Surah al-Hadid 57 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan (2/3)

Tafsīru Hidāyat-il-Insān
Judul Asli: (
هداية الإنسان بتفسير القران)
Disusun oleh:
Abū Yaḥyā Marwān Ḥadīdī bin Mūsā

Tafsir Al Qur’an Al Karim Marwan Bin Musa
Dari Situs: www.tafsir.web.id

Rangkaian Pos: Surah al-Hadid 57 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan

Ayat 13-14: Membicarakan tentang orang-orang munāfiq, bagaimana mereka bertindak tanpa petunjuk di kegelapan di akhirat sebagaimana mereka di dunia berada dalam kegelapan kebodohan, kesesatan dan keraguan.

يَوْمَ يَقُوْلُ الْمُنَافِقُوْنَ وَ الْمُنَافِقَاتُ لِلَّذِيْنَ آمَنُوا انْظُرُوْنَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُّوْرِكُمْ قِيْلَ ارْجِعُوْا وَرَاءَكُمْ فَالْتَمِسُوْا نُوْرًا فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُوْرٍ لَّهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيْهِ الرَّحْمَةُ وَ ظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ.

  1. (16811). Pada hari orang-orang munāfiq laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: “Tunggulah kami! Kami ingin mengambil cahayamu (16822).” (Kepada mereka) dikatakan: ‘Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu).” Lalu di antara mereka dipasang dinding (pemisah) yang berpintu. Di sebelah dalam ada rahmat (16833) dan di luarnya hanya ada ‘adzāb (16844).

يُنَادُوْنَهُمْ أَلَمْ نَكُنْ مَّعَكُمْ قَالُوْا بَلَى وَ لكِنَّكُمْ فَتَنْتُمْ أَنْفُسَكُمْ وَ تَرَبَّصْتُمْ وَ ارْتَبْتُمْ وَ غَرَّتْكُمُ الْأَمَانِيُّ حَتَّى جَاءَ أَمْرُ اللهِ وَ غَرَّكُمْ بِاللهِ الْغَرُوْرُ.

  1. Orang-orang munāfiq memanggil orang-orang mu’min: “Bukankah kami dahulu bersama kamu?” (16855) Mereka menjawab: “Benar (16866), tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri (16877), dan kamu hanya menunggu (kekalahan kami), meragukan (janji Allah) dan ditipu oleh angan-angan kosong (16888) sampai datang ketetapan Allah (16899); dan penipu (syaithān) dating memperdaya kamu tentang Allah (169010).

Ayat 15-17: Peringatan kepada kaum mu’min agar tidak berhati keras; hati yang tidak menerima nasihat dan tidak tunduk kepada janji dan ancaman-Nya.

فَالْيَوْمَ لَا يُؤْخَذُ مِنْكُمْ فِدْيَةٌ وَ لَا مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مَأْوَاكُمُ النَّارُ هِيَ مَوْلَاكُمْ وَ بِئْسَ الْمَصِيْرُ.

  1. Maka pada hari ini tidak akan diterima tebusan dari kamu (169111) maupun dari orang kafir. Tempat kamu di neraka. Itulah tempat berlindungmu, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.”

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللهِ وَ مَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَ لَا يَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ وَ كَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُوْنَ.

  1. (169212) (169313) Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyū‘ mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka) (169414) dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang (169515) sehingga hati mereka menjadi keras (169616). Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fāsiq.

اعْلَمُوا أَنَّ اللهَ يُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ.

  1. Ketahuilah bahwa Allah yang menghidupkan bumi setelah matinya (kering) (169717). Sungguh, telah Kami jelaskan kepadamu tanda-tanda (kebesaran Kami) agar kamu mengerti (169818).

Ayat 18-21: Pahala orang yang mengorbankan jiwa dan hartanya untuk menegakkan agama Allah, dan gambaran kehidupan dunia agar manusia tidak tertipu dengannya.

إِنَّ الْمُصَّدِّقِيْنَ وَ الْمُصَّدِّقَاتِ وَ أَقْرَضُوا اللهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعَفُ لَهُمْ وَ لَهُمْ أَجْرٌ كَرِيْمٌ.

  1. Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah (169919) baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik (170020), akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka (170121); dan mereka akan mendapat pahala yang mulia (170222).

وَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا بِاللهِ وَ رُسُلِهِ أُوْلئِكَ هُمُ الصِّدِّيْقُوْنَ وَ الشُّهَدَاءُ عِنْدَ رَبِّهِمْ لَهُمْ أَجْرُهُمْ وَ نُوْرُهُمْ وَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَ كَذَّبُوْا بِآيَاتِنَا أُوْلئِكَ أَصْحَابُ الْجَحِيْمِ.

  1. Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasūl-rasūlNya (170323), mereka itu orang-orang shiddīqīn (170424). Dan para syuhadā’ di sisi Tuhan mereka, berhak mendapat pahala dan cahaya (170525). Tetapi orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami (170626), mereka itu penghuni-penghuni neraka (170727).

اعْلَمُوْا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَ لَهْوٌ وَ زِينَةٌ وَ تَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَ تَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَ الْأَوْلاَدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًا وَ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌ وَ مَغْفِرَةٌ مِّنَ اللهِ وَ رِضْوَانٌ وَ مَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ.

  1. (170828) Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan (170929) dan saling berbangga di antara kamu (171030) serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan (171131), (171232) seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada ‘adzāb yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhāan-Nya (171333). Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu (171434).

سَابِقُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَ جَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَ الْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا بِاللهِ وَ رُسُلِهِ ذلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَ اللهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ.

  1. (171535) Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasūl-rasūlNya. Itulah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki (171636). Dan Allah mempunyai karunia yang besar.

Catatan:

  1. 1681). Ketika itu cahaya orang-orang munāfiq padam dan mereka berada dalam kegelapan sambil merasa heran, sedangkan mereka melihat cahaya orang-orang mu’min tetap bersinar dan mereka berjalan dengannya, maka mereka berkata kepada orang-orang mu’min seperti yang disebutkan dalam ayat di atas.
  2. 1682). Agar kami dapat selamat dari ‘adzāb.
  3. 1683). Yaitu yang berada dekat orang-orang mu’min.
  4. 1684). Yaitu yang dekat dengan orang-orang munāfiq.
  5. 1685). Ya‘ni di dunia, kami sama seperti kamu mengucapkan Lā ilāha illallāh, kami shalat, kami puasa dan ber‘amal seperti ‘amal kamu?
  6. 1686). Ya, benar secara zhāhir ‘amalmu sama seperti ‘amal kami, akan tetapi ‘amalmu adalah ‘amal orang-orang munāfiq yang tidak didasari iman dan niat yang benar.
  7. 1687). Dengan berbuat munāfiq.
  8. 1688). Bahwa kamu akan mendapatkan seperti yang didapatkan kaum mu’min, namun kamu tidak yakin.
  9. 1689). Yaitu kematian, sedangkan kamu dalam keadaan seperti itu.
  10. 1690). Syaithān telah menghias kekafiran dan keragu-raguan kepada kamu, lalu kamu merasa tenang dengannya dan kamu percayai janjinya yang dusta dan membenarkan beritanya.
  11. 1691). Meskipun kamu menebus dirimu dengan emas sepenuh bumi.
  12. 1692). Menurut penyusun tafsir al-Jalālain, bahwa ayat ini turun berkenaan dengan para sahabat yang terlalu banyak bercanda.
  13. 1693). Ketika Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyebutkan keadaan kaum mu’min laki-laki dan perempuan serta keadaan kaum munāfiq laki-laki dan perempuan di akhirat, di mana hal tersebut mendorong hati untuk khusyū‘ kepada Tuhannya dan tunduk kepada kebesaran-Nya, maka Allah subḥānahu wa ta‘ālā mencela kaum mu’min karena tidak seperti itu.
  14. 1694). Maksudnya, belumkah datang waktu bagi orang-orang yang beriman untuk lunak dan khusyū‘ hati berdzikr mengingat Allah, yaitu dalam membaca al-Qur’ān, tunduk kepada perintahnya dan menjauhi larangannya, serta kepada kebenaran yang dibawa Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Dalam ayat ini terdapat dorongan untuk berusaha menjadikan hati khusyū‘ kepada Allah subḥānahu wa ta‘ālā dan kepada yang diturunkan-Nya berupa al-Qur’ān dan as-Sunnah, dan agar kaum mu’min dapat mengingat nasihat-nasihat ilahi dan hukum-hukum syar‘ī di setiap waktu serta menghisab diri mereka dengannya.
  15. 1695). Ya‘ni janganlah mereka seperti orang-orang sebelum mereka dari kalangan Yahūdī dan Nashrānī yang telah Allah turunkan kepada mereka kitāb yang mengharuskan mereka khusyū‘ hatinya dan tunduk sikapnya, namun mereka malah tidak istiqāmah di atasnya, bahkan masa yang panjang berlalu kepada mereka namun membuat mereka tetap lalai sehingga iman mereka sedikit demi sedikit terkikis.
  16. 1696). Tidak lunak ketika berdzikr kepada Allah subḥānahu wa ta‘ālā. Dengan demikian, hati terus-menerus butuh mengingat apa yang Allah turunkan dan tidak lalai terhadapnya, karena jika tidak demikian maka dapat menyebabkan hati menjadi keras.
  17. 1697). Dengan menjadikannya menumbuhkan tumbuhan. Demikian juga Dia berbuat terhadap hatimu dengan mengembalikan hatimu kepada kekhusyū‘an.
  18. 1698). Hal itu, karena ayat-ayat itu menunjukkan kepada akal terhadap tuntutan-tuntutan ilahi. Allah subḥānahu wa ta‘ālā yang menghidupkan bumi setelah matinya tentu mampu menghidupkan orang-orang yang telah mati setelah mereka mati, lalu Dia memberi balasan terhadap ‘amal mereka. Demikian pula karena Dia yang menghidupkan bumi setelah matinya dengan air hujan, maka Dia mampu pula menghidupkan hati-hati yang telah mati dengan kebenaran yang Allah turunkan kepada Rasūl-Nya. Ayat ini menunjukkan, bahwa tidak ada akal bagi orang yang tidak dapat mengambil petunjuk dari ayat-ayat Allah serta tidak tunduk kepada syarī‘at-syarī‘at Allah.
  19. 1699). Ya‘ni orang-orang yang banyak bersedekah dan mengeluarkan infāq yang diridhāi.
  20. 1700). Yaitu dengan memberikan harta mereka ke jalan-jalan kebaikan yang menjadi simpanan bagi mereka di sisi Tuhan mereka.
  21. 1701). Satu kebaikan dilipat-gandakan menjadi sepuluh, lalu menjadi tujuh ratus dan menjadi kelipatan yang banyak melebihi itu.
  22. 1702). Yaitu yang Allah subḥānahu wa ta‘ālā siapkan untuk mereka di surga berupa keni‘matan yang tidak diketahui oleh jiwa.
  23. 1703). Syaikh as-Sa‘dī menerangkan, iman menurut Ahl-us-Sunnah wal-Jamā‘ah adalah ucapan hati dan lisan, demikian pula ‘amalan hati, lisan dan anggota badan sehingga mencakup semua syarī‘at agama yang tampak maupun yang tersembunyi. Orang yang menggabung antara perkara-perkara ini, maka mereka adalah shiddīqīn yang kedudukan mereka di atas kedudukan kaum mu’min pada umumnya dan di bawah kedudukan para nabi.
  24. 1704) Yaitu mereka yang sangat teguh dan kuat keyakinannya kepada kebenaran rasūl. Mereka ini termasuk di antara orang-orang yang dianugerahi ni‘mat oleh Allah sebagaimana yang disebutkan dalam surat al-Fātiḥah ayat 7.
  25. 1705). Hal ini sebagaimana yang diterangkan dalam hadits shaḥīḥ, bahwa di surga ada seratus derajat, di mana antara dua derajat jaraknya antara langit dan bumi. Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyiapkannya untuk para mujāhid di jalan-Nya. Ayat ini menunjukkan tingginya kedudukan mereka dan dekatnya mereka dengan Allah subḥānahu wa ta‘ālā.
  26. 1706). Yang menunjukkan keesaan Kami.
  27. 1707). Ayat ini dan dua ayat sebelumnya menerangkan beberapa golongan orang, dari mulai al-mushshaddiqīn (orang-orang yang banyak bersedekah), shiddīqīn (orang-orang yang sangat membenarkan), syuhadā’ dan Ashḥab-ul-Jaḥīm (penghuni neraka). Al-Mushshaddiqīn adalah mereka yang sebagian besar ‘amalnya adalah berbuat iḥsān kepada makhlūq, memberikan manfaat kepada mereka sesuai kemampuan, khususnya memberikan manfaat dengan mengeluarkan harta di jalan Allah. Shiddīqīn adalah mereka yang telah sempurna tingkatan iman dan ‘amal shāliḥ, ‘ilmu yang bermanfaat dan keyakinan yang benar. Sedangkan para syuhadā’ adalah orang-orang yang berperang di jalan Allah untuk meninggikan kalimatullāh serta mengorbankan diri dan harta mereka lalu mereka terbunuh. Adapun Ashḥab-ul-jaḥīm adalah orang-orang kafir yang mendustakan ayat-ayat Allah. Tinggallah golongan yang disebutkan dalam surah Fāthir, yaitu al muqtashidūn (yang pertengahan), yaitu mereka yang mengerjakan kewajiban dan meninggalkan larangan, hanya saja mereka melakukan pengurangan pada sebagian hak Allah dan hak hamba. Mereka ini tempat kembalinya adalah ke surga meskipun mereka mendapatkan hukuman terhadap sebagian ‘amal yang mereka kerjakan.
  28. 1708). Allah subḥānahu wa ta‘ālā menerangkan hakikat dunia dan apa yang ada di atasnya, menerangkan akhirnya dan akhir para penghuninya, yaitu bahwa dunia merupakan permainan dan senda gurau, di mana jasad bermain-main dengannya dan hati terlalaikan olehnya. Hal ini seperti yang terjadi pada orang-orang yang mengejar dunia, di mana kita melihat mereka menghabiskan usia mereka dengan senda gurau serta lalai dari dzikrullāh, demikian pula terhadap apa yang ada di hadapan mereka berupa janji Allah dan ancaman-Nya di akhirat. Bahkan kita melihat mereka menjadikan agama sebagai permainan dan senda gurau, berbeda dengan orang-orang yang sadar dan mengejar akhirat, di mana hati mereka dipenuhi mengingat Allah, mengenal dan mencintai-Nya, dan mereka menyibukkan waktu mereka dengan ‘amal yang dapat mendekatkan mereka kepada Allah baik manfaatnya terbatas untuk diri mereka maupun mengena pula kepada orang lain.
  29. 1709). Ya‘ni berhias, baik dalam pakaian, makanan, minuman, kendaraan, rumah, kedudukan dan lainnya.
  30. 1710). Maksudnya, masing-masing penghuninya ingin berbangga di hadapan orang lain dan agar dia lebih unggul dalam urusannya serta masyhur keadaannya.
  31. 1711). Masing-masing ingin jika dia lebih banyak daripada yang lain dalam harta dan anaknya seperti yang kita saksikan pada orang-orang yang mencintai dunia dan merasa tenteram dengannya. Berbeda dengan orang-orang yang telah mengenal dunia dan hakikatnya, di mana dia menjadikannya sebagai perjalanan, bukan sebagai tempat menetap, maka dia pun berlomba-lomba dalam hal yang mendekatkan dirinya kepada Allah serta menggunakan sarana yang dapat mengantarkannya kepada Allah, dan ketika dia melihat orang-orang berlomba-lomba dalam hal harta dan anak, maka dia berlomba-lomba dalam ‘amal shāliḥ.
  32. 1712). Selanjutnya Allah subḥānahu wa ta‘ālā membuat permisalan terhadap dunia dengan air hujan yang turun mengena kepada bumi, lalu bercampur dengan tanaman-tanaman bumi yang kemudian menjadi makanan manusia dan hewan. Ketika bumi telah berhias dengan indahnya dan tanamannya menakjubkan para penanam, yang cita-cita dan harapannya terbatas hanya sampai dunia saja, tiba-tiba datang perkara dari perintah Allah yang membinasakannya sehingga tanaman itu menjadi kering menguning dan menjadi seperti belum pernah tumbuh sama sekali. Demikianlah dunia, ketika ia berhias untuk penduduknya, di mana apa saja yang diinginkan penghuninya dapat diperolehnya dan apa yang dituju oleh penghuninya, maka akan ditemukan pintu-pintu ke arahnya dalam keadaan terbuka, namun qadar (taqdīr) menimpanya sehingga menghilangkannya dari tangannya dan menyingkirkan kepemilikannya dan tangannya pun menjadi hampa, di mana ia tidak berbekal apa-apa selain kain kafan. Oleh karena itu, sungguh rugi orang yang menjadikan dunia sebagai akhir cita-citanya, di mana untuknya dia ber‘amal dan berbuat. Padahal ber‘amal untuk akhirat, itulah yang bermanfaat, menjadi simpanan pemiliknya dan akan ikut bersama hamba selama-lamanya. Oleh karena itu, Allah subḥānahu wa ta‘ālā berfirman: “Dan di akhirat (nanti) ada ‘adzāb yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhāan-Nya.”
  33. 1713). Maksudnya, keadaan di akhirat tidak lepas dari dua keadaan ini, bisa ‘adzāb yang keras di neraka Jahannam, belenggu, rantai dan kedahsyatannya bagi orang yang menjadikan dunia sebagai cita-citanya dan akhir harapannya yang membuatnya berani bermaksiat kepada Allah, mendustakan ayat-ayat Allah dan mengingkari ni‘mat-ni‘mat Allah. Bisa juga mendapatkan ampunan dari Allah terhadap keburukannya, penyingkiran hukuman dan mendapatkan keridhāan-Nya bagi orang yang telah mengetahui hakikat dunia dan ber‘amal untuk akhirat. Ini semua termasuk hal yang membantu untuk zuhud terhadap dunia dan berharap kepada akhirat.
  34. 1714). Tidak ada yang tertipu dan merasa tenang kepadanya selain orang-orang yang lemah akal yang ditipu oleh syaithān.
  35. 1715). Selanjutnya Allah subḥānahu wa ta‘ālā memerintahkan untuk berlomba-lomba menggapai ampunan Allah, keridhāan-Nya dan surga-Nya. Tentunya hal itu dicapai dengan mengerjakan sebab-sebab untuk mendapatkan ampunan berupa tobat nasūḥa, istighfār yang bermanfaat dan menjauhi dosa, serta berlomba-lomba menggapai keridhāan Allah dengan ‘amal shāliḥ serta berusaha terus mengerjakan perbuatan yang menjadikan Allah ridhā berupa berbuat iḥsān dalam ber‘ibādah kepada Allah dan berbuat iḥsān kepada makhlūq dengan berbagai bentuk manfaat.
  36. 1716). Maksudnya, inilah yang telah Kami terangkan kepada kamu berupa jalan-jalan menuju surga serta jalan-jalan yang mengarah kepada neraka, dan bahwa karunia Allah berupa pahala yang besar termasuk ni‘mat-Nya yang terbesar yang diberikan kepada hamba-hambaNya.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *