Zat Allah dan Bisikan Ghaib – Bab-ul-Mubtada’ wal Khabar – Tata Bahasa Sufi

Dari Buku:
Tata Bahasa Sufi – Mengungkap Spiritualitas
Matan Jurumiyah
Oleh: Imam Ibnu ‘Ajibah al-Hasani r.a.

Penerjemah: H. Abdul Aziz Sukarnawadi, MA.
Penerbit: Badan Penerbitan dan Penerjemahan Nahdlatul Wathan (BPPNW)

بَابُ الْمُبْتَدَأِ وَ الْخَبَرِ

Zat Allah dan Bisikan Ghaib

 

بَابُ الْمُبْتَدَأِ وَ الْخَبَرِ
الْمُبْتَدَأُ هُوَ الْاِسْمُ الْمَرْفُوْعُ الْعَارِيْ عَنِ الْعَوَامِلِ اللَّفْظِيَّةِ وَ الْخَبَرُ هُوَ الْاِسْمُ الْمَرْفُوْعُ الْمُسْنَدُ إِلَيْهِ نَحْوُ قَوْلِكَ زَيْدٌ قَائِمٌ وَ الزَّيْدَانِ قَائِمَانِ وَ الزَّيْدُوْنَ قَائِمُوْنَ
وَ الْمُبْتَدَأُ قِسْمَانِ ظَاهِرٌ وَ مُضْمَرٌ فَالظَّاهِرُ مَا تَقَدَّمَ ذِكْرُهُ
وَ الْمُضْمَرُ أَرْبَعَةُ عَشَرَ وَ هِيَ هُوَ وَ هُمَا وَ هُمْ وَ هِيَ وَ هُمَا وَ هُنَّ وَ أَنْتَ وَ أَنْتُمَا وَ أَنْتُمْ وَ أَنْتِ وَ أَنْتُمَا وَ أَنْتُنَّ وَ أَنَا وَ نَحْنُ نَحْوُ قَوْلِكَ أَنَا قَائِمٌ وَ نَحْنُ قَائِمُوْنَ وَ مَا أَشْبَهَ ذلِكَ
وَ الْخَبَرُ قِسْمَانِ مُفْرَدٌ وَ غَيْرُ مُفْرَدٍ فَالْمُفْرَدُ مَا تَقَدَّمَ ذِكْرُهُ
وَ غَيْرُ الْمُفْرَدِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ الْجَارُ وَ الْمَجْرُوْرُ وَ الظَّرْفُ وَ الْفِعْلُ مَعَ فَاعِلِهِ وَ الْمُبْتَدَأُ مَعَ خَبَرِهِ نَحْوُ قَوْلِكَ زَيْدٌ فِي الدَّارِ وَ زَيْدٌ عِنْدَكَ وَ زَيْدٌ قَامَ أَبُوْهُ وَ زَيْدٌ جَارِيَتُهُ ذَاهِبَةٌ

Allah s.w.t. adalah mubtada’. Artinya, segala sesuatu mulai dari Allah dan melalui kehendak-Nya. Allah juga adalah muntahā, di mana segala sesuatu berakhir pada-Nya. Allah berfirman:

وَ أَنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى

Dan bahwasanya kepada Tuhanmulah akhir segalanya.” (251).

Mubtada’ adalah isyarat kepada zat Allah s.w.t. di saat Ia belum menciptakan makhluk apapun, dan setelah mulai berkreasi dengan mengaktifkan Asma’-Nya maka barulah sifat-sifat keagungan Allah dikenal ciptaan-Nya. Dalam sebuah hadits qudsi Allah s.w.t. berfirman:

كُنْتُ كَنْزًا مَخْفِيًّا فَأَحْبَبْتُ أَنْ أُعْرِفَ فَخَلَقْتُ الْخَلْقَ وَ تَعَرَّفْتُ لَهُمْ فَبِيْ عَرَفُوْنِيْ

Awalnya Aku tak dikenal (perbendaharaan yang tersembunyi), dan Aku ingin dikenal, maka Aku ciptakan makhluk lalu Kuperkenalkan diri-Ku pada mereka dan dengan-Ku mereka mengetahui-Ku”.

Artinya, di saat awal penciptaan, Allah s.w.t. membukakan sedikit saja dari rahasia kekuasaan-Nya untuk menciptakan ciptaan-Nya, kemudian Ia ciptakan bagi mereka hati nurani dan akal sehat untuk mengenal kekuasaan-Nya dengan kekuasaan-Nya.

Dengan demikian maka mubtada’ adalah Allah s.w.t. Yang Maha Agung, Tinggi, Kuasa, Mulia, lagi Suci dari segala pengaruh dan gangguan, sebab Dialah Yang Maha Mempengaruhi dan tidak dapat dipengaruhi. Dialah Yang Maha Awal dan tidak ada yang mendahului-Nya. Dialah Yang Maha Kuasa dan tidak ada yang berkuasa di atas-Nya. Dialah Yang Maha Agung lagi Kaya dan tidak ada yang dibutuhkan-Nya, melainkan segala sesuatulah yang memerlukan-Nya. Allah s.w.t. berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللهِ وَ اللهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ

Hai manusia, kamulah yang membutuhkan Allah, dan Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (262)

Mubtada’ bersifat zhāhir (nampak) bagi para wali melalui penjelmaan-penjelmaan Asma’-Nya, dan bersifat mudhmar (tidak nampak) bagi orang-orang yang lalai.

Zat Allah s.w.t. memiliki isim yang meliputi seluruh Asma’-Nya, baik Asmā’ jalāl maupun jamāl-Nya. Isim zat tersebut diisyaratkan dengan khabar, dan di sisi auliyā’ dinamakan dengan Isim A‘zham. Isim ini tidak diketahui siapapun kecuali para wali papan atas saja, sebab dengannya segala pintu ghaib dapat disingkap, segala hajat dapat ditunaikan, dan suratan takdir pun dapat dirubah dengan izin dan hikmah-Nya.

Khabar juga mengisyaratkan kepada berita ghaib yang disampaikan ke alam nyata, di mana terbagi menjadi dua: mufrad dan ghairu mufrad. Khabar mufrad adalah berita atau penampakan makhluk halus yang tidak memiliki jenis yang tetap, seperti malaikat dan jin. Adapun khabar ghairu mufrad adalah berita atau penampakan makhluk halus yang mempunyai organ tubuh, seperti darah, daging, dan lain-lain. Dan segala jenis makhluk, baik di alam ghaib maupun di alam nyata akan kembali kepada Sang Mubtada’ dan Muntahā yaitu Allah s.w.t.

Catatan:

  1. 25). An-Najm: 42.
  2. 26). Fāthir: 15

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *