Hati Senang

Surah al-A’la 87 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan

Cover Buku Tafsir Hidayat-ul-Insan oleh Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsīru Hidāyat-il-Insān Judul Asli: (هداية الإنسان بتفسير القران) Disusun oleh: Abū Yaḥyā Marwān Ḥadīdī bin Mūsā Tafsir Al Qur’an Al Karim Marwan Bin Musa Dari Situs: www.tafsir.web.id

Surah al-A‘lā (Yang Maha Tinggi)
Surah ke-87. 19 ayat. Makkiyyah

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

 

Ayat 1-5: Perintah bertasbīḥ dan dalil-dalil terhadap kekuasaan dan keesaan Allah subḥānahu wa ta‘ālā.

سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى. الَّذِيْ خَلَقَ فَسَوَّى. وَ الَّذِيْ قَدَّرَ فَهَدَى. وَ الَّذِيْ أَخْرَجَ الْمَرْعَى. فَجَعَلَهُ غُثَاءً أَحْوَى.

  1. (3065[efn_note]3065). Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam Tafsīr Juz ‘Amma berkata: “Khithāb (arah pembicaraan) di sini untuk Rasūlullāh shallallāahu ‘alaihi wa sallam, dan khithāb kepada Rasūl shallallāhu ‘alaihi wa sallam dalam al-Qur’ān-ul-Karīm terbagi menjadi tiga bagian: (1) Adanya dalil bahwa khithāb itu khusus tertuju kepada Beliau, sehingga menjadi khusus untuk Beliau, (2) Adanya dalil bahwa khithāb itu umum sehingga menjadi umum, (3) Tidak adanya dalil terhadap ini (khusus untuk Beliau) dan itu (khusus untuk umatnya), maka hal ini menjadi khusus lafaznya saja (kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam), namun secara hukumnya buat umat juga.”Syaikh as-Sa‘dī berkata: “Allah subḥānahu wa ta‘ālā memerintahkan bertasbih kepada-Nya yang di dalamnya mengandung dzikr dan beribadah kepada-Nya, tunduk kepada keagungan-Nya dan merendahkan diri kepada kebesaran-Nya, dan hendaknya tasbīḥ itu yang sesuai dengan keagungan Allah ta‘ālā, yaitu dengan disebut nama-nama-Nya yang indah lagi tinggi di atas semua nama, dengan maknanya yang indah dan agung. Demikian pula dengan disebut perbuatan-Nya yang di antaranya adalah Dia menciptakan semua makhlūq lalu menyempurnakannya, ya‘ni merapihkan dan memperbagus ciptaan-Nya.”[/efn_note]) Sucikanlah nama Tuhanmu (3066[efn_note]3066). Yakni sucikanlah Tuhanmu dari segala yang tidak layak bagi-Nya.[/efn_note]) Yang Maha Tinggi, (3067[efn_note]3067). Dr. Abd-ur-Raḥmān al-Khumais dalam Anwār-ul-Hilālain fit-Ta’aqqubāt ‘alal-Jalālain berkata: “Al-A‘lā adalah salah satu nama Allah yang di dalamnya menetapkan sifat ketinggian bagi Allah ta‘ālā; yang ma‘nanya adalah Yang Paling Tinggi di atas segala sesuatu. Ia adalah Af‘āl tafdhīl (bentuk kata yang menunjukkan paling) yang menunjukkan ketinggian Allah ta‘ālā dengan semua makna ketinggian. Oleh karena itu, Dia paling tinggi kedudukannya, paling tinggi berkuasa, paling tinggi Dzāt-Nya di atas segala sesuatu. Disebutkan nama-Nya al-A‘lā di sini adalah untuk menerangkan keberhakan-Nya disucikan, yakni disucikan dari semua kekurangan.”[/efn_note])
  2. Yang Menciptakan, lalu menyempurnakan (penciptaan-Nya), (3068[efn_note]3068). Sehingga menjadi sesuai dan seimbang anggota tubuhnya.[/efn_note])
  3. Yang menentukan taqdīr (masing-masing) dan memberi petunjuk, (3069[efn_note]3069). Hidāyah atau petunjuk ini adalah petunjuk yang umum, yaitu bahwa Dia menunjukkan kepada semua makhlūq hal yang bermaslahat bagi mereka.[/efn_note])
  4. dan Yang menumbuhkan rerumputan, (3070[efn_note]3070). Dia menurunkan dari langit air untuk menumbuhkan berbagai macam tumbuhan dan rerumputan yang banyak, sehingga manusia dan hewan dapat memakannya.[/efn_note])
  5. lalu dijadikan-Nya (rumput-rumput) itu (3071[efn_note]3071). Setelah menghijau.[/efn_note]) kering kehitam-hitaman.

 

Ayat 6-13: Penjagaan terhadap al-Qur’ān-ul-Karīm, sikap kaum mu’min dan orang-orang kafir terhadap al-Qur’ān dan balasan untuk mereka.

سَنُقْرِؤُكَ فَلَا تَنْسَى. إِلَّا مَا شَاءَ اللهُ إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَ مَا يَخْفَى. وَ نُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى. فَذَكِّرْ إِنْ نَّفَعَتِ الذِّكْرَى. سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى. وَ يَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى. الَّذِيْ يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى. ثُمَّ لَا يَمُوْتُ فِيْهَا وَ لَا يَحْيَى.

  1. (3072[efn_note]3072). Setelah Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyebutkan beberapa kenikmatan dunia, maka Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyebutkan asal dan sumber kenikmatan, yaitu al-Qur’ān.[/efn_note]) Kami akan membacakan (al-Qur’ān) kepadamu (Muḥammad) sehingga engkau tidak akan lupa, (3073[efn_note]3073). Ya‘ni Kami akan menjaga wahyu yang Kami wahyukan kepadamu dan menyimpannya dalam hatimu sehingga engkau tidak akan lupa sedikit pun darinya. Ini merupakan kabar gembira yang besar dari Allah subḥānahu wa ta‘ālā kepada hamba dan Rasūl-Nya Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam, bahwa Allah subḥānahu wa ta‘ālā akan mengajarkan ‘ilmu kepadanya yang tidak akan Beliau lupakan.[/efn_note])
  2. Kecuali jika Allah menghendaki. (3074[efn_note]3074). Dengan membuatmu melupakannya dengan dinaskh (dihapus) baik bacaan maupun hukumnya karena hikmah-Nya yang dalam.[/efn_note]). (3075[efn_note]3075). Disebutkan dalam tafsīr al-Jalālain, “Sebelumnya Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam mengeraskan suaranya bersamaan suara Jibrīl karena takut lupa, seakan-akan dikatakan kepada Beliau: “Janganlah engkau terburu-buru dengannya, karena engkau tidak akan lupa. Oleh karena itu, jangan membebani dirimu dengan mengeraskan suara, karena sungguh, Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi.”[/efn_note]) Sungguh, Dia mengetahui yang terang (3076[efn_note]3076). Baik ucapan maupun perbuatan.[/efn_note]) dan yang tersembunyi.
  3. Dan Kami akan memudahkan bagimu ke jalan yang mudah, (3077[efn_note]3077). Yaitu syarī‘at Islam yang merupakan syariat yang paling mudah bagi manusia dan membawa mereka kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Syaikh as-Sa‘dī berkata: “Ini juga merupakan kabar gembira yang besar, bahwa Allah subḥānahu wa ta‘ālā akan memudahkan Rasūl-Nya shallallāhu ‘alaihi wa sallam kepada kemudahan dalam semua urusannya, dan Dia menjadikan syarī‘at dan agama-Nya mudah.”[/efn_note])
  4. oleh sebab itu berikanlah peringatan (3078[efn_note]3078). Dengan syarī‘at Allah dan ayat-ayatNya.[/efn_note]), karena peringatan itu bermanfaat, (3079[efn_note]3079). Bisa juga diartikan: “Jika peringatan itu bermanfaat.” Dengan demikian, jika tampaknya tidak bermanfaat, maka tidak perlu memberikan peringatan, terlebih apabila peringatan itu malah membuatnya bertambah melakukan keburukan. Sebagian ‘ulamā’ berkata: “Jika diperkirakan peringatan itu bermanfaat, maka wajib memberi peringatan. Tetapi, jika diperkirakan peringatan itu tidak bermanfaat, maka ia diberi pilihan; jika ia mau; ia memberi peringatan dan jika tidak, maka ia tidak memberi peringatan.” Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam Tafsīr Juz ‘Amma berkata: “Akan tetapi, bagaimana pun juga kita katakan: “Harus memberi peringatan, meskipun anda mengira bahwa peringatan itu tidak bermanfaat, karena kelak akan bermanfaat bagimu, dan kelak manusia akan mengetahui bahwa sesuatu yang engkau peringatkan, bisa wajib atau haram, dan jika engkau mendiamkan manusia, sedangkan mereka mengerjakan yang haram, maka nanti orang-orang akan berkata: “Kalau hal ini memang haram, tentu ulama akan memperingatkannya,” atau, “Kalau hal ini wajib tentu ‘ulamā’ akan mengingatkannya.” Oleh karena itu, harus diberi peringatan dan syarī‘at harus disebarluaskan baik bermanfaat (bagi mereka) atau tidak.”[/efn_note])
  5. (3080[efn_note]3080). Setelah diberikan peringatan, maka manusia terbagi menjadi dua; orang yang mau menerima peringatan itu dan orang yang tidak menerima. Orang yang menerima peringatan itu adalah orang yang takut kepada Allah, karena takut kepada Allah subḥānahu wa ta‘ālā dan mengetahui bahwa Dia akan memberikan balasan terhadap amalnya membuat seorang hamba berhenti melakukan maksiat dan berusaha menjalankan kebaikan. Sedangkan orang yang tidak menerima peringatan itu adalah orang yang celaka seperti halnya orang kafir sebagaimana diterangkan pada ayat selanjutnya.[/efn_note]) orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, (3081[efn_note]3081). Hal ini sebagaimana firman Allah ta‘ālā, Maka berilah peringatan dengan al-Qur’ān orang yang takut dengan ancaman-Ku.” (Terj. Qāf: 45)[/efn_note])
  6. dan orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya.
  7. (yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka).
  8. selanjutnya dia di sana tidak mati (3082[efn_note]3082). Sehingga dapat beristirahat. Sampai-sampai mereka berharap agar dimatikan saja, namun harapan mereka tidak diberikan.[/efn_note]) dan tidak (pula) hidup. (3083[efn_note]3083). Dengan nikmat.[/efn_note])

 

Ayat 14-19: Beruntungnya orang yang menyucikan dirinya dari dosa-dosa.

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى. وَ ذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى. بَلْ تُؤْثِرُوْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا. وَ الْآخِرَةُ خَيْرٌ وَ أَبْقَى. إِنَّ هذَا لَفِي الصُّحُفِ الْأُوْلَى. صُحُفِ إِبْرَاهِيْمَ وَ مُوْسَى.

  1. Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (3084[efn_note]3084). Dari syirk, kezhāliman dan akhlāq yang buruk.[/efn_note]) (dengan beriman),
  2. dan mengingat nama Tuhannya, lalu Dia shalat.
  3. Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia, (3085[efn_note]3085). Yang kenikmatannya sementara dan tidak sempurna. Dengan demikian, cinta dunia merupakan sumber setiap keburukan.[/efn_note])
  4. padahal kehidupan akhirat itu (3086[efn_note]3086). Yaitu surga.[/efn_note]) lebih baik dan lebih kekal.
  5. Sesungguhnya ini (3087[efn_note]3087). Ya‘ni beruntungnya orang-orang yang menyucikan dirinya dan bahwa akhirat itu lebih baik daripada dunia, atau yang disebutkan dalam surah yang penuh berkah ini berupa perintah-perintah dan berita-berita yang baik.[/efn_note]) terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu,
  6. (yaitu) kitab-kitab Ibrāhīm dan Mūsā. (3088[efn_note]3088). Dengan demikian, perintah-perintah ini ada dalam setiap syariat karena bermaslahat di dunia dan akhirat, di setiap waktu dan setiap tempat.[/efn_note])

Selesai tafsir surah al-A‘lā dengan pertolongan Allah, taufīq-Nya dan kemudahan-Nya, wal-ḥamdulillāhi rabb-il-‘ālamīn.

Laman Terkait

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.