Surah al-‘Ashr 103 ~ Tafsir al-Aisar

TAFSĪR AL-AISAR
(Judul Asli: أَيْسَرُ التَّفَاسِيْرِ لِكَلَامِ الْعَلِيِّ الْكَبِيْرِ)
Edisi Indonesia:
Tafsir al-Qur’an al-Aisar (Jilid 7)

Penulis: Syaikh Abū Bakar Jābir al-Jazā’irī

(Jilid ke 7 dari Surah Qāf s.d. an-Nās)
 
Penerbit: Darus Sunnah

SURAT AL-‘ASHR

MAKKIYYAH
JUMLAH AYAT: 3 AYAT

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

 

Surat al-Fīl: Ayat 1-3

وَ الْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَ تَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَ تَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

103:1. Demi masa.
103:2. Sungguh, manusia berada dalam kerugian,
103:3. kecuali orang-orang yang berīmān dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

PENJELASAN KATA

(وَ الْعَصْرِ) Wal-‘Ashr: Semua masa.

(إِنَّ الْإِنْسَانَ) Inna-l-Insāna: Seluruh jenis manusia.

(لَفِيْ خُسْرٍ) Lafī Khusrin: Di dalam kekurangan dan kerugian karena umurnya adalah modalnya. Maka apabila tidak berīmān dan ber‘amal shāliḥ, orang tersebut sangat merugi.

(وَ تَوَاصَوْا بِالْحَقِّ) Wa Tawāshau bil-Ḥaqqi: Saling mewasiatkan di antara mereka untuk meyakini kebenaran, mengucapkan dan meng‘amalkannya.

(وَ تَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ) Wa Tawāshau bish-Shabri: Saling mewasiatkan di antara mereka untuk bersabar di dalam kebenaran, mengucapkan dan meng‘amalkannya.

MAKNA AYAT 1-3 SECARA UMUM

Firman-Nya: “Demi masa.” (11621) dan dua ayat berikutnya mencakup hukum, sesuatu yang dihukumi dan dengan apa dihukumi. Hukumnya adalah bahwa seluruh manusia (11632) memiliki kekurangan dan kerugian. Yang dihukumi adalah manusia, anak Ādam. Adapun dengan apa dihukumi, yaitu kerugian dan kekurangan bagi yang tidak berīmān dan ber‘amal shāliḥ. Sedangkan keberuntungan dan keselamatan hanya bagi yang berīmān, ber‘amal shāliḥ, dan saling mewasiatkan kebenaran dan kesabaran.

Firman-Nya: “Demi masa.” Yaitu Allah bersumpah dengannya, yaitu seluruh masa, baik itu malam, siang, pagi, dan sore. Jawaban sumpah ini adalah firman-Nya: “Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,” penuh kekurangan, kehancuran, dan kerugian karena hidup di dalam kesusahan kemudian setelah mati, masuk ke dalam neraka Jahannam. Maka ia akan merugi di dalam segala sesuatu hal sampai dirinya pun akan merugi.

Firman-Nya: “Kecuali orang-orang yang berīmān dan mengerjakan ‘amal shāliḥ”, yaitu mereka yang dikecualikan oleh Allah tidak akan merugi. Mereka akan beruntung dan tidak akan merugi karena akan masuk ke dalam surga, tempat kebahagiaan. Maksud berīmān adalah berīmān kepada Allah, Rasūl-Nya, dan ajarannya yang berisi petunjuk dan agama yang benar. Kemudian yang dimaksud dengan ‘amal shāliḥ adalah amalan wajib dan amalan sunnah.

Firman-Nya: “Dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran”, dengan meyakini mengucapkan, dan meng‘amalkannya, yaitu dengan mengikuti al-Qur’ān dan as-Sunnah. Firman-Nya: “dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”. (11643) Yaitu saling mewasiatkan di antara mereka di dalam kebenaran untuk meyakini, mengucapkan, dan meng‘amalkannya serta bersabar menjalaninya sampai mati dalam keadaan meyakini kebenaran, mengucapkan, dan meng‘amalkannya. Maka agama Islām adalah agama yang benar. Al-Qur’ān adalah kitab yang benar dan Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam adalah kebenaran. Sehingga mereka berīmān, ber‘amal shāliḥ, dan saling mewasiatkan padanya sampai mati.

PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL DARI AYAT 1-3.

  1. Keutamaan surat al-‘Ashr karena mencakup jalan menuju keselamatan, sehingga Imām asy-Syāfi‘ī berkata: “Seandainya Allah ta‘ālā tidak menurunkan ḥujjah atas hamba-Nya kecuali surat ini, maka (surat ini) telah mencukupinya.”
  2. Penjelasan tentang tempat kembalinya orang-orang kafir yaitu akan mengalami kerugian yang sebenarnya.
  3. Penjelasan tentang keberhasilan orang-orang yang berīmān dan ber‘amal shāliḥ yang selalu menjauhkan diri dari kesyirikan dan dosa-dosa.
  4. Kewajiban saling mewasiatkan di dalam kebenaran dan kesabaran di antara kaum muslimin.

Catatan:

  1. 1162). Para ahli tafsir menyebutkan batasan-batasan untuk kata “al-‘ashr” dengan bermacam-macam pendapat. Di antaranya adalah shalat ‘Ashar. Karena shalat ‘Ashar adalah shalat wustha (shalat pertengahan). Ada juga yang berpendapat bahwa ‘ashr adalah zaman Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Pendapat yang ada di dalam tafsir ini lebih diutamakan.
  2. 1163). Huruf “alif” dan “lām” pada kata “al-insān” mencakup semua jenis manusia. Akan tetapi, khusus untuk manusia yang sudah ada pada waktu turunnya ayat ini dan telah sampai kepadanya dakwah Islām. Adapun orang-orang yang ada sebelum turunnya ayat ini dan belum sampai kepadanya dakwah Islām, maka tidak termasuk ke dalam kata “al-insān” dalam ayat ini. Namun, apabila dikatakan bahwa ayat ini mencakup seluruh manusia, maka pendapat tersebut benar juga.
  3. 1164). Hakikat kesabaran adalah seseorang dapat menjaga dirinya dari perbuatan yang bertentangan dengan ketaatan kepada Allah dan Rasūl-Nya, baik perintah maupun larangan.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *