Surah al-A’la 87 ~ Tafsir Sayyid Quthb (2/4)

Dari Buku:
Tafsīr fi Zhilāl-il-Qur’ān
Oleh: Sayyid Quthb
 
Penerbit: Gema Insani

Rangkaian Pos: Surah al-A'la 87 ~ Tafsir Sayyid Quthb

Anjing dengan kelebihan penciumannya dapat merasakan adanya binatang lain yang lewat. Padahal, manusia tidak memiliki alat bantu buatannya sendiri untuk menguatkan indra penciumannya yang lemah. Namun demikian, indra penciuman kita yang lemah ini dapat mendeteksi atom-atom kecil yang sangat lembut.

Semua binatang dapat mendengar suara-suara yang kebanyakan berada di luar jangkauan getaran pendengaran kita. Karena, mereka memiliki indra pendengaran yang melebihi indra pendengaran kita. Namun demikian, dengan sarana-sarananya, manusia dapat mendengarkan seekor nyamuk yang terbang sejauh beberap mil, meskipun sudah melampaui gendang telinganya. Dan, dengan alat-alat itu pula, manusia dapat merekam pancaran cahaya matahari.

Seekor laba-laba air dapat membuat sarang bagi dirinya yang berbentuk balon dari benang-benang laba-laba, dan digantungkannya pada sesuatu di bawah air. Kemudian ditahan dengan gelembung udara pada bulu tubuhnya dan dibawanya ke air lalu dilepaskan di bawah sarangnya. Peristiwa ini berulang-ulang sehingga sarang itu menggelembung. Pada waktu itu melahirkan anak-anaknya yang kecil dan diperliharanya dengan aman dari embusan angin. Maka, di sini kita menjumpai jalan tenunan dengan teknik dan susunan yang indah.

Ikan “salmon” yang kecil berjalan bertahun-tahun di dalam laut, kemudian kembali ke sungai yang khusus untuknya. Kebanyakannya naik ke tepi sungai yang di sebelahnya menggenang sungai kecil tempat mereka dilahirkan. Nah, apakah gerangan yang menjadikan ikan ini dapat kembali ke tempat kelahirannya yang terbatas ini? Sesungguhnya ikan-ikan salmon yang naik ke sungai apabila berpindah ke sungai kecil itu mengetahui bahwa itu bukan anak sungainya. Maka, mereka membelah jalan di celah-celah sungai itu, kemudian berbelok menentang arus, menuju ke tempat kembalinya.

Terdapat teka-teki yang sangat sulit untuk dipecahkan, yaitu khusus mengenai ular laut yang menempuh kebalikan cara itu. Karena, makhlūq yang aneh ini apabila telah sempurna pertumbuhannya, mereka pindah dari bermacam-macam tambak dan sungai. Apabila di Eropa, mereka menempuh jarak beribu-ribu mil di lautan yang semuanya menuju ke dasar yang sangat jauh di selatan Bermuda. Di sana mereka bertelur dan mati. Sedangkan, yang kecil-kecil yang tidak memiliki alat untuk mengenal sesuatu selain keberadaannya di dalam air yang tidak berpenghuni, maka mereka kembali secara bertahap dan menemukan jalannya ke pantai tempat datangnya induk-induk mereka dahulu. Dari sana kemudian mereka menuju sungai sungai, danau, atau tambak-tambak kecil.

Dengan demikian, setiap jenis air layak dihuni oleh ular-ular laut itu. Mereka telah melawan arus yang kuat, tegar menghadapi gelombang dan angin, dan dapat menempuh gelombang yang bertumpuk-tumpuk menghempas ke pantai. Sekarang mereka mendapatkan kesempatan untuk berkembang. Sehingga, apabila telah sempurna perkembangannya, maka mereka didorong oleh peraturan yang halus untuk kembali menempuh siklus itu. Dari manakah datangnya pendorong yang mengarahkannya melakukan hal itu?

Sama sekali tidak pernah terjadi bahwa buruan ular laut Amerika berada di perairan Eropa, atau ular laut Eropa berada di perairan Amerika. Menurut tabiatnya, pertumbuhan ular perairan Eropa terlambat selama setahun atau lebih karena perbedaan jarak perjalanan yang ditempuhnya (karena jaraknya lebih jauh daripada jarak yang ditempuh temannya dari perairan Amerika). Bagaimana pendapat anda, apakah debu-debu dan udara itu bersatu pada ular-ular suatu perairan lantas mereka memiliki indra pengarahan dan kekuatan kehendak yang menetapkannya untuk melaksanakan pekerjaan itu?

Apabila angin membawa seekor kupu-kupu betina dari celah-celah jendela ke atas rumah anda, maka ia tidak berhenti sebelum memberikan isyārat yang halus, yang boleh jadi kupu-kupu jantannya berada pada jarak yang jauh. Akan tetapi, ia dapat menerima isyārat ini dan meresponnya, meski bagaimanapun anda berusaha menyebarkan suatu bau untuk menyesatkan mereka. Anda lihat, apakah makhlūq yang remeh ini mempunyai stasiun penyiaran? Apakah kupu-kupu jantan itu mempunyai pesawat radio akal, lebih-lebih kabel penangkap suara? Apakah anda melihat yang betina itu menggoncangkan sesuatu yang diutamakan, lantas yang jantan menerima goncangan itu?

Telepon dan radio termasuk sarana yang mengagumkan. Keduanya dapat menyampaikan hubungan dengan cepat bagi kita. Akan tetapi, keduanya masih berhubungan dengan kabel dan tempat. Dengan demikian, dalam segi ini kupu-kupu masih mengungguli kita.

Tumbuhan-tumbuhan berusaha menjaga kelestariannya dengan memanfaatkan segala sesuatu yang ada di sampingnya. Misalnya, binatang-binatang kecil yang membawa serbuk sari dari bunga yang satu ke bunga yang lain. Atau, angin dan segala sesuatu yang terbang atau berjalan kaki, menjadi sarana untuk menyebarkan benih-benihnya. Akhirnya, manusia pun masuk ke dalam sistemnya untuk mengembangbiakkannya. Mereka menggunakan bajak, menebarkan benih, memanen, dan menyimpan. Mereka juga harus merawat, mengawinkannya, mengupasnya, dan memberinya makan (pupuk). Apabila manusia melupakan tugas-tugas ini, maka ia akan ditimpa kelaparan, kemajuan akan sirna, dan bumi akan kembali kepada keadaannya semula.

Banyak binatang seperti ketam atau kepiting yang apabila kehilangan salah satu cakarnya, maka ia tahu bahwa salah satu bagian tubuhnya hilang. Kemudian ia segera menggantinya dengan mengaktifkan kembali sel-sel dan unsur-unsur generatifnya. Apabila hal itu sudah sempurna, maka berhentilah sel-sel itu dari kerjanya. Karena, ia tahu dengan metodenya bahwa waktu istirahat telah tiba.

Juga banyak binatang air yang apabila terpotong menjadi dua bagian, lantas ia memperbaiki dirinya dengan salah satu bagiannya. Apabila anda memotong kepala ulat makanan, maka ia akan segera membentuk kepala lagi sebagai penggantinya. Sementara itu, kita dapat mengobati luka, tetapi kapankah orang-orang yang terluka itu mengetahui bagaimana mereka menggerakan sel-sel untuk memproduksi lengan baru, daging baru, tulang baru, kuku baru, atau sumsum baru – kalau hal ini memungkinkan?

Di sana ada sesuatu hakikat yang mengejutkan dalam menyorot teka-teki makhlūq baru ini, bahwa sel-sel itu dalam tahapan pertama perkembangannya, apabila berpisah, maka masing-masing sel memiliki kemampuan membentuk binatang baru secara sempurna. Oleh karena itu, apabila sel pertama ini terbelah menjadi dua bagian dan masing-masing berpisah, maka keduanya akan berkembang menjadi dua individu. Mungkin hal ini menyerupai terjadinya anak kembar, tetapi ia menunjukkan sesuatu yang melebihi semua itu. Yaitu, tiap-tiap sel pada mulanya dapat menjadi sebuah individu yang terpisah. Dengan demikian, tidaklah diragukan bahwa anda berada pada semua sel dan jaringan.”

Pada pasal yang lain Cressy Morrison berkata: “Sesungguhnya buah pohon ek yang jatuh ke tanah, maka ia dijaga oleh kulitnya yang keras berwarna coklat, dan ia masuk ke dalam tanah. Pada musim semi pangkalnya tumbuh, lantas menembus kulit, dan mengisap makanan dari inti yang serupa dengan putih telur tempat bersembunyinya gen. Lalu, ia mengembangkan akarnya ke dalam tanah. Sesudah itu anda akan melihat tunas atau pohon kecil dan beberapa tahun kemudian menjadi sebatang pohon besar. Pangkal dengan gen-gen itu berkembang berjuta-juta, lalu membentuk batang, kulit, daun, dan buah, serupa dengan pohon ek yang melahirkannya atau menjadi asal-usulnya. Maka, beratus-ratus tahun kemudian buah-buah pohon tersebut yang tak terhingga jumlahnya menyebarkan anak cucu yang sangat banyak, sebagai produk dari pohon pertama tadi.”

Ia pada pasal ketiga berkata: “Setiap sel yang dihasilkan dalam makhlūq apa pun pasti membentuk dirinya agar menjadi bagian dari daging, atau mengorbankan dirinya seperti bagian kulit yang tak lama kemudian rusak. Sel juga membentuk email (lapisan gigi), memproduksi air mata, atau masuk dalam bangungan hidung atau telinga. Kemudian masing-masing sel membentuk dirinya sesuai dengan bentuk dan kekhususannya yang lazim untuk menunaikan tugas-tugasnya. Yang sulit kita bayangkan lagi ialah adanya sel untuk tangan kanan atau kiri. Juga adanya sel-sel yang menjadi bagian telinga kanan dan sel-sel lain yang menjadi bagian telinga kiri.

Beratus-ratus ribu sel tampak semuanya terdorong untuk melakukan sesuatu secara tepat, pada waktu yang tepat, dan di tempat yang tepat.”

Kemudian pada pasal keempat ia berkata: “Pada beraneka macam makhlūq ada yang diberi tingkatan yang tinggi baik dalam bentuknya maupun insting atau kecerdasan, atau hal-hal lain yang tidak kita ketahui. Serangga penyengat misalnya, ia memburu belalang peloncat, dan membuat lubang di dalam tanah. Kemudian meletakkan belalang itu di tempat yang sesuai sehingga hilang kesadarannya, tetapi dia hidup seperti daging yang dipelihara.

Lebah penyengat betina meletakkan telur di tempat yang sesuai dan telah ditentukan. Kemungkinan dia tidak mengetahui bahwa anak-anaknya yang kecil apabila telah menetas dapat makan sendiri tanpa membunuh serangga-serangga yang menjadi makanannya. Karena, yang demikian itu dapat membahayakan keberadaannya. Sudah tentu lebah penyengat itu senantiasa melakukan perbuatan itu secara berulang-ulang. Karena, kalau tidak demikian, niscaya tidak akan ada lagi kumbang-kumbang besar di muka bumi. ‘Ilmu pengetahuan hingga sekarang belum juga dapat menafsirkan fenomena yang samar ini. Namun demikian, kiranya tidak akan terjadi pertentangan antara fenomena ini dan ‘ilmu pengetahuan!

Lebah penyengat betina menutup galian di dalam tanah, lantas pergi dengan senang hati, kemudian mati. Maka, ia dan pendahulu-pendahulunya tidak pernah memikirkan pekerjaan ini. Sedangkan, ia tidak mengetahui apa yang akan terjadi bagi anak-anaknya yang kecil, atau tidak mengetahui kalau di sana ada sesuatu yang disebut anak-anaknya yang kecil. Bahkan, ia pun tidak mengerti bahwa ia hidup dan bekerja untuk memelihara dan melestarikan spesiesnya.

Pada sebagian jenis semut terdapat semut-semut yang bekerja dengan membawa biji-bijian kecil untuk memberi makan kepada semut-semut yang lain di celah-celah musim dingin. Semut-semut itu menciptakan sesuatu yang terkenal dengan istilah “gudang tepung”. Di sana terdapat semut yang terus-menerus diberi tugas menyiapkan tepung, dengan mempersiapkan makanan untuk kemakmuran mereka, dan ini merupakan tugasnya satu-satunya. Ketika musim panas tiba dan semua biji-bijian telah menjadi tepung, maka “kebaikan paling agung bagi yang paling besar jumlanya.” Dia meminta agar makanan pokok itu dijaga. Generasi yang baru akan banyak menusuk semut pembuat tepung. Karena, tentara-tentara semut akan membunuh semut pembuat tepung yang masih ada. Barangkali naluri keseranggaannya merasa senang kalau semut itu telah mendapatkan balasan yang setimpal. Karena, ia telah mendapatkan kesempatan pertama untuk memberi makanan ketika ia membuat tepung.

Di sana terdapat jenis semut yang didorong oleh insting atau pikirannya (terserah istilah apa yang anda sukai) untuk menanam sarang makanan yang bisa saja anda sebut dengan “kebun sarang”. Juga untuk memangsa jenis-jenis ulat, aphid “binatang kecil penghisap sari tumbuhan”, atau yaraq “larva, binatang kecil yang menyebabkan kerusakan pada madu”. Maka, makhlūq-makhlūq ini bagaikan sapi dan kambingnya semut. Darinya semut-semut itu mengambil sari-sari tertentu yang menyerupai madu sebagai makanan bagi mereka.

Semut juga menawan beberapa kelompok dari serangga-serangga itu dan memperbudaknya. Sebagian semut ketika membuat sarang, mereka memotong daun-daun sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan. Ketika sebagian semut pekerja membuat bagian-bagian ujung di tempatnya, mereka mempergunakan yang kecil-kecil – yang berada dalam taraf perkembangan dan sudah mampu mandiri – untuk turut membungkus bersama-sama. Kadang-kadang ada semut-semut kecil yang tidak mau bekerja membuat selongsong buat dirinya, tetapi ia masih mau berkhidmat kepada kelompok.

Maka, bagaimanakah semut-semut kecil ini dapat melakukan tugas-tugas sedemikian rumit? Tak diragukan lagi bahwa di sana ada Yang Maha Pencipta yang membimbingnya untuk melakukan semua itu.”

Ya, tak diragukan lagi bahwa ada Yang Maha Pencipta yang membimbingnya dan membimbing makhlūq-makhlūq lainnya, yang besar ataupun yang kecil, untuk melakukan semua itu. Sesungguhnya Dia “Yang Maha Tinggi, yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk”.

Contoh-contoh yang kami kutip dari perkataan pakar ini tidak lain hanyalah seujung kecil saja dari sekian hal yang menarik perhatian yang sempat dicatat manusia dari alam tumbuh-tumbuhan, serangga, burung, dan binatang. Di belakangnya masih sangat banyak hal yang seperti itu. Semuanya tidak lebih hanya menunjukkan sejemput kecil saja dari kandungan firman Allah ta‘ālā: “Yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk…..”, di alam wujud yang tersaksikan ini yang tidak kita ketahui melainkan sangat sedikit. Di belakangnya terdapat alam ghaib yang hanya sepintas saja informasinya sampai kepada kita sebagaimana yang diceritakan Allah kepada kita, dalam ukuran yang mampu ditangkap oleh kemampuan kita selaku manusia yang lemah.

 

Sesudah memaparkan pembicaraan yang panjang lebar dan membeberkan fenomena alam semesta yang besar serta mengucapkan tasbīḥ secara mutlak dalam segenap sisi-sisinya, dengan saling merespons antar penjuru-penjurunya yang jauh, maka sempurnalah tasbīḥ yang agung dengan sentuhannya terhadap kehidupan tumbuh-tumbuhan dengan isyārat-isyārat dan sasarannya:

“…… Dan, Yang menumbuhkan rumput-rumput, lalu dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman.” (al-A‘lā: 4-5)

Al-mar‘ā” adalah semua tumbuh-tumbuhan. Tidak ada tumbuh-tumbuhan melainkan ia pasti layak bagi makhlūq apa pun ciptaan Allah. Maka, ia di sini lebih luas cakupannya daripada rerumputan untuk binatang ternak kita. Allah telah menciptakan bumi ini dan telah menentukan padanya bahan-bahan makanannya bagi setiap makhlūq hidup yang merayap di atasnya, atau bersembunyi di dalamnya, atau terbang di angkasanya.

Tumbuh-tumbuhan ini pada awal pertumbuhannya tampak hijau warnanya, kemudian layu, lalu menjadi kering kehitam-hitaman. Ketika masih hijau, ia layak menjadi makanan; ketika menjadi kering kehitam-hitaman, ia juga layak menjadi makanan; dan di antara hijau dan kering, dalam setiap keadaannya, ia layak dipergunakan untuk kebutuhan kehidupan duniawi. Tentunya sesuai dengan kadar ketentuan yang dibuat oleh Yang menciptakan dan menyempurnakan penciptaan-Nya, yang menentukan kadar masing-masing dan memberi petunjuk.

Isyārat kepada kehidupan tumbuh-tumbuhan di sini memberi kesan dari ujung yang samar bahwa segala tumbuhan akan ada masa menuai dan setiap makhlūq hidup ada kesudahannya. Ini adalah sentuhan yang sesuai dengan pembicaraan tentang kehidupan dunia dan kehidupan akhirat:

Tetapi, kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedangkan, kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal” (al-A‘lā: 16-17)

Kehidupan dunia bagaikan tumbuh-tumbuhan ini, yang akan berkesudahan lalu menjadi kering kehitam-hitaman. Sedangkan, akhirat adalah kehidupan yang kekal abadi.

Dengan permulaan yang menyingkap jankauan yang panjang dari hamparan semesta ini, maka bersambunglah hakikat-hakikat surah ini dengan alam wujud. Alam wujud pun berkaitan dengannya, dalam bingkai yang besar dan indah ini. Perlu diperhatikan pula bahwa sebagian surah di dalam juz ini memuat bingkai seperti itu, bingkai yang selaras dan serasi dengan nuansa, bayang-bayang, dan kesan-kesannya. (81)

Catatan:

  1. 8). Silakan baca pasal “at-Tanāsuq-ul-Fanniy” di dalam buku at-Tashwīr-ul-Fanniy fi-l-Qur’ān, terbitan Dār-usy-Syurūq.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *