Surah al-Falaq 113 ~ Tafsir al-Azhar (Bagian 2)

Dari Buku:
Tafsir al-Azhar
Oleh: Prof. Dr. HAMKA

Penerbit: PT. Pustaka Islam Surabaya

Rangkaian Pos: Surah al-Falaq 113 ~ Tafsir al-Azhar

Dan dari kejahatan wanita-wanita peniup pada buhul-buhul.” (ayat 4). Yang dimaksud di sini ialah bahaya dan kejahatan mantra-mantra sang dukun. Segala macam mantra atau sihir yang digunakan untuk mencelakakan orang lain.

Ada satu perbuatan yang disebut TUJU! Dalam pemakaian kata secara umum, kata tuju berarti titik akhir yang dituju dalam perjalanan. Yang boleh dikatakan juga dalam bahasa Arab maqshūd. Apa yang dituju, dengan apa yang dimaksud adalah sama artinya.

Tetapi di dalam Ilmu Sihir dan mantra dukun-dukun, TUJU itu mempunyai arti yang lain. Yaitu menujukan ingatan, fikiran dan segala kekuatan kepada orang tertentu, menujukan kekuatan batin terhadap orang itu, dengan maksud jahat kepadanya, sehingga walaupun berjarak yang jauh sekali, akan berbekas juga kepada diri orang itu.

Dengan adanya ayat ini nyatalah bahwa al-Qur’an mengakui adanya hal-hal yang demikian. Jiwa manusia mempunyai kekuatan batin tersendiri di luar dari kekuatan jasmaninya. Kekuatan yang demikian bisa saja digunakan untuk maksud yang buruk. Di dalam bahasa Minangkabau kata-kata TUJU itu terdapat sebagai bahagian dari sihir. Ada TUJU gelang-gelang, yaitu dengan membulatkan ingatan jahat kepada orang yang dituju, orang itu dapat saja sakit perut. Gelang-gelang atau cacing yang dalam perut orang itu bisa membangkitkan penyakit yang membawa sengsara, bahkan membawa maut bagi yang dituju! Gelang-gelang Si Raya Besar, atau gelang-gelang si Ma-u-wek!

Selain dari itu ada Tuju yang bernama gayung, ada yang bernama tinggam (guna-guna untuk membuat sakit (bengkak-bengkak dsb.) dengan menusuk-nusukkan duri ekor ikan pari pada gambar orang) dimaksud dengan kata-kata “nuju wong”, yang arti harfiahnya menuju orang, maksudnya ialah menyihir orang.

Di dalam ayat 4 Sūrat-ul-Falaq ini kita berlindung daripada kejahatan wanita-wanita peniup pada buhul-buhul. Karena di zaman dahulu tukang mantra yang memantrakan dan meniup-niupkan itu kebanyakan ialah perempuan! Di Eropa pun tukang-tukang sihir yang dibenci itu diperlambangkan dengan perempuan-perempuan tua yang telah ompong giginya dan mukanya seram menakutkan. Di hadapannya terjerang sebuah periuk yang selalu dihidupkan api di bawahnya dan isinya macam-macam ramuan.

Di antara ramuan itu ialah anak kecil hasil perzinaan yang baru lahir!

Maka dalam ayat ini disebutkan bahwa perempuan tukang sihir itu meniup atau menghembus-hembus barang ramuan yang dia bungkus, dan bungkusan itu mereka ikat dengan tali yang dibuhulkan.

Isinya ialah barang-barang yang kotor atau barang yang mengandung arti untuk TUJU tadi. Misalnya didapati di dalamnya jarum 7 buah, jarum itu guna menusuk-nusuk perasaan orang yang dituju, sehingga selalu merasa sakit. Ada juga cabikan kain kafan, atau tanah pada perkuburan yang paling baru. Ada juga batu nisan (mejan). Pendeknya barang-barang ganjil yang mengandung kepercayaan sihir (magis) dengan maksud menganiaya.

Memang, jiwa manusia ini bisa saja dibawa kepada perbuatan yang buruk. Maka kalau jiwa orang yang kena tuju itu lemah, tidak ada pegangan dan tidak ada perlindungkan sejati terhadap Allah, dia bisa saja tewas karena mantra dukun tukang tiup tersebut. Maka dalam ayat ini seorang yang telah kokoh kepercayaannya kepada Allah, merasa yakin bahwa tuju jahat tukang sihir atau dukun jahat itu tidak akan mempan terhadap dirinya.

Tuhan berfirman di dalam al-Qur’an dengan tegas:

وَ أَلْقِ مَا فِيْ يَمِيْنِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوْا إِنَّمَا صَنَعُوْا كَيْدُ سَاحِرٍ وَ لاَ يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتى

Dan lemparkanlah apa yang dalam tanganmu itu, niscaya akan ditelannya apa-apa yang mereka bikin-bikin itu. Karena sesungguhnya apa yang mereka bikin itu hanyalah tipu daya tukang sihir. Dan tidaklah akan menang tukang sihir, biarpun dari mana mereka datang.” Thāhā: 69

Dan di dalam Surat al-Baqarah (Surat 2 ayat 102). Diterangkan bahwa Harut dan Marut di negeri Babil mengajarkan sihir, terutama sihir cara bagaimana menimbulkan kebencian di antara dua orang suami istri, sehingga berkelahi atau bercerai. Dalam ayat ini terbayang bahwa maksud sihir demikian bisa saja berhasil. Tetapi di tengah ayat itu tertulis:

وَ مَا هُمْ بِضَارِّيْنَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللهِ.

Dan ahli sihir itu sekali-kali tidaklah akan memberi mudharat, (sekali-kali tidaklah akan membahayakan) dengan sihirnya itu kepada seseorang pun kecuali dengan izin Allah.

Oleh sebab itu maka dianjurkanlah kita di dalam ayat ini memperlindungkan diri kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa yang menjadikan dan mentakdirkan segala sesuatu agar kita terpelihara daripada hembusan tukang sihir, laki-laki ataupun perempuan dengan buhul-buhul ramuan sihir itu. Sebab bila kita berlindung kepada Allah, tiada suatu pun alam ini, sebab dia perbuatan Allah, yang akan memberi bekas atas diri kita.

Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia melakukan kedengkian.” (ayat 5).

Pada hakikatnya dengki itu adalah satu penyakit yang menimpa jiwa orang yang dengki itu. Dalam bahasa Baratnya dikatakan bahwa orang yang dengki itu adalah abnormal, atau kurang beres jiwanya. Sakit hatinya melihat nikmat yang dianugerahkan Allah kepada seseorang padahal dia sendiri tidaklah dirugikan oleh pemberian Allah itu.

Oleh karena dengki adalah semacam penyakit, atau kehilangan kewarasan fikiran, maka bisa saja si dengki itu bertindak yang tidak-tidak kepada orang yang didengkinya. Misalnya difitnahkannya. Dikatakannya mencuri padahal tidak mencuri. Dikatakannya memusuhi pemerintah, padahal tidak memusuhi pemerintah, sehingga lantaran pengaduannya orang yang didengkinya itu ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara, ditahan bertahun-tahun dengan tidak ada pemeriksaan sama sekali. Atau dituduhnya seorang perempuan baik-baik berkhianat kepada suaminya. Atau dibuatnya apa yang kita namai Surat Kaleng!

“Hasad atau dengki dosa kepada Allah yang mula dibuat di langit, dan dengki juga dosa yang mula-mula dibuat orang di bumi. Dosa di langit ialah dengki iblis kepada Adam. Dosa di bumi ialah dengki Qabil kepada Habil.”

Berkata Hakim (ahli hikmat): “Orang yang dengki memusuhi Allah pada lima perkara: (1[^1]) Bencinya kepada Allah mengapa memberikan nikmat kepada orang lain, (2[^2]) Sakit hatinya melihat pembahagian yang dibahagikan Tuhan, – “Seakan-akan dia berkata: “Mengapa dibagi begitu?” (3[^3]) Dia menantang Allah, karena Allah memberi kepada siapa yang Dia kehendaki, (4[^4]) Dia ingin sekali supaya nikmat yang telah diberikan Allah kepada seseorang, agar dicabut Tuhan kembali, (5[^5]) Dia bersekongkol dengan musuh Tuhan dan musuhnya sendiri, yaitu Iblis.”

Ahli hikmat yang lain menulis pula: “Tidak ada yang akan didapat oleh orang yang dengki itu di dalam suatu majlis selain dari sesal dan jengkel, dan tidak ada yang akan didapatnya dari Malaikat selain dari kutuk dan kebencian, dan tidak ada yang akan didapatinya di akhirat kelak selain dari dukacita dan terbakar, dan tidak ada yang akan didapatnya dari Allah selain dari dijauhkan dan dibenci.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *