Tekad Bulat – Bab-ut-Taukid – Tata Bahasa Sufi

Dari Buku:
Tata Bahasa Sufi – Mengungkap Spiritualitas
Matan Jurumiyah
Oleh: Imam Ibnu ‘Ajibah al-Hasani r.a.

Penerjemah: H. Abdul Aziz Sukarnawadi, MA.
Penerbit: Badan Penerbitan dan Penerjemahan Nahdlatul Wathan (BPPNW)

بَابُ التَّوْكِيْدِ

Tekad Bulat

 

بَابُ التَّوْكِيْدِ
التَّوْكِيْدُ تَابِعٌ لِلمُؤَكَّدِ فِيْ رَفْعِهِ وَ نَصْبِهِ وَ خَفْضِهِ وَ تَعْرِيْفِهِ
وَ يَكُوْنُ بِأَلْفَاظٍ مَعْلُوْمَةٍ وَ هِيَ النَّفْسُ وَ الْعَيْنُ وَ كُلُّ وَ أَجْمَعُ وَ تَوَابِعُ أَجْمَعَ وَ هِيَ أَكْتَعُ وَ أَبْتَعُ وَ أَبْصَعُ تَقُوْلُ قَامَ زَيْدٌ نَفْسُهُ وَ رَأَيْتُ الْقَوْمَ كُلَّهُمْ وَ مَرَرْتُ بِالْقَوْمِ أَجْمَعِيْنَ

Tekad yang bulat untuk mencapai sebuah tujuan, memiliki nilai yang sama dengan tujuannya. Apabila tujuannya mulia (Allah dan Rasul-Nya) maka tekad itupun sangatlah mulia. Ketika seorang murid ingin lekas sampai kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia harus bertekad dan bersungguh-sungguh dengan segenap jiwa raganya, bahkan ia nyaris mengorbankan semua yang dicintainya di dunia demi meraih cinta yang hakiki bersama-Nya. Syaikh ‘Abd-ul-Ghanī an-Nābulsī r.a. menyatakan:

قَالَ لِيْ يَا صَاحُ مَهْرُهَا الْأَرْوَاح
كَمْ مُتَيَّم رَاح فِيْ هَوَى لَيْلَى

Aku berteriak memanggil-Nya, namun Ia berkata: mahar-Ku adalah nyawa

Betapa banyak pecandu Laila (341) telah mati dalam cinta-Nya.”

Dan karena tujuannya adalah sesuatu yang luar biasa, maka sarana dan upayanya pun harus sungguh-sungguh dan luar biasa, sebagaimana seorang ulama mengatakan:

بِقَدْرِ الْكَدِّ تُكْتَسَبُ الْمَعَالِيْ
وَ مَنْ طَلَبَ الْعُلَى سَهِرَ اللَّيَالِيْ
تُرِيْدُ الْعَزْمَ ثُمَّ تَنَامُ لَيْلًا
يَغُوْصُ الْبَحْرَ مَنْ طَلَبَ اللَّآلِيْ

Kemuliaan didapat sesuai cucuran keringat,
Bila angin mulia janganlah tidur saja.

Kau takkan mulia bila tidur setiap saat,
Harus menyelam lautan baru dapat permata.”

Adapun bila tujuannya sedang-sedang saja (tidak terlalu mulia) seperti ilmu-ilmu zhahir, maka tekad mencapainya pun biasa-biasa saja, sebab para penguasa dunia pun mampu mencapainya.

Dan adapun bila tujuannya hina seperti tahta dan sebagainya, maka tekad mencapainya pun hina.

Apabila seorang hamba ingin mencapai ma‘rifat, maka tekad dan upayanyalah yang menentukan hasilnya. Jika ia tidak bersungguh-sungguh maka iapun semakin menjauh dari-Nya. Oleh karena itu hendaklah ia membunuh nafsunya, membersihkan dirinya, mengorbankan jiwa dan raganya, serta memasrahkan segala-galanya kepada Yang Maha Kuasa dan para kekasih-Nya.

Catatan:

  1. 34). Lailā yang dimaksud adalah simbol hakikat Lā ilāha illallāh. Sebagaimana Salmā adalah simbol hakikat Lā haula wa lā quwwata illā billāh.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *