al-lāta” sebagai ganti dari kata “Ilāh” (Allah). Bisa juga dengan nama sesuatu yang mendekati dan diperkirakan berbunyi: “sucikanlah Tuhanmu.” Maksudnya “sucikanlah Allah dari sifat memiliki teman, serupa (dengan makhluq) dan dari segala sifat kekurangan. Karena Allah-lah yang Maha Agung yang tidak ada lebih agung daripada Allah.
  2. 708). Huruf “fā’” di dalam ayat ini untuk mengelompokkan. Maksudnya untuk mengukuhkan bahwa al-Qur’ān benar-benar diturunkan dari Allah dan sebagai bantahan atas tuduhan orang-orang musyrik.
  3. 709). Hal ini menandakan bahwa perkataan sebelumnya tidak bisa ditolak dan bukan merupakan tambahan untuk menguatkan perkataan yang lebih utama daripada penafiannya. Karena seperti yang diketemukan di ayat-ayat awal surat al-Qiyāmah dan surat al-Balad padahal sebelumnya tidak ada yang menafikannya. Seakan-akan ayat tersebut berbunyi: “Aku (Allah) tidak perlu bersumpah. Karena hal ini tidak membutuhkan sumpah.”
  4. 710). Kata “qalīlan” boleh dijadikan di dua tempat dengan maksud penafian hal itu secara keseluruhannya. Karena sangat jarang terjadi. Kata “qalīlan” merupakan kata keterangan untuk sebuah kata yang dihilangkan yang diperkirakan berbunyi, “īmānan qalīlan” (iman sedikit).
  5. 711). Mengada-ada adalah ungkapan untuk sebuah perkataan yang ditujukan kepada orang yang tidak pernah mengucapkannya. Kata “al-aqāwīlu” adalah bentuk jama‘ dari kata “aqwālun” yang merupakan kata jama‘ dari kata “qaulun” (perkataan).
  6. 712). Huruf “min” di dalam ayat ini adalah huruf tambahan untuk menguatkan bantahan dan untuk mengkhususkan sesuatu yang umum. Di dalam ayat itu terdapat dalil bahwa siapa saja yang mengaku-ngaku menerima wahyu (menjadi nabi), maka umurnya tidak akan lama, karena Allah akan segera memcabut ruhnya.
  7. 713) Kata “at-tadzkirah” adalah kata bentukan yang memiliki arti peringatan, yaitu sebagai peringatan untuk orang yang lalai.
  8. 714). Hanya khusus untuk orang-orang yang bertaqwa. Karena merekalah orang-orang yang bisa mengambil manfaat dari hal tersebut karena disambut dengan kekuatan iman, amal baik serta ketaatan mereka.
  9. 715). Di dalam ayat ini ada kalimat yang diringkas. Diperkirakan berbunyi: “Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang rasul kepada kalian dengan (membaca) al-Qur’ān ini dan Kami tahu bahwa akan muncul para pendusta.”
  10. 716). Kata ganti orang yang terdapat di dalam ayat ini boleh ditujukan kepada pendustaan. Karena pendustaan mereka ini akan menjadikan para pelakunya (mereka, orang-orang kafir) menyesal di hari Kiamat kelak. Boleh juga kata ganti orang di dalam ayat ini ditujukan kepada al-Qur’ān. Karena mereka (orang-orang kafir) tidak beriman dan tidak mengamalkan seluruh ajaran al-Qur’ān.
  11. 717). Yang dimaksud adalah al-Qur’ān al-Karīm.
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.