Surah al-Fil 105 ~ Tafsir al-Aisar

TAFSĪR AL-AISAR
(Judul Asli: أَيْسَرُ التَّفَاسِيْرِ لِكَلَامِ الْعَلِيِّ الْكَبِيْرِ)
Edisi Indonesia:
Tafsir al-Qur’an al-Aisar (Jilid 7)

Penulis: Syaikh Abū Bakar Jābir al-Jazā’irī

(Jilid ke 7 dari Surah Qāf s.d. an-Nās)
 
Penerbit: Darus Sunnah

SURAT AL-FĪL

MAKKIYYAH
JUMLAH AYAT: 5 AYAT

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

 

Surat al-Fīl: Ayat 1-5

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيْلِ. أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِيْ تَضْلِيْلٍ. وَ أَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيْلَ. تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ مِّنْ سِجِّيْلٍ. فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُوْلٍ

105:1. Tidakkah engkau (Muḥammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?
105:2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu-daya mereka itu sia-sia?
105:3. Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong,
105:4. yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar,
105:5. sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (ulat).

PENJELASAN KATA

(أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ) Alam Tara Kaifa Fa‘ala Rabbuka: Apakah kamu tidak mengetahui bagaimana Allah ta‘ālā bertindak terhadap tentara bergajah?

(بِأَصْحَابِ الْفِيْلِ) Biashḥāb-il-Fīl: Maḥmūd yaitu nama gajah terbesar milik Abrahah dan dua belas gajah lainnya.

(أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ) Alam Yaj‘al Kaidahum: Rencana mereka untuk menghancurkan Ka‘bah.

(فِيْ تَضْلِيْلٍ) Fī Tadhlīl: Menemui kerugian dan kehancuran.

(أَبَابِيْلَ) Abābīl: Berkelompok-kelompok.

(مِّنْ سِجِّيْلٍ) Min Sijjīl: Dari tanah yang dimasak.

(كَعَصْفٍ مَّأْكُوْلٍ) Ka‘ashfin Ma’kūl: Seperti daun yang dimakan hewan-hewan dan diinjak-injaknya.

MAKNA AYAT 1-5 SECARA UMUM

Firman-Nya: “Apakah kamu tidak memperhatikan (11721) bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah.” (11732) sampai firman-Nya: “daun-daun yang dimakan (ulat).” Lima ayat ini mencakup kejadian agung yang terjadi sebelum (11743) kelahiran Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam.

Ringkasnya adalah bahwa Abrahah al-Asyram, gubernur negeri Yaman yang merupakan pejabat Kerajaan dari Raja Ḥabasyah, berniat akan membangun sebuah gereja di Shan‘ā’ di negeri Yaman. Kemudian ia akan mengajak bangsa ‘Arab untuk melaksanakan ibadah haji ke gereja tersebut sebagai pengganti dari Ka‘bah. Tujuannya adalah untuk mengalihkan para pedagang dari kota Makkah ke negeri Yaman. Kemudian perkara ini disodorkan kepada Raja Ḥabasyah dan usulannya pun disetujui.

Ketika gereja itu selesai dibangun, kemudian diberi nama dengan al-Qullais. Gereja tersebut merupakan gereja termegah yang pernah dibangun sepanjang sejarah. Pada saat itu, datanglah seorang dari suku Quraisy ke dalam gereja dan buang air besar di dalamnya. Kemudian kotorannya tersebut dioleskan pada dinding-dindingnya karena ia merasa kesal dengan rencana Abrahah. Ketika Abrahah al-Asyram mengetahui hal tersebut, maka ia pun marah. Kemudian Abrahah menyiapkan pasukan tentara untuk menyerang kota Makkah dan menghancurkan Ka‘bah. Abrahah pergi dengan membawa tiga belas gajah dan gajah yang terbesar bernama Maḥmūd.

Berangkatlah Abrahah bersama bala tentaranya menuju Makkah. Abrahah menghancurkan kota-kota yang melakukan perlawanan terhadapnya. Sesampainya di dekat kota Makkah, Abrahah memerintahkan utusannya untuk menemui pemimpin kota Makkah, yaitu ‘Abd-ul-Muththalib bin Hāsyim, kakeknya Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Kesepakatan pun berakhir dengan Abrahah mengembalikan unta-unta ‘Abd-ul-Muththalib (yang dirampasnya). ‘Abd-ul-Muththalib membiarkan apa yang akan terjadi dengan Ka‘bah dan Abrahah. ‘Abd-ul-Muththalib memerintahkan penduduk Makkah untuk mengosongkan kotanya menuju puncak-puncak gunung bersama dengan anak dan istri-istri mereka. Karena ia khawatir mereka akan terkena dampak dari tentara perang yang zhālim tersebut.

Tentara Abrahah pun langsung bergerak menuju Ka‘bah. Sesampainya Abrahah dan tentaranya di lembah Muhassir, tiba-tiba datanglah sekawanan burung-burung (berjumlah sangat banyak) membawa batu sebesar biji kurma. Setiap batu yang mengenai seorang tentara bergajah tersebut, maka daging tentara tersebut langsung melepuh dan hancur. Seluruh tentara Abrahah hancur. Namun, Abrahah bisa melarikan diri, tetapi tubuh Abrahah pun hancur sedikit demi sedikit sampai ia pun mati di perjalanan.

Inilah pertolongan Allah bagi para penduduk tanah suci-Nya dan para penjaga rumah-Nya. Sehingga orang ‘Arab pun senantiasa menghormati Ka‘bah, menjaga kesuciannya dan penduduknya sampai saat ini. Allah ta‘ālā berfirman: “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana….,” di dalam ayat ini, Allah ta‘ālā mengajak berbicara dengan Rasūl-Nya dengan mengingatkan tindakan Sang Maha Perkasa terhadap orang-orang yang sombong. Manakah kekuatan orang-orang Quraisy yang zhālim, seperti al-‘Āsh bin Wā’il, ‘Amr bin Hisyām, al-Walīd, dan ‘Uqbah di hadapan kekuatan Abrahah? Akan tetapi, Allah ta‘ālā menghancurkan mereka dalam waktu yang sekejap. Maka bersabarlah wahai Muhammad dan janganlah engkau bersedih dalam menghadapi musuh-musuhmu. Karena surat ini menjadi pelajaran dan peringatan bagi semuanya.

Inilah penjelasan ayat: “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah,” yaitu: Apakah kamu tidak mengetahui bagaimana Allah telah bertindak terhadap tentara bergajah: “Bukankah Dia telah menjadikan tipu-daya mereka (untuk menghancurkan Ka‘bah) itu sia-sia?” Bukankah Allah telah menjadikan tipu-daya mereka sia-sia sehingga mereka mendapatkan kerugian dan kesesatan dan tidak mendapatkan apa pun, kecuali kehinaan dan kehancuran? “Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong,” berkelompok-kelompok dan dapat dilihat oleh orang-orang Makkah yang berada di atas gunung-gunung ketika burung-burung tersebut terbang di atas mereka dengan membawa batu dari Sijjīl. (11754) Keluar dari arah laut dan melewati mereka dengan membawa tiga batu sebesar biji kurma. Satu dipegang dengan paruhnya dan dua batu lainnya dijepit dengan kedua kakinya. Kemudian dilemparkan kepada mereka sehingga daging-daging mereka meleleh dan hancur seperti daun yang dimakan hewan ternak sehingga habis dalam waktu sekejap dan ludes terinjak-injak. Ini adalah tanda kebesaran Allah.

PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL DARI AYAT 1-3.

  1. Hiburan bagi Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam dari kezhāliman orang-orang kafir Quraisy.
  2. Peringatan bagi orang-orang Quraisy dengan perbuatan Allah agar mereka takut dan jera.
  3. Tanda-tanda kekuatan Allah ketika memperlakukan hamba-hambaNya dan sikap keras-Nya terhadap musuh-musuhNya.

Catatan:

  1. 1172). Pertanyaan di dalam ayat ini untuk menegaskan. Sedangkan yang diajak bicara di dalam ayat ini adalah Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam.Wa kaifa” tidak dijadikan sebagai kata tanya sehingga kedudukannya menjadi nashab sebagaimana maf‘ūl bihi (objek) dari kata “tara”.
  2. 1173). “Al-fīl” adalah gajah jantan sedangkan “al-fīlah” adalah gajah betina. Kata jama‘nya adalah “afyāl” “fuyūl” dan “fiyalah” dan pemiliknya disebut “fayyāl”.
  3. 1174). Karena Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam dilahirkan pada tahun gajah, yaitu lahir lima puluh hari setelah kejadian pasukan bergajah menyerang Ka‘bah.
  4. 1175). “Hijāratun min thīn” yaitu batu yang dimasak dengan api Jahannam. Kata “sijjīl” asalnya memakai huruf “nūn” kemudian diganti dengan huruf “lām” sebagaimana pada kata “ashīlān” diganti dengan “ashīlāl”.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *