Surah al-Fil 105 ~ Tafsir Ibni Katsir (3/3)

Dari Buku:
Tafsir Ibnu Katsir, Juz 30
(An-Nabā’ s.d. An-Nās)
Oleh: Al-Imam Abu Fida’ Isma‘il Ibnu Katsir ad-Dimasyqi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

Rangkaian Pos: Surah al-Fil 105 ~ Tafsir Ibni Katsir

Menurut hemat saya, nama pemegang kendali gajah Abrahah bernama Anis. Al-Hafizh Abu Na‘im di dalam kitabnya yang berjudul Dalā’il-un-Nubuwwah telah meriwayatkan melalui jalur Ibnu Wahb, dari Ibnu Lahi’ah, dari ‘Aqil ibnu Khalid, dari ‘Utsman ibnul Mughirah, kisah tentang tentara bergajah ini; tetapi tidak disebutkan bahwa Ahrahah datang dari Yaman, melainkan dia hanya mengutus pasukannya yang dipimpin oleh seorang lelaki bernama Syamir ibnu Maqshud, jumlah pasukannya kurang lebih dua puluh ribu orang personil. Disebutkan pula bahwa burung abābīl datang menyerang mereka di malam hari, dan pada pagi harinya mereka semuanya tewas. Konteks kisah ini aneh sekali, sekali pun Abu Na‘im telah menguatkannya di atas riwayat yang lain.

Menurut riwayat yang benar, Abrahah al-Asyram al-Habsyi datang ke Makkah sebagaimana yang ditunjukkan oleh konteks riwayat yang lainnya dan juga yang disebutkan dalam riwayat yang bersumberkan dari Ibnu Lahi’ah, dari al-Aswad, dari ‘Urwah, bahwa Abrahah mengirimkan al-Aswad ibnu Maqshud bersama sejumlah besar pasukannya disertai dengan gajah, tetapi tidak disebutkan bahwa Abrahah sendiri ikut dalam misi tersebut. Menurut pendapat yang benar, Abrahah pun memang ikut datang dalam misi itu, barangkali Ibnu Maqshud berada di barisan pasukan yang terdapan; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui kebenarannya.

Ibnu Ishaq meriwayatkan sebagian dari syair-syair yang dikatakan oleh orang-orang ‘Arab berkenaan dengan kisah tentara bergajah ini; di antara lain ia mengutip syair ‘Abdullah ibnuz-Zaba‘ri yang menyebutkan: “Mereka takut terhadap lembah Makkah, karena sejak masa dahulu tiada yang berani melanggar kesuciannya, bintang syi‘ra masih belum diciptakan di malam-malam ia disucikan. Karena tiada seorang pun yang mengaku dirinya perkasa, berani mengotori kesuciannya. Bila ada orang yang bertanya tentang kisah panglima pasukan apa yang telah dialaminya dari tanah suci itu, maka akan diceritakan kepadanya oleh orang yang mengetahuinya. Enam puluh ribu pasukan tidak pernah kembali ke tempat tinggal mereka, bahkan tidak dapat hidup lama orang yang sakit dari mereka sesudah kepulangannya. Sebelum mereka terdapat kaum ‘Ād dan Jurhum di dekatnya dan kekuasaan Allah berada di atas hamba-hambaNya, Dialah yang menjaga kesuciannya.”

Abu Qais ibnu Aslat al-Anshari al-Madani mengatakan dalam bait-bait syairnya yaitu: “Dan di antara apa yang diperbuat oleh-Nya di hari tentara bergajah Habsyah telah terbuktikan, karena setiap orang yang dikirimkan oleh mereka dikalahkan. Tameng-tameng mereka berada di bawah qirbah wadah minum mereka, sedangkan mereka dalam keadaan terhina lagi terluka. Pada mulanya kekuatan mereka menakutkan, di saat mereka menuju kepadanya dengan penuh keangkuhan. Tetapi pada akhirnya pemimpin mereka lari tunggang-langgang kembali ke tempat asal datangnya, semua orang yang ikut dengannya di tempat itu adalah orang yang aniaya. Maka dikirimkanlah kepada mereka dari atas mereka hujan batu kerikil, yang menghancurleburkan mereka. Meskipun para pendeta mereka memerintahkan kepada pasukannya untuk bersabar, tetapi mereka menjerit-jerit bagaikan embikan kambing yang terancam bahaya.”

Abush-Shilt ibnu Rabi‘ah ats-Tsaqafi mengatakan bahwa telah dinukil dari ‘Umayah ibnu Abush-Shilt ibnu Rabi‘ah bait-bait syair yang berbunyi: “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kekuasaan Tuhan kami yang masih tetap ada dan tiada yang mengingkarinya selain hanya orang yang benar-benar pengingkar kebenaran, (yaitu) adanya malam dan siang hari, semua orang memahami perhitungannya yang telah ditetapkan dengan jelas. Kemudian Tuhan Yang Maha Penyayang menjadikan siang hari terang benderang dengan sinar mentarinya yang menyeluruh. Dialah Yang telah menahan pasukan bergajah di Magma, hingga gajah itu merangkak seakan-akan seperti tak berdaya, ia hanya diam mendekam sekali pun punggungnya dipukuli bertubi-tubi dengan kerasnya. Di sekitarnya terdapat raja-raja Kindah yang disegani dan menjadi para pendekar dalam medan perang, semuanya menentang niatnya. Kemudian mereka semuanya terkejut karena semua pasukan bergajah itu patah dan binasa. Setiap agama kelak di hari kiamat di hadapan Allah akan ditolak dan sia-sia kecuali agama yang ḥanīf (Islam).”

Dalam pembahasan yang lalu pada tafsir sūrat-ul-Fatḥ telah disebutkan bahwa di hari perjanjian Hudaibiyyah ketika Rasulullah s.a.w. berada di atas lereng yang darinya dapat ditempuh jalan menuju ke tempat orang-orang Quraisy, unta beliau mendekam, lalu mereka menghardiknya, tetapi unta kendaraan beliau s.a.w. tetap menolak. Maka mereka mengatakan bahwa Qashwā’ (nama unta milik Nabi s.a.w.) mogok. Maka Rasulullah s.a.w. bersabda:

مَا خَلأَتِ الْقَصْوَاءُ وَ مَا ذَاكَ لَهَا بِخَلْقٍ وَ لَكِنْ حَبَسَهَا حَابِسُ الْفِيْلَ.

Qashwa’ tidak mogok, karena mogok bukan merupakan pembawaannya, tetapi ia ditahan oleh Tuhan Yang telah menahan pasukan bergajah.

Kemudian Rasulullah s.a.w. melanjutkan sabdanya:

وَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لاَ يَسْأَلُوْنِي الْيَوْمَ خِطَّةً يُعَظِّمُوْنَ فِيْهَا حُرُمَاتِ اللهِ إِلاَّ أَجَبْتُهُمْ إِلَيْهَا.

Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tidaklah mereka meminta kepadaku hari ini suatu rencana yang di dalamnya terkandung penghormatan kepada hal-hal yang disucikan oleh Allah melainkan aku akan menyetujuinya.

Setelah itu beliau s.a.w. menghardik untanya, maka untanya bangkit dan meneruskan perjalanannya. Hadis ini termasuk hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara munfarid (tunggal).

Di dalam kitab Shaḥīḥain disebutkan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda di hari jatuhnya kota Makkah:

إِنَّ اللهَ حَبَسَ عَنْ مَكَّةَ الْفِيْلَ وَ سَلَّطَ عَلَيْهَا رَسُوْلَهُ وَ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَ إِنَّهُ قَدْ عَادَتْ حُرْمَتَهَا الْيَوْمَ كَحُرْمَتُهَا بِالأَمْسِ أَلاَ فَيُبَلِّغِ الشَّاهِدَ الْغَائِبَ.

Sesungguhnya Allah telah menahan pasukan bergajah dari Makkah, dan menguasakannya kepada Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan sesungguhnya kini telah kembali kesuciannya pada hari ini juga, sebagaimana kesuciannya di waktu sebelumnya. Ingatlah, hendaklah orang yang hadir menyampaikannya kepada orang yang tidak hadir.

Demikianlah akhir tafsir al-Fīl, segala puji bagi Allah atas limpahan karunia-Nya.

Unduh Rujukan:

  • [download id="19867"]

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *