Surah al-Haqqah 69 ~ Tafsir al-Aisar (1/3)

TAFSĪR AL-AISAR
(Judul Asli: أَيْسَرُ التَّفَاسِيْرِ لِكَلَامِ الْعَلِيِّ الْكَبِيْرِ)
Edisi Indonesia:
Tafsir al-Qur’an al-Aisar (Jilid 7)

Penulis: Syaikh Abū Bakar Jābir al-Jazā’irī

(Jilid ke 7 dari Surah Qāf s.d. an-Nās)
 
Penerbit: Darus Sunnah

Rangkaian Pos: Surah al-Haqqah 69 ~ Tafsir al-Aisar

SŪRAT-UL-ḤĀQQAH

MAKKIYYAH
JUMLAH AYAT: 52 AYAT

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Sūrat-ul-Ḥāqqah: Ayat 1-12

الْحاقَّةُ. مَا الْحَاقَّةُ. وَ مَا أَدْرَاكَ مَا الْحَاقَّةُ. كَذَّبَتْ ثَمُوْدُ وَ عَادٌ بِالْقَارِعَةِ. فَأَمَّا ثَمُوْدُ فَأُهْلِكُوْا بِالطَّاغِيَةِ. وَ أَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوْا بِرِيْحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ. سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَ ثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُوْمًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيْهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ. فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِّنْ بَاقِيَةٍ. وَ جَاءَ فِرْعَوْنُ وَ مَنْ قَبْلَهُ وَ الْمُؤْتَفِكَاتُ بِالْخَاطِئَةِ. فَعَصَوْا رَسُوْلَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَّابِيَةً. إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ. لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَ تَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ.

69: 1. Hari Kiamat,
69: 2. apakah hari Kiamat itu?
69: 3. Dan tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?
69: 4. Kaum Tsamūd dan ‘Ād telah mendustakan hari Kiamat.
69: 5. Maka adapun kaum Tsamūd, mereka telah dibinasakan dengan suara yang luar biasa,
69: 6. sedangkan kaum ‘Ād, mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin,
69: 7. Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus; maka kamu melihat kaum ‘Ād pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk).
69: 8. Maka adakah kamu melihat seorang pun yang tersisa di antara mereka?
69: 9. Kemudian datang Fir‘aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkir-balikkan karena kesalahan yang besar.
69: 10. Maka mereka mendurhakai utusan Tuhannya, Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras.
69: 11. Sesungguhnya ketika air telah naik (sampai ke gunung), Kami membawa (nenek moyang) kamu ke dalam kapal,
69: 12. agar Kami jadikan (peristiwa itu) sebagai peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar.

PENJELASAN KATA

(الْحاقَّةُ.) Al-Ḥāqqah (6801): Waktu yang akan (pasti) terjadi, yaitu hari Kiamat.

(بِالْقَارِعَةِ.) Bil-Qāri‘ah: Dengan kiamat, karena sangat menggetarkan hati, menakutkan, dan penuh kengerian.

(بِرِيْحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ.) Bi Rīḥin Sharsharin ‘Ātiyah: Angin bersuara keras laksana badai yang bertiup keras.

(حُسُوْمًا) Ḥusūma: Secara terus-menerus menghamburkan (meluluh-lantakan) segala sesuatu. Tidak berhenti ibarat sebuah terapi kay (sengatan besi panas) untuk menyembuhkan sebuah penyakit.

(كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ.) Ka Annahum A‘jāzun Nakhlin Khāwiyah: Pohon kurma yang tumbang karena telah lapuk dan keropos.

(وَ الْمُؤْتَفِكَاتُ بِالْخَاطِئَةِ.) Wal-Mu’tafikātu bil-Khāti’ah: Mu’tifikah adalah kampung Nabi Lūth yang banyak melakukan perbuatan dosa.

(أَخْذَةً رَّابِيَةً.) Akhdzat-ar-Rābiyah: Bertambah keras.

(لَمَّا طَغَى الْمَاءُ) Lammā Thaghā-l-Mā’u: Menenggelamkan segala sesuatu, seperti gunung-gunung dan lain sebagainya.

(حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ.) Ḥamalnākum fil-Jāriyah: Perahu yang dibuat oleh Nabi Nūḥ yang dapat menyelamatkan beliau dan orang-orang mu’min.

(وَ تَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ.) Wa ta‘iyahā Udzunun Wā‘iyah: Semuanya terekam dan terdengar telinga.

MAKNA AYAT 1-12 SECARA UMUM

Firman Allah ta‘ālā: “Hari Kiamat (6812), apakah hari Kiamat itu?” (6823) seperti apakah Kiamat itu? Tahukah kamu, (6834) apakah hari Kiamat itu? Apakah engkau mengetahuinya? Yang dimaksudkan yaitu hari Kiamat, karena pasti terjadinya dan mustahil tidak akan terjadi. Allah ta‘ālā berfirman: “Kaum Tsamūd dan ‘Ād (6845) telah mendustakan hari Kiamat,” Kaum Tsamūd adalah kaum Nabi Shāliḥ, sedangkan kaum ‘Ād adalah kaum Nabi Hūd. Mereka semua mendustakan hari Kiamat. Mereka seperti orang-orang kafir Quraisy yang mendustakan hari kebangkitan dan hari pembalasan. Kaum Tsamūd telah dibinasakan oleh Allah dengan kejadian yang luar biasa. Karena mereka telah melampaui batas dan menentang perintah Allah. Allah membinasakan mereka dengan petir yang mengguntur (sangat keras). (6856) Sedangkan kaum ‘Ād dibinasakan dengan angin yang sangat dingin dan sangat kencang. Angin tersebut bersuara keras dan sangat kencang. Allah mengutus angin tersebut untuk membinasakan mereka terus-menerus selama delapan hari tujuh malam. (6867).

Firman-Nya: “maka kamu lihat”, wahai Rasūl Kami, “kaum ‘Ād pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk),” engkau melihat kaum ‘Ād pada malam-malam itu bergelimpangan di tanah, seakan-akan mereka seperti pohon kurma kosong yang tidak memiliki apa-apa. “Maka kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal di antara mereka,” tidak ada seorang pun yang Kami selamatkan dari mereka. Seluruhnya dihancurkan dan binasa! Allah ta‘ālā berfirman: “Dan telah datang Fir‘aun dan orang-orang yang sebelumnya,”seperti kaum Nūḥ, ‘Ād, Tsamūd dan al-Mu’tafikah (6878) yang telah dijungkirbalikkan karena dosa besar mereka. Menyekutukan Allah dan bermaksiat kepada-Nya. Kemudian hal ini dijelaskan dengan firman-Nya: “Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasūl Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras” sangat keras, tidak ada bandingnya.

Firman-Nya: “Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik,” air tsunami yang menghancurkan kaum Nabi Nūḥ, “Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera” yakni Kami membawa nenek moyang kamu ke dalam kapal Nūḥ a.s.. Allah ta‘ālā berfirman: “agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu” (6889) Kami menjadikan perahu tersebut sebagai peringatan dan pelajaran bagimu agar selalu diingat dan didengar oleh telinga yang mau mendengarkan dan tidak melupakannya, karena merupakan kebenaran dan kebaikan.

PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL DARI AYAT 1-12.

  1. Penetapan adanya hari kebangkitan dan hari pembalasan.
  2. Menjelaskan bahwa kaum ‘Ād dan Tsamūd adalah dua kaum yang telah mendustakan hari kebangkitan dan penjelasan hukuman Allah yang menimpa mereka.
  3. Penjelasan bahwa sikap maksiat kepada Rasūl akan menuai ‘adzab di dunia dan di akhirat.
  4. Peringatan akan kejadian banjir besar yang penuh dengan ibrah dan peringatan.

Sūrat-ul-Ḥāqqah: Ayat 13-18

فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّوْرِ نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ. وَ حُمِلَتِ الْأَرْضُ وَ الْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً. فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ. وَ انْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ. وَ الْمَلَكُ عَلَى أَرْجَائِهَا وَ يَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ. يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُوْنَ لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ.

69: 13. Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup,
69: 14. dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali benturan.
69: 15. Maka pada hari itu terjadilah hari Kiamat,
69: 16. dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi rapuh.
69: 17. Dan para malaikat berada di berbagai penjuru langit. Pada hari itu delapan malaikat menjunjung ‘Arasy (singgasana) Tuhanmu di atas (kepala) mereka.

69: 18. Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tidak ada sesuatu pun dari kamu yang tersembunyi (bagi Allah).

PENJELASAN KATA

(نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ.) Nafkhatun Wāḥidatun: Tiupan pertama.

(وَ حُمِلَتِ الْأَرْضُ وَ الْجِبَالُ) Ḥumilat-il-Ardhu wal-Jibālu: Dicabut dari tempatnya.

(فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً.) Fadukkatā dakkatan wāḥidatan: Ditabrakkan satu sama lainnya sehingga hancur menjadi debu-debu halus.

(وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ.) Waqa‘at-il-Wāqi‘ah: Terjadinya hari Kiamat.

(فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ.) Fahiya Yauma’idzin Wāhiyatun: Menjadi lunak serta lemah kekuatannya.

(عَلَى أَرْجَائِهَا) ‘Alā Arjā’ihā: Di penjuru dan tepinya.

(ثَمَانِيَةٌ.) Tsamāniyatun: Yaitu para malaikat pembawa ‘Arasy yang berjumlah delapan malaikat.

(لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ.) Lā Takhfā Minkum Khāfiyatun: Tidak ada rahasia kalian yang tersembunyi.

MAKNA AYAT 13-18 SECARA UMUM

Ayat di atas masih berisi penjelasan tentang hari Kiamat sebagai bentuk pengukuhan terhadap ‘aqīdah (keyakinan) hari kebangkitan dan hari pembalasan yang akan menjadi motivator untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kejelekan di dunia. Maka Allah ta‘ālā berfirman: “Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup” (68910) yaitu apabila malaikat Isrāfīl meniup sangkakala, sejenis terompet, ketika tiupan pertama kali. Inilah yang dimaksud dengan firman-Nya: “sekali tiup”, dan firman-Nya: “dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur”, yaitu dipukulkan satu sama lain sehingga hancur dan menjadi debu yang halus.

Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat”, yaitu terjadinya hari Kiamat, “dan terbelahlah langit”, yaitu langit terbelah dan retak, “karena pada hari itu langit menjadi lemah”, dan lunak. “Dan malaikat-malaikat (69011) berada di penjuru-penjuru langit”, yaitu berada di penjuru dan tepi langit. “Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka”, yaitu delapan (69112) malaikat. Empat malaikat pembawa ‘Arsy selamanya kemudian ditambah empat malaikat lagi sehingga berjumlah delapan malaikat.

Allah ta‘ālā berfirman: “Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah)”, (69213) maksudnya rahasia yang kalian sembunyikan.

PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL DARI AYAT 13-18.

  1. Penetapan tentang adanya hari kebangkitan dan pembalasan.
  2. Penjelasan tentang tatacara pemutarbalikan alam karena kehidupan manusia berakhir dan berganti dengan kehidupan baru.
  3. Penetapan adanya hari ketika menghadap Allah untuk dihisab kemudian mendapat balasan.

Catatan:

  1. 680). Ayat ini menjadi nama untuk surat ini. Imām Aḥmad meriwayatkan bahwa ‘Umar r.a. berkata: “Suatu hari, sebelum aku masuk Islam, aku pernah pergi ke kota Makkah untuk mengintip Rasūlullāh s.a.w. Ketika itu, aku melihat beliau telah mendahuluiku masuk ke dalam Masjid-ul-Ḥarām. Kemudian aku berdiri di belakang beliau. Kemudian beliau membacakan surat al-Ḥāqqah yang membuatku takjub dari susunan gaya bahasa al-Qur’ān. Aku pun berkata di dalam hati: “Demi Allah, Muḥammad adalah seorang penya‘ir!” Ketika itu beliau membaca: “dan al-Qur’ān bukan ucapan seorang penya‘ir, tetapi sedikit sekali yang beriman kepadanya,” maka aku pun berkata di dalam hatiku: “Muḥammad adalah seorang dukun!” Kemudian beliau melanjutkan bacaannya: “dan juga bukan perkataan seorang dukun. Sedikit sekali yang mau mengambil pelajaran. Al-Qur’ān turun dari sisi Allah Tuhan alam semesta.” Beliau membacanya sampai akhir surat al-Ḥāqqah. Setelah ini, di hatiku berkecamuk berbagai macam perasaan. Sebagian para ‘ulamā’ menamakan surat ini dengan nama surat as-Silsilah dan sebagian ‘ulamā’ lain menyebutnya dengan nama surat ad-Dā‘iyah.
  2. 681). Kata “al-Ḥāqqah” adalah isim fā‘il (kata petunjuk pelaku) dari kata “ḥaqq-asy-syai’i fahuwa ḥaqqan” apabila telah benar-benar terjadi. Secara zhahirnya, surat ini merupakan keterangan untuk hari Kiamat yang pasti akan terjadi (tetapi tidak ditampilkan). Pendapat yang ada di dalam tafsir ini lebih utama dan lebih jelas.
  3. 682). Huruf “” adalah kata tanya yang digunakan untuk menakut-nakuti dan mengagungkan. Oleh karena itu, hari Kiamat adalah hari yang sangat agung, tidak ada yang mengetahui hakikatnya.
  4. 683). Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās r.a. dan Sufyān bin ‘Uyainah, “Semua ayat di dalam al-Qur’ān yang berbunyi “wa mā adrāka” dalam bentuk kalimat lampau (past tense), sesungguhnya Allah telah memberitahukan hal tersebut. Sedangkan seluruh ayat yang memakai kalimat dalam bentuk sekarang atau akan datang (continous tense), yaitu dengan kalimat: “wa mā yudrīka” sesungguhnya Allah tidak memberitahukan hal tersebut. Contohnya: “tahukah kamu apakah neraka Hāwiyah itu? yaitu api yang sangat panas,” “tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan,” dan contoh yang kedua adalah “Dan tahukah engkau, boleh jadi hari Kiamat itu sudah dekat waktunya.
  5. 684). Ayat yang berbunyi: “kadzdzabat tsamūdu” adalah kalimat baru yang menerangkan tentang orang-orang yang mendustakan hari Kiamat. Hari Kiamat dinamakan juga dengan nama “al-Qāri‘ah” diambil dari perkataan mereka, “qawāri‘-ud-dahri” yaitu kengerian dan huru-haranya yang menciutkan hati.
  6. 685). Kejadiannya seperti tiupan terompet (di hari Kiamat). Kaum Tsamūd adalah kaum Nabi Shāliḥ. Rumah-rumah mereka terbuat dari batu yang terletak di antara Syām (Palestina dan sekitarnya) dan Ḥijāz (daerah ‘Arab, Makkah, dan sekitarnya). Sekarang daerah mereka dikenal dengan nama “Madā’in Shāliḥ” yang berjarak beberapa mil dari kota al-‘Ulā. Adapun daerah kaum ‘Ād, yaitu di daerah “al-Aḥqāf” yaitu daerah berpasir yang terletak di antara Oman dan Ḥadhramaut di Yaman. Mereka telah binasa dengan angin topan (badai besar).
  7. 686). Dikatakan bahwa kejadiannya dimulai dari hari Rabu pagi, minggu akhir di bulan Syawwāl, yaitu di akhir musim dingin.
  8. 687). Kelima kota mereka dijungkirbalikkan. Yaitu kota Mana, Sha‘ar, ‘Umar, Dauman, dan Sadum. Inilah nama-nama kota besar yang telah dijungkirbalikkan oleh Allah. Tanah bagian atas menjadi bagian bawah.
  9. 688). Kata ganti orang di dalam ayat yang berbunyi: “Liyaj‘alahā” ditujukan kepada pertolongan Allah untuk menyelamatkan orang-orang yang beriman dan menghancurkan orang-orang kafir dan menjadi peringatan dan pelajaran.
  10. 689). Huruf “fā’” di dalam ayat ini berfungsi untuk merinci keadaan di akhirat yang telah disebutkan dan orang-orang yang mendustakannya serta siksa dunia yang mereka terima.
  11. 690). Kata “al-malaku” adalah sebuah nama penyebutan dan yang dimaksud adalah para malaikat dalam jumlah banyak.
  12. 691). Dikatakan bahwa para malaikat berjumlah delapan shaf dan ada juga yang mengatakan berjumlah delapan puluh malaikat. Pendapat yang benar adalah pendapat yang tercantum di dalam tafsir ini.
  13. 692). Ma‘na asal “al-‘Ardhu” (memamerkan) adalah memanjangkan (memperlihatkan) sesuatu kepada orang yang ingin merenungkannya seperti sebuah barang dagangan yang diperlihatkan kepada calon pembeli atau pada zaman sekarang seperti sepasukan tentara yang sedang berbaris. Sedangkan yang dimaksud dengan memamerkan di dalam ayat ini adalah hisab dan pembalasan.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *