Surah al-Hadid 57 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan (3/3)

Tafsīru Hidāyat-il-Insān
Judul Asli: (
هداية الإنسان بتفسير القران)
Disusun oleh:
Abū Yaḥyā Marwān Ḥadīdī bin Mūsā

Tafsir Al Qur’an Al Karim Marwan Bin Musa
Dari Situs: www.tafsir.web.id

Rangkaian Pos: Surah al-Hadid 57 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan

Ayat 22-24: Menerima dan ridhā kepada qadar Allah, dan peringatan kepada kaum mu’min agar tidak bakhil dan enggan berinfāq.

مَا أَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَ لَا فِيْ أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِيْ كِتَابٍ مِّنْ قَبْلِ أَنْ نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيْرٌ.

  1. (17171) Setiap bencana yang menimpa di bumi (17182) dan yang menimpa dirimu sendiri (17193), semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauḥ Maḥfūzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.

لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَ لَا تَفْرَحُوْا بِمَا آتَاكُمْ وَ اللهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍ.

  1. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira (17204) terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong (17215) dan membanggakan diri (17226),

الَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ وَ يَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَ مَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ.

  1. (yaitu) orang-orang yang kikir (17237) dan menyuruh orang lain berbuat kikir (17248). Barang siapa berpaling (dari perintah-perintah Allah), maka sesungguhnya Allah, Dia Mahakaya lagi Maha Terpuji.

Ayat 25-26: Pengutusan para rasūl dan penjelasan tentang maksud dari diutusnya mereka yaitu menyampaikan petunjuk, kabar gembira dan peringatan, serta penjelasan bahwa besi adalah karunia Allah yang merupakan pokok kekuatan untuk membela agama Allah dan memenuhi kebutuhan hidup.

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَ أَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَ الْمِيْزَانَ لِيَقُوْمَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَ أَنْزَلْنَا الْحَدِيْدَ فِيْهِ بَأْسٌ شَدِيْدٌ وَ مَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَ لِيَعْلَمَ اللهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَ رُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللهَ قَوِيٌّ عَزِيْزٌ.

  1. Sungguh, Kami telah mengutus rasūl-rasūl Kami dengan bukti-bukti yang nyata (17259) dan Kami turunkan bersama mereka kitāb (172610) dan neraca (keadilan) (172711) agar manusia dapat berlaku adil (172812). Dan Kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan hebat dan banyak manfaat bagi manusia (172913), dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasūl-rasūlNya walaupun Allah tidak dilihatnya (173014). Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa (173115).

وَ لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوْحًا وَ إِبْرَاهِيْمَ وَ جَعَلْنَا فِيْ ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَ الْكِتَابَ فَمِنْهُمْ مُّهْتَدٍ وَ كَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُوْنَ.

  1. (173216) Dan sungguh, Kami telah mengutus Nūḥ dan Ibrāhīm dan Kami berikan kenabian dan kitāb (wahyu) kepada keturunan keduanya (173317), di antara mereka (173418) ada yang menerima petunjuk (173519) dan banyak di antara mereka yang fāsiq (173620).

Ayat 27-29: Tidak ada rahbāniyyah (kerahiban) dalam agama Allah, ajakan kepada Ahli Kitāb untuk masuk ke dalam Islam agar memperoleh dua pahala, dan penjelasan bahwa kenabian dan hidāyah serta iman di Tangan Allah; Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara makhlūq-Nya.

ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَ قَفَّيْنَا بِعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَ آتَيْنَاهُ الْإِنْجِيْلَ وَ جَعَلْنَا فِيْ قُلُوْبِ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُ رَأْفَةً وَ رَحْمَةً وَ رَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوْهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلَّا ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا فَآتَيْنَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْهُمْ أَجْرَهُمْ وَ كَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُوْنَ.

  1. Kemudian Kami susulkan rasūl-rasūl Kami mengikuti jejak mereka dan Kami susulkan (pula) ‘Īsā putra Maryam (173721); dan Kami berikan Injīl kepadanya (173822) dan Kami jadikan rasa santun dan kasih-sayang dalam hati orang-orang yang mengikutinya (173923). Mereka mengada-adakan rahbaniyyah (174024) padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka (yang Kami wajibkan hanyalah) mencari keridhāan Allah, tetapi tidak mereka pelihara dengan semestinya (174125). Maka kepada orang-orang yang beriman di antara mereka (174226) Kami berikan pahalanya dan banyak di antara mereka yang fāsiq.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَ آمِنُوْا بِرَسُوْلِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَّحْمَتِهِ وَ يَجْعَل لَّكُمْ نُوْرًا تَمْشُوْنَ بِهِ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ وَ اللهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ.

  1. Wahai orang-orang yang beriman (174327)! Bertaqwālah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasūl-Nya (Muḥammad), niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian (174428), dan menjadikan cahaya untukmu yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan (174529) serta Dia mengampuni kamu (174630). Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,

لِئَلَّا يَعْلَمَ أَهْلُ الْكِتَابِ أَلَّا يَقْدِرُوْنَ عَلَى شَيْءٍ مِّنْ فَضْلِ اللهِ وَ أَنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَ اللهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ.

  1. (174731) agar Ahli Kitāb mengetahui bahwa sedikit pun mereka tidak akan mendapat karunia Allah (jika mereka tidak beriman kepada Muḥammad), dan bahwa karunia itu ada di Tangan Allah. Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki (174832). Dan Allah mempunyai karunia yang besar (174933).

Selesai tafsir surah al-Ḥadīd dengan pertolongan Allah dan taufīq-Nya, wal-ḥamdulillāhi Rabb-il-‘ālamīn.

Catatan:

  1. 1717). Allah subḥānahu wa ta‘ālā berfirman menerangkan meratanya qadhā’ dan qadar-Nya.
  2. 1718). Seperti kemarau panjang.
  3. 1719). Ayat ini mencakup semua musibah yang menimpa makhlūq, yang baik maupun yang buruk, di mana semuanya telah tertulis dalam Lauḥ Maḥfūzh yang kecil maupun yang besar. Perkara ini adalah perkara besar yang tidak dapat dijangkau akal, bahkan hati orang-orang yang berakal sampai lalai di sini, tetapi bagi Allah yang demikian sangat mudah. Allah subḥānahu wa ta‘ālā telah memberitahukan kepada hamba-hambaNya yang demikian agar kaidah ini menetap pada mereka dan mereka mendasari di atasnya dalam semua yang mereka peroleh, baik atau buruk, sehingga mereka tidak berputus asa dan bersedih terhadap hal yang luput dari mereka di mana diri mereka rindu kepadanya karena mereka mengetahui bahwa hal itu tertulis dalam Lauḥ Maḥfūzh, harus diberlakukan dan harus terjadi sehingga tidak ada jalan untuk menolaknya, demikian pula mereka tidak bergembira dengan sombong terhadap apa yang Allah berikan kepada mereka karena mereka tahu bahwa yang mereka peroleh itu bukan karena upaya dan kekuatan mereka, tetapi dengan karunia Allah dan ni‘mat-Nya, sehingga mereka pun menyibukkan diri dengan bersyukur kepada Allah yang melimpahkan ni‘mat itu dan menghindarkan bahaya dari mereka.
  4. 1720). Yang dimaksud dengan terlalu gembira, ialah gembira yang melampaui batas yang menyebabkan kesombongan, ketakaburan dan lupa kepada Allah, bahkan yang benar adalah gembira bersyukur.
  5. 1721). Terhadap apa yang diberikan kepadanya dan merasa ‘ujub dengannya.
  6. 1722) Di hadapan manusia, ia menisbatkan ni‘mat itu kepada dirinya, tidak kepada Allah subḥānahu wa ta‘ālā.
  7. 1723). Terhadap yang wajib mereka keluarkan.
  8. 1724). Ya‘ni bagi mereka ini ‘adzāb yang pedih. Mereka menggabung antara dua perkara yang tercela, di mana salah satunya sesungguhnya sudah cukup menunjukkan keburukannya. Kedua perkara itu adalah yang pertama bakhil (kikir), yaitu menahan hak-hak yang wajib diberikan, dan yang kedua adalah memerintahkan manusia berbuat demikian dengan mendorong berbuat kikir baik dengan ucapan maupun perbuatan. Ini tidak lain karena berpaling dari menaati Allah, padahal barang siapa berpaling dari menaati Allah, maka tidak ada yang ia rugikan kecuali dirinya dan Allah tidaklah terkena madharrat sedikit pun, karena Dia Mahakaya lagi Maha Terpuji, di mana kekayaan menjadi lawāzim (yang mesti) pada Dzāt-Nya; milik-Nya kerajaan langit dan bumi, dan Dialah yang mengkayakan hamba-hambaNya dan mencukupkan mereka, dan Dia Maha Terpuji; Dia memiliki semua nama yang baik, sifat yang sempurna, perbuatan yang indah sehingga berhak untuk dipuji, disanjung dan diagungkan.
  9. 1725). Yaitu dalil-dalil, bukti-bukti dan tanda yang menunjukkan kebenaran yang mereka bawa.
  10. 1726). Allah subḥānahu wa ta‘ālā menurunkannya sebagai hidāyah bagi makhlūq dan untuk membimbing mereka kepada hal yang bermanfaat bagi mereka baik pada agama maupun dunia mereka.
  11. 1727). Yaitu keadilan baik dalam ucapan maupun dalam perbuatan. Agama yang yang dibawa para rasul berisi keadilan dalam perintah dan larangan, dan dalam bermu‘amalah dengan makhlūq, dalam jināyat, qishāsh, ḥudūd, mawārits, dan lain-lain.
  12. 1728). Ya‘ni dapat menegakkan agama Allah dan mewujudkan maslahat mereka yang begitu banyak. Ayat ini merupakan dalil bahwa para rasūl semuanya sepakat dalam kaidah syara‘, yaitu menegakkan keadilan meskipun berbeda-beda gambaran keadilan itu sesuai situasi, kondisi dan zaman.
  13. 1729). Kita dapat melihat banyak peralatan yang dibuat manusia tidak lepas dari besi.
  14. 1730). Ya‘ni agar Allah subḥānahu wa ta‘ālā menegakkan pasar ujian dengan apa yang diturunkan-Nya berupa kitab dan besi, sehingga menjadi jelas siapa yang menolong agama-Nya dan para rasūl-Nya meskipun Dia tidak dilihat mereka, di mana ketika inilah iman bermanfaat berbeda jika sudah tidak ghaib lagi bagi mereka, maka tidak ada faedahnya beriman ketika itu, karena beriman pada saat itu dalam keadaan terpaksa.
  15. 1731). Ya‘ni tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan-Nya dan tidak ada yang dapat meloloskan diri dari-Nya. Di antara kekuatan dan keperkasaan-Nya adalah Dia menurunkan besi, di mana darinya dibuat berbagai peralatan yang kuat. Di antara kekuatan dan keperkasaan-Nya juga adalah Dia Mahakuasa untuk mengalahkan sendiri musuh-musuhNya, akan tetapi Dia menguji para wali-Nya dengan musuh-musuhNya itu agar diketahui siapa yang menolong agama-Nya meskipun Dia tidak dilihat mereka. Dalam ayat ini Allah subḥānahu wa ta‘ālā menggandengkan antara kitab dengan besi, karena dengan keduanya Allah menolong agama-Nya dan meninggikan kalimat-Nya. Dalam kitab, terdapat hujjah dan bukti, sedangkan besi (seperti pedang) dapat menguatkannya. Dengan keduanya dapat ditegakkan keadilan, yang di sana terdapat dalil yang menunjukkan kebijaksanaan Allah subḥānahu wa ta‘ālā dan kesempurnaan-Nya, serta kesempurnaan syarī‘at-Nya yang Dia syarī‘atkan melalui lisan para rasūl-Nya.
  16. 1732). Setelah Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyebutkan kenabian para nabi secara umum, maka Dia menyebutkan di antara mereka nabi pilihan seperti Nūḥ dan Ibrāhīm ‘alaihimā-s-salām yang Allah jadikan kenabian dan kitab pada keturunannya.
  17. 1733). Oleh karena itu, para nabi yang terdahulu dan yang datang kemudian semuanya berasal dari keturunan Nabi Nūḥ dan Nabi Ibrāhīm ‘alaihimā-s-salām.
  18. 1734). Yang diutus kepada mereka para rasūl.
  19. 1735). Dengan dakwah para rasūl, tunduk kepada perintah mereka dan mengambil petunjuk mereka.
  20. 1736). Ya‘ni keluar dari ketaatan kepada Allah dan rasūl.
  21. 1737). Allah subḥānahu wa ta‘ālā mengkhususkan Nabi ‘Īsā ‘alaih-is-salām, karena susunan ayat ini berkenaan dengan orang-orang Nashrānī yang mengaku mengikuti Nabi ‘Īsā ‘alaih-is-salām.
  22. 1738). Yang termasuk di antara kitāb-kitāb Allah yang utama.
  23. 1739). Oleh karena itulah orang-orang Nashrānī lebih lunak hatinya daripada yang lain ketika mereka berada di atas syarī‘at Nabi ‘Īsā ‘alaih-is-salām.
  24. 1740). Yang dimaksud dengan Rahbāniyyah ialah tidak beristri atau tidak bersuami dan mengurung diri dalam biara. Allah subḥānahu wa ta‘ālā tidak mewajibkan hal itu kepada mereka, bahkan merekalah yang mewajibkannya dari diri mereka sendiri dengan maksud mencari keridhāan Allah subḥānahu wa ta‘ālā.
  25. 1741). Ya‘ni mereka tidak melakukannya dan memenuhi hak-haknya, sehingga mereka melakukan dua kesalahan; berbuat bid‘ah dan tidak melakukan apa yang mereka wajibkan terhadap diri mereka. Keadaan inilah yang dilakukan mereka pada umumnya.
  26. 1742). Kepada Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam setelah beriman kepada Nabi ‘Īsā ‘alaih-is-salām, maka masing-masing mendapatkan pahala sesuai keimanannya.
  27. 1743). Kepada Nabi Mūsā dan ‘Īsā ‘alaihimā-s-salām. Ayat ini menurut sebagian mufassir tertuju kepada Ahli Kitāb yang beriman kepada Nabi Mūsā ‘alaih-is-salām dan Nabi ‘Īsā ‘alaih-is-salām. Allah subḥānahu wa ta‘ālā memerintahkan mereka untuk melakukan konsekwensi iman mereka, yaitu bertaqwā kepada Allah dengan meninggalkan bermaksiat kepada-Nya dan beriman kepada Rasūl-Nya Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam, dan bahwa jika mereka melakukan yang demikian, maka Allah akan memberikan pahala dua kali, pahala terhadap keimanan mereka kepada para nabi sebelumnya dan pahala terhadap keimanan mereka kepada Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Namun ayat ini bisa juga umum mencakup Ahli Kitāb dan selain mereka, dan inilah yang tampak, ya‘ni Allah subḥānahu wa ta‘ālā memerintahkan mereka beriman dan bertaqwā di mana semua bagian agama masuk ke dalamnya, zhāhir maupun bāthin, ushūl (dasar) maupun furū‘ (cabang) dan bahwa jika mereka melaksanakan perintah yang agung ini, maka Allah subḥānahu wa ta‘ālā akan memberikan rahmat-Nya dua bagian yang tidak diketahui sifat dan ukurannya kecuali oleh Allah subḥānahu wa ta‘ālā. Kedua bagian itu adalah pahala terhadap keimanan dan pahala terhadap ketaqwāan atau pahala karena mengerjakan perintah dan pahala karena menjauhi larangan atau maksud dua kali di sini adalah diulangnya pemberian lagi setelahnya.
  28. 1744). Menurut sebagian mufassir, karena kamu beriman kepada dua nabi; Nabi ‘Īsā ‘alaihis salām dan Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
  29. 1745). Di atas shirāth (jembatan). Atau maksudnya, Allah subḥānahu wa ta‘ālā memberikan kepadamu ‘ilmu, petunjuk dan cahaya yang dengannya kamu dapat berjalan dalam gelapnya kebodohan.
  30. 1746). Terhadap keburukanmu.
  31. 1747). Allah subḥānahu wa ta‘ālā menerangkan karunia dan iḥsān-Nya kepada orang-orang yang beriman dengan iman yang menyeluruh (tanpa memilah-milah), bertaqwā kepada Allah dan beriman kepada Rasūl-Nya agar Ahli Kitāb mengetahui bahwa mereka sedikit pun tidak akan mendapatkan karunia Allah (jika mereka tidak beriman kepada Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam), padahal mereka sebelumnya mengatakan bahwa tidak ada yang masuk ke surga kecuali orang-orang Yahūdī dan Nashrānī, dan mereka memiliki banyak angan-angan, maka Allah subḥānahu wa ta‘ālā di ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang beriman kepada Rasūl-Nya Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam yang bertaqwā kepada Allah itulah yang mendapatkan dua bagian dari rahmat-Nya, mendapatkan cahaya dan ampunan sebagai celaan terhadap Ahli Kitāb yang menyangka sebaliknya. Yang demikian juga agar mereka mengetahui, bahwa karunia itu di Tangan Allah, Dia memberikan kepada siapa yang Dia kehendaki sesuai ḥikmah-Nya.
  32. 1748). Seperti dengan memberikan pahala dua kali bagi Ahli Kitāb yang beriman kepada Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
  33. 1749). Sehingga tidak seorang pun yang dapat mengukur besarnya. Karunia-Nya merata kepada penghuni langit dan bumi, sehingga tidak ada satu pun makhlūq yang lepas dari karunia-Nya meskipun sekejap mata atau kurang dari itu.