Hati Senang

Surah al-Falaq 113 ~ Tafsir Ibni Katsir (Pendahuluan)

Tafsir Ibnu Katsir

Dari Buku:
Tafsir Ibnu Katsir, Juz 30
(An-Nabā’ s.d. An-Nās)
Oleh: Al-Imam Abu Fida’ Isma‘il Ibnu Katsir ad-Dimasyqi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

Pendahuluan Tafsir al-Falaq dan an-Nās

 

Imam Ahmad mengatakan: Telah menceritakan kepada kami ‘Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami ‘Ashim ibnu Bahdalah, dari Zurr ibnu Hubaisy yang mengatakan bahwa ia berkata kepada Ubay ibnu Ka‘b bahwa sesungguhnya Ibnu Mas‘ud tidak menulis Mu‘awwidzatain (sūrat-ul-Falaq dan sūrat-un-Nās) di dalam mushhafnya. Maka Ubay ibnu Ka‘b mengatakan, aku bersaksi bahwa Rasulullah s.a.w. pernah menceritakan kepadaku bahwa sesungguhnya Jibril a.s. berkata kepadanya:

قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ.

Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh.” (al-Falaq: 1), sampai akhir surat.

Lalu Nabi s.a.w. mengucapkannya, dan Jibril berkata kepadanya:

قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ.

Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia” (an-Nās: 1), sampai akhir surat.

Lalu Nabi s.a.w. mengucapkannya, dan kami mengucapkan pula apa yang diucapkan oleh Nabi s.a.w.

Abu Bakar al-Humaidi telah mengucapkan di dalam kitab musnad-nya dari Sufyan ibnu ‘Uyainah, telah menceritakan kepada kami ‘Abdah ibnu Abu Lubabah dan ‘Ashim ibnu Bahdalah, keduanya pernah mendengar Zurr ibnu Hubaisy mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ubay ibnu Ka‘b tentang surat Mu‘awwidzatain; untuk itu ia mengatakan: “Hai Abul-Mundzir, sesungguhnya saudaramu Ibnu Mas‘ud menghapuskan surat Mu‘awwidzatain dari mushhaf (-nya).” Maka Ubay ibnu Ka‘b menjawab, bahwa sesungguhnya ia pernah menanyakannya kepada Rasulullah s.a.w. Maka beliau s.a.w. menjawab:

قِيْلَ لِيْ قُلْ فَقُلْتُ

Telah dikatakan kepadaku: “Katakanlah!” Maka aku mengatakannya.

Dan kami mengucapkan apa yang diucapkan oleh Rasulullah s.a.w., yakni kedua surat Mu‘awwidzatain tersebut.

Ahmad mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Waki‘, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari ‘Ashim, dari Zurr yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Mas‘ud tentang Mu‘awwidzatain. Ibnu Mas‘ud menjawab, bahwa ia pernah menanyakannya kepada Nabi s.a.w. Maka beliau s.a.w. menjawab:

قِيْلَ لِيْ فَقُلْتُ لَكُمْ فَقُوْلُوْا

Surat tersebut pernah dibacakan kepadaku, dan aku telah membacakannya kepada kalian, maka bacalah oleh kalian.

Ubay mengatakan, bahwa lalu Nabi s.a.w. membacakan surat tersebut, dan kami membacanya.

Imam Bukhari mengatakan: Telah menceritakan kepada kami ‘Ali ibnu ‘Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami ‘Abdah ibnu Abu Lubabah, dari Zurr ibnu Hubaisy, dan telah menceritakan kepada kami ‘Ashim ibnu Zurr yang mengatakan bahwa ia pernah berkata kepada Ubay ibnu Ka‘b, untuk itu ia mengatakan: “Hai Abul-Mundzir, sesungguhnya saudaramu Ibnu Mas‘ud mengatakan anu dan anu.” Ubay ibnu Ka‘b menjawab: “Aku pernah bertanya kepada Nabi s.a.w., maka beliau menjawab: “Telah dibacakan surat tersebut kepadaku, lalu aku membacanya,” dan kami membaca seperti apa yang dibaca oleh Rasulullah s.a.w.” Imam Bukhari telah meriwayatkannya pula – juga Imam Nasa’i – dari Qatadah, dari Sufyan ibnu ‘Uyainah, dari ‘Abdah dan ‘Ashim ibnu Abun-Nujud, dari Zurr ibnu Hubaisy, dari Ubay ibnu Ka‘b dengan lafaz yang sama.

Al-Hafizh Abu Ya‘la mengatakan: Telah menceritakan kepada kami al-Azraq alias ibnu ‘Ali, telah menceritakan kepada kami Hasaan ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami ash-Shilt ibnu Bahram, dari Ibrahim, dari ‘Alqamah yang mengatakan bahwa ‘Abdullah ibnu Mas‘ud pernah menghapus surat Mu‘awwidzatain dari mushhaf (-nya), dan mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah s.a.w. hanya memerintahkan kepada kita agar keduanya dipakai untuk berta‘awwudz. Dan ‘Abdullah belum pernah membaca kedua surat itu (dalam salatnya).

‘Abdullah ibnu Ahmad: Telah meriwayatkan hal ini melalui hadits al-A‘masy, dari Abu Ishaq, dari ‘Abd-ur-Rahman ibnu Yazid yang mengatakan bahwa ‘Abdullah ibnu Mas‘ud menghapus Mu‘awwidzatain dari mushhaf-nya, dan ia mengatakan bahwa sesungguhnya kedua surat tersebut bukanlah berasal dari Kitābullāh.

Al-A‘masy mengatakan: Telah menceritakan pula kepada kami ‘Ashim, dari Zurr ibnuu Hubaisy, dari Ubay ibnu Ka‘b yang mengatakan bahwa kami pernah menanyakannya kepada Rasulullah s.a.w. Maka beliau s.a.w. menjawab:

قِيْلَ قُلْ فَقُلْتُ

Pernah dibacakan kepadaku, maka aku membacanya.

Yakni Malaikat Jibril pernah mengajarkan kepada beliau kedua surat itu. Demikianlah menurut pendapat yang terkenal di kalangan kebanyakan ulama qira’ah dan ulama fiqih, bahwa Ibnu Mas‘ud tidak mencatat kedua surat ini dalam mushhaf-nya. Barangkali dia belum pernah mendengarnya dari Nabi s.a.w. dan berita tentang keduanya tidak mutawatir menurutnya. Kemudian pada akhirnya ia mencabut kembali pendapatnya dan mengikut kepada pendapat jamaah sahabat. Karena sesungguhnya para sahabat telah menetapkan keduanya di dalam mushhaf-mushhaf induk dan menyebarkannya ke seluruh kawasan negeri; segala puji bagi Allah atas segala karunia-Nya.

Imam Muslim di dalam kitab sahihnya telah meriwayatkan bahwa telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Bayan dari Qais ibnu Abu Hazim, dari ‘Uqbah ibnu ‘Amir yang mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. telah bersabda:

أَلَمْ تَرَ آيَاتٍ أُنْزِلَتْ هذِهِ اللَّيْلَةَ لَمْ يُرَ مِثْلُهُنَّ قَطُّ: (قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ) وَ (قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ)

Tidakkah engkau melihat beberapa ayat yang diturunkan tadi malam yang sama sekali belum pernah ada ayat-ayat yang semisal dengannya, yaitu Qul A‘ūdzu Birabb-il-Falaq (sūrat-ul-Falaq) dan Qul A‘ūdzu Birabb-in-Nās (sūrat-un-Nās).

Imam Ahmad dan juga Imam Muslim serta Imam Tirmidzi dan Imam Nasa’i telah meriwayatkannya melalui hadits Isma‘il ibnu Abu Khalid, dari Qais ibnu Abu Hazim, dari ‘Uqbah dengan sanad yang sama; Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.

Jalur lain. Imam Ahmad mengatakan: Telah menceritakan kepada kami al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Jabir, dari al-Qasim alias Abu ‘Abd-ur-Rahman, dari ‘Uqbah ibnu ‘Amir yang menceritakan bahwa ketika ia sedang menuntun begal (bighal) kendaraan Rasulullah s.a.w. di suatu jalan, tiba-tiba Rasulullah s.a.w. bersabda: “Hai ‘Uqbah, mengapa engkau tidak naik kendaraan?” ‘Uqbah berkata dalam hatinya bahwa ia tidak mau bergantian menaiki kendaraan karena takut hal itu merupakan perbuatan durhaka karena dengan Rasulullah s.a.w. Maka Rasulullah s.a.w. turun dan ‘Uqbah naik sebentar, lalu turun lagi dan Rasulullah s.a.w. naik. Setelah itu beliau bersabda: “Hai ‘Uqbah, maukah engkau ku ajarkan dua surat yang terbaik untuk dibaca oleh manusia?” ‘Uqbah menjawab: “Tentu saja mau, wahai Rasulullah.” Lalu Rasulullah s.a.w. membacakan kepadaku:

قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ.

Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh.” (al-Falaq: 1), hingga akhir surat.

Dan firman-Nya:

قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ.

Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia” (an-Nās: 1), sampai akhir surat.

Kemudian salat diiqamahkan dan Rasulullah s.a.w. maju, lalu membaca kedua surat itu, kemudian beliau berlalu di hadapanku dan bersabda:

كَيْفَ رَأَيْتَ يَا عُقْبُ: اِقْرَأْ بِهِمَا كُلَّمَا نِمْتَ وَ كُلَّمَا قُمْتَ.

Bagaimanakah pendapatmu, hai ‘Uqbah, bacalah kedua surat itu bila engkau hendak tidur dan bila engkau berdiri (dalam salatmu).

Imam Nasa’i telah meriwayatkannya melalui hadis al-Walid ibnu Muslim dan ‘Abdullah ibnu Mubarak, keduanya dari Ibnu Jarir dengan sanad yang sama. Imam Abu Daud serta Imam Nasa’i telah meriwayakannya pula melalui hadis Ibnu Wahb, dari Maimun ibnu Shalih, dari al-‘Ala ibnul Harits, dari al-Qasim ibnu ‘Abd-ur-Rahman, dari ‘Uqbah dengan sanad yang sama.

Jalur lain. Imam Ahmad mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Abd-ur-Rahman, telah menceritakan kepada kami Sa‘id ibnu Abu Ayyub, telah menceritakan kepadaku Yazid ibnu ‘Abd-ul-‘Aziz ar-Ra‘ini dan Marhum, dari Yazid ibnu Muhammad al-Qurasyi, dari ‘Ali ibnu Rabah, dari ‘Uqbah ibnu ‘Amir yang mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. pernah memerintahkan kepadanya agar membaca Mu‘awwidzatain setiap usai dari salat fardhunya. Abu Daud, Tirmidzi, dan Nasa’i telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari ‘Ali ibnu Abu Rabah; dan Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini gharib.

Jalur lain. Imam Ahmad mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah, dari Masyrah ibnu Ahan, dari ‘Uqbah ibnu ‘Amir yang mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda kepadanya:

اِقْرَأْ بِالْمُعَوِّذَتَيْنِ فَإِنَّكَ لَنْ تَقْرَأَ بِمِثْلِهِمَا

Bacalah Mu‘awwidzatain, karena sesungguhnya engkau tidak akan menjumpai surat yang semisal keduanya.

Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid.

Jalur lain. Imam Ahmad mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Haiwah ibnu Syuraih, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, telah menceritakan kepada kami Bujair ibnu Sa‘d, dari Khalid ibnu Ma‘dan, dari Jubair ibnu Nafir, dari ‘Uqbah ibnu ‘Amir yang mengatakan, bahwa Rasulullah s.a.w. pernah mendapat hadiah berupa seekor begal (bighāl) berwarna abu-abu, lalu beliau mengedarainya, maka ‘Uqbah mengambil tali kendalinya dan menuntunnya. Lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: “Aku membaca Qul A‘ūdzu Birabb-il-Falaq (surat-ul-Falaq),” maka Nabi s.a.w. mengulangi bacaannya itu kepada ‘Uqbah hingga akhirnya ‘Uqbah ibnu ‘Amir hafal dan membacanya. Maka Nabi s.a.w. mengetahui bahwa ‘Uqbah kelihatan tidak begitu gembira menerimanya, lalu beliau s.a.w. bersabda:

لَعَلَّكَ تَهَاوَنْتَ بِهَا؟ فَمَا قُمْتُ تُصَلِّيْ بِشَيْءٍ مِثْلِهَا.

Barangkali engkau meremehkannya, padahal tiada suatu bacaan pun dalam salatmu yang semisal dengannya.

Imam Nasa’i meriwayatkannya dari ‘Amr ibnu Utsman, dari Baqiyyah dengan sanad yang sama. Dan Imam Nasa’i telah meriwayatkannya pula melalui hadis ats-Tsauri, dari Mu’awiyah ibnu Shalih, dari ‘Abd-ur-Rahman ibnu Nafir dari ayahnya dari ‘Uqbah ibnu ‘Amir, bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah s.a.w. tentang Mu‘awwidzatain, lalu disebutkan hal yang semisal.

Jalur lain. Imam Nasa’i mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu ‘Abd-ul-A‘la, telah menceritakan kepada kami al-Mu‘tamir, bahwa ia pernah mendengar an-Nu‘man, dari Ziyad ibn-ul-Asad, dari ‘Uqbah ibnu ‘Amir, bahwa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:

إِنَّ النَّاسَ لَمْ يَتَعَوَّذُوْا بِمِثْلِ هذَيْنِ (قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ) وَ (قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ).

Sesungguhnya manusia itu belum pernah membaca ta‘awwudz (memohon perlindungan) dengan bacaan yang semisal dengan kedua surat berikut, yaitu Qul A‘ūdzu Birabb-il-Falaq (surat-ul-Falaq) dan Qul A‘ūdzh Birabb-in-Nās (surat-un-Nās).

Jalur lain. Imam Nasa’i mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami al-Laits, dari Abu ‘Ajlan, dari Sa‘id al-Maqbari, dari ‘Uqbah ibnu ‘Amir yang mengatakan bahwa ia berjalan bersama Rasulullah s.a.w., lalu beliau bersabda: “Hai ‘Uqbah, bacalah!” Aku bertanya: “Apakah yang harus kubaca?” Beliau diam, lalu bersabda: “Bacalah.” Aku bertanya: “Apakah yang harus aku baca, ya Rasulullah.” Rasulullah s.a.w. bersabda:

قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ

Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) subuh.” (al-Falaq: 1), hingga akhir surat.

Lalu aku membacanya hingga akhir surat, kemudian beliau s.a.w. bersabda: “Bacalah!” Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah yang harus aku baca?” Rasulullah s.a.w. bersabda:

قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ

Katakanlah: “Aku berlindungan kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.” (an-Nās: 1), hingga akhir surat.

Kemudian aku membacanya hingga akhir surat, dan setelah itu Rasulullah s.a.w. bersabda:

مَا سَأَلَ سَائِلٌ بِمِثْلِهَا وَ لَا اسْتَعَاذَ مُسْتَعِيْذٌ بِمِثْلِهَا.

Tiada seorang pun yang meminta dengan bacaan yang semisal dengannya, dan tiada seorang pun yang memohon perlindungan dengan bacaan yang semisal dengannya.

Jalur lain. Imam Nasa’i mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yasir, telah menceritakan kepada kami ‘Abd-ur-Rahman, telah menceritakan kepada kami Mu‘awiyah, dari al-A‘la ibn-ul-Harits, dari Makhul, dari ‘Uqbah ibnu ‘Amir, bahwa Rasulullah s.a.w. membaca kedua surat ini dalam salat Subuhnya.

Jalur lain. Imam Nasa’i mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami al-Laits, dari Yazid ibnu Abu Habib, dari Abu ‘Imran Aslam, dari ‘Uqbah ibnu ‘Amir yang mengatakan bahwa ia ikut bersama Rasulullah s.a.w. yang saat itu beliau berkendaraan. Maka aku pegang kedua telapak kakinya dan aku berkata: “Ajarkanlah kepadaku surat Hud atau surat Yusuf” Maka Rasulullah s.a.w. bersabda:

لَنْ تَقْرَأَ شَيْئًا أَنْفَعُ عِنْدَ اللهِ مِنْ قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ.

Engkau tidak akan menemukan suatu bacaan pun yang lebih bermanfaat di sisi Allah daripada Qul A‘ūdzu Birabb-il-Falaq (sūrat-ul-Falaq).

Hadits lain. Imam Nasa’i mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Mahmud ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami al-Walid, telah menceritakan kepada kami Abu ‘Amr al-Auza‘i, dari Yahya ibnu Abu Katsir, dari Muhammad ibnu Ibrahim ibn-ul-Harits, dari Abu ‘Abdullah ibnu Abis, al-Juhani, bahwa Nabi s.a.w. pernah bersabda kepadanya: “Hai Ibnu Abis, maukah aku tunjukkan kepadamu – maukah kuceritakan kepadamu – tentang permohonan perlindungan yang paling baik.” Ibnu Abis menjawab: “Tentu saja mau, ya Rasulullah.” Rasulullah s.a.w. bersabda:

قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَ قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ هَاتَيْنِ السُّوْرَتَانِ.

Qul A‘ūdzu Birabb-il-Falaq (surat-ul-Falaq) dan Qul A‘ūdzh Birabb-in-Nās (surat-un-Nās), keduanya adalah dua surat (al-Qur’an).

Semua jalur yang diriwayatkan dari ‘Uqbah ini berkedudukan seperti hadis yang mutawātir, dan memberikan pengertian yang pasti di kalangan sebagian besar ulama ahli tahqiq hadis.

Dalam pembahasan yang terdahulu telah disebutkan melalui riwayat Shada ibnu ‘Ajlan dan Farwah ibnu Mujahid, dari ‘Uqbah:

أَلَا أُعَلِّمُكَ ثَلَاثَ سُوَرٍ لَمْ يُنْزَلْ فِي التَّوْرَاةِ وَ لَا فِي الْإِنْجِيْلِ وَ لَا فِي الزَّبُوْرِ وَ لَا فِي الْفُرْقَانِ مِثْلُهُنَّ (قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدُ وَ قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَ قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ)

Maukah aku tunjukkan kepadamu tiga buah surat yang belum pernah diturunkan di dalam kitab Taurat, kitab Injil, kitab Zabur, dan juga di dalam kitab Furqan hal yang semisal dengannya, yaitu Qul Huwallāhu Aḥad (sūrat-ul-Ikhlāsh), Qul A‘ūdzu Birabb-il-Falaq (sūrat-ul-Falaq) dan Qul A‘ūdzh Birabb-in-Nās (sūrat-un-Nās)

Hadis lain. Imam Ahmad mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepada kami al-Jariri, dari Abul-A‘la yang mengatakan bahwa seorang lelaki pernah menceritakan bahwa ketika kami sedang bersama Rasulullah s.a.w. dalam suatu perjalanan, dan orang-orang mengiringinya, dan di waktu lohor panas amat terik, maka tibalah saatnya bagi Rasulullah s.a.w. untuk turun beristirahat dan juga bagiku. Maka beliau menyusulku dan menepuk pundakku seraya bersabda:

قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ

Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) subuh.” (al-Falaq: 1), hingga akhir surat.

Rasulullah s.a.w. membacakannya hingga akhir surat dan aku ikut membacanya bersama beliau. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda:

قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ

Katakanlah: “Aku berlindungan kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.” (an-Nās: 1), hingga akhir surat.

Dan Rasulullah s.a.w. membacanya hingga akhir surat dan aku ikut membacanya bersama beliau. Setelah itu beliau s.a.w. bersabda:

إِذَا صَلَّيْتَ فَاقْرَأْ بِهِمَا.

Apabila engkau salat, maka bacalah kedua surat ini.

Menurut makna lahiriah hadis, lelaki tersebut adalah ‘Uqbah ibnu ‘Amir; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Imam Nasa’i meriwayatkan dari Ya‘qub ibnu Ibrahim, dari Ibnu ‘Aliyyah dengan sanad yang sama.

Hadis lain. Imam Nasa’i mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn-ul-Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja‘far, dari ‘Abdullah ibnu Sa‘id, telah menceritakan kepadaku Yazid ibnu Ruman, dari ‘Uqbah ibnu ‘Amir, dari ‘Abdullah al-Aslami ibnu Anis, bahwa Rasulullah s.a.w. meletakkan tangannya ke dadanya, kemudian bersabda: “Katakanlah!” Aku tidak mengetahui apa yang harus kukatakan, kemudian beliau bersabda: “Katakanlah!” Maka aku membaca:

هُوَ اللهُ أَحَدُ

Dialah Allah Yang Maha Esa. (al-Ikhāsh: 1).

Kemudian beliau berkata: “Katakanlah!”. Maka aku membaca:

أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ، مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ.

Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya. (al-Falaq: 1-2).

hingga akhir surat, kemudian beliau s.a.w. bersabda: “Bacalah!” Maka aku membaca firman-Nya:

أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ

Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. (an-Nas: 1)

hingga akhir surat, lalu Rasulullah s.a.w. bersabda:

هكَذَا فَتَعَوَّذْ وَ مَا تَعَوَّذَ الْمُتَعَوِّذُوْنَ بِمِثْلِهِنَّ قَطُّ.

Demikianlah cara berta‘awwudz (memohon perlindungan), dan tiada suatu ta‘awwudz pun yang diucapkan oleh orang-orang yang berta‘awwudz semisal dengannya.

Hadis lain. Imam Nasa’i mengatakan: Telah menceritakan kepada kami ‘Amr ibnu ‘Ali alias Abu Hafsh, telah menceritakan kepada kami Badal, telah menceritakan kepada kami Syaddad ibnu Sa‘id alias Abu Thalhah, dari Sa‘id al-Jariri, telah menceritakan kepada kami Abu Nadhrah, dari Jabir ibnu ‘Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda kepadanya: “Hai Jabir, bacalah!” Jabir bertanya: “Demi ayah dan ibuku yang menjadi tebusanmu, apakah yang harus kubaca?” Rasulullah s.a.w. bersabda:

اِقْرَأْ قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَ قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ

Bacalah: Qul A‘ūdzu Birabb-il-Falaq dan Qul A‘ūdzh Birabb-in-Nās (sūrat-ul-Falaq dan sūrat-un-Nās)

Maka aku (Jabir) membaca kedua surat tersebut, setelah itu beliau s.a.w. bersabda:

اِقْرَأْ بِهِمَا وَ لَنْ تَقْرَأَ بِمِثْلِهِمَا.

Bacalah keduanya, dan engkau tidak akan menemukan bacaan yang semisal dengan keduanya.

Dalam hadis ‘A’isyah yang terdahulu telah diceritakan bahwa Rasulullah s.a.w. membaca kedua surat tersebut, lalu meniupkannya pada kedua tangannya dan mengusapkan kedua telapak tangannya ke kepalanya, wajahnya, dan bagian depan tubuhnya.

Imam Malik telah meriwayatkan dari Ibnu Syihab, dari ‘Urwah, dari ‘A’isyah, bahwa Rasulullah s.a.w. apabila sakit membacakan kepada dirinya dua surat Mu‘awwidzatain, lalu meniupkan keduanya pada dirinya. Dan setelah sakit beliau parah, maka akulah (‘A’isyah) yang membacanya, lalu menggunakan tangan beliau s.a.w. untuk mengusap dirinya dengan mengharapkan keberkahannya.

Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari ‘Abdullah ibnu Yusuf dan Muslim, dari Yahya ibnu Yahya dan Abu Daud, dari al-Qa‘nabi dan Imam Nasa’i, dari Qutaibah dan dari hadis Ibn-ul-Qasim serta ‘Isa ibnu Yunus. Sedangkan Ibnu Majah meriwayatkannya dari hadis Ma‘an dan Bisyr ibnu ‘Umar; kedelapannya bersumber dari Malik dengan sanad yang sama.

Dalam pembahasan yang lalu dalam surat Nun telah disebutkan sebuah hadis melalui Abu Nadhrah, dari Abu Sa‘id, bahwa Rasulullah s.a.w. membaca penangkal dari penyakit ‘ain yang ditimbulkan oleh jin dan manusia. Tetapi setelah diturunkan kedua surat Mu‘awwidzatain, maka beliau memegangnya dan meninggalkan selain keduanya. Imam Tirmidzi, Imam Nasa’i, dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkannya pula, dan Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini ḥasan shaḥīḥ.

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.