Simpati Ilahi – Bab-ul-‘Athfi – Tata Bahasa Sufi

Dari Buku:
Tata Bahasa Sufi – Mengungkap Spiritualitas
Matan Jurumiyah
Oleh: Imam Ibnu ‘Ajibah al-Hasani r.a.

Penerjemah: H. Abdul Aziz Sukarnawadi, MA.
Penerbit: Badan Penerbitan dan Penerjemahan Nahdlatul Wathan (BPPNW)

بَابُ الْعَطْفِ

Simpati Ilahi

 

بَابُ الْعَطْفِ
وَ حُرُوْفُ الْعَطْفِ عَشَرَةٌ وَ هِيَ الْوَاوُ وَ الْفَاءُ وَ ثُمَّ وَ أَوْ وَ أَمْ وَ إِمَّا وَ بَلْ وَ لَا وَ لكِنْ وَ حَتَّى فِيْ بَعْضِ الْمَوَاضِعِ
فَإِنْ عَطَفْتَ عَلَى مَرْفُوْعٍ رَفَعْتَ أَوْ عَلَى مَنْصُوْبٍ نَصَبْتَ أَوْ عَلَى مَخْفُوْضٍ خَفَضْتَ أَوْ عَلَى مَجْزُوْمٍ جَزَمْتَ تَقُوْلُ قَامَ زَيْدٌ وَ عَمْرٌو وَ رَأَيْتُ زَيْدًا وَ عَمْرًا وَ مَرَرْتُ بِزَيْدٍ وَ عَمْرٍو وَ زَيْدٌ لَمْ يَقُمْ وَ لَمْ يَقْعُدْ

Tanda-tanda kasih-sayang Tuhan kepada hamba-Nya ada sepuluh, yaitu Ia mencintainya, menunjukinya, melindunginya, mengasihinya, mendekatkannya kepada-Nya, menampakkan Diri kepadanya, memusnahkan musuh-musuhnya, memenuhi hajat-hajatnya, menjadikan semua makhluk mencintainya, dan membangkitkan semua hati melaluinya.

Adapun tanda-tanda cinta hamba kepada Tuhannya adalah melaksanakan perintah-perintahNya, meninggalkan larangan-laranganNya, selalu berdzikir menyebut nama-Nya, meridhai semua ketetapan-Nya, mencintai firman-firmanNya, mencintai Rasul-Nya, mencintai Ahl-ul-Bait, mencintai para wali-Nya, selalu bergaul bersama mereka, melayani mereka, mempercayai-Nya, bertawakal kepada-Nya dalam segala hal, tidak memilih kata lain setelah keputusan-Nya, mematuhi undang-undangNya, mencapai ma‘rifat dengan selalu menyaksikan-Nya, dan senantiasa bersama-Nya di setiap ruang dan masa.

Selanjutnya, sebab-sebab memperoleh simpati Ilahi itu ada sepuluh:

Pertama, wāwu, yaitu selalu bersama Allah dan para kekasih-Nya.

Kedua, fā’, yaitu kontinyu mengamalkan syariat Allah agar hakikat dapat dicapai dengan sempurna.

Ketiga, tsumma, yaitu tidak tergesa-gesa saat menunaikan hajat, karena ketergesa-gesaan merupakan sifat setan dan sumber kesilapan, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits. Oleh karena itu, Syaikh Ahmad sering mendendangkan:

تَأَنَّ وَ لَا تَعْجَلْ لِأَمْرٍ تُرِيْدُهُ

وَ كُنْ رَاحِمًا بِالْخَلْقِ تُعْلَى بِرَاحِمِ

Bila berhajat apapun, janganlah terburu-buru,

Dan sayangilah semua makhluk agar kau dimuliakan selalu.”

Begitu juga Syaikh ‘Abd-ul-Ghanī an-Nābulsī r.a. pernah mewasiatkan:

وَ لَا تَجْعَلْ عَلَى مَا لَسْتَ تَدْرِيْ

فَإِنَّكَ سَوْفَ تَدْرِيْ بِالتَّأَنِّيْ

Janganlah kau tergesa-gesa tatkala dirimu masih buta,

Bila kau sabar dan lapang dada, akhirnya pasti ‘kan terbuka.”

Keempat, aw, yaitu memilih kehambaan dan pengabdian kepada Tuhan agar bāthin menjadi merdeka dari segala beban dan duka.

Kelima, am, yaitu membagikan ilmu dan uang kepada yang berhak sesuai kapasitasnya, sebab mengumbar ilmu kepada yang tidak berhak menerimanya, atau memberikan ilmu kepada orang lain secara berlebihan (di luar kapasitasnya) adalah sebuah kezaliman yang nyata.

Keenam, immā, yaitu menentukan jalan suluk menuju Allah dengan mengikuti jejak para wali sehingga semua menjadi sama di hadapan mata hatinya, dan tidak tersanjung oleh pujian ataupun berkecil hati oleh cercaan.

Ketujuh, bal, yaitu berpaling hati dari alam semesta dan mabuk dalam cinta-Nya.

Kedelapan, lā, yaitu meniadakan segalanya dari hati dan hanya menikmati cinta-Nya.

Kesembilan, lākin, yaitu tidak selalu mengenang masa silam, dan hanya sibuk beraktivitas untuk masa sekarang dan masa depan.

Kesepuluh, ḥattā, yaitu mengakhiri perjalanan spiritual dengan mencicipi nikmatnya ma‘rifat serta selalu menyaksikan Yang Maha Esa di setiap saat.

Apabila seorang hamba memiliki simpati yang tinggi terhadap orang mulia (marfū‘) maka derajatnya akan meningkat. Apabila ia mempunyai simpati yang tinggi terhadap orang ridha (manshūb) maka iapun menjadi ridha. Apabila ia memiliki simpati yang tinggi terhadap orang hina (makhfūdh) maka ia akan menolong dan menyelamatkannya. Dan apabila ia mempunyai simpati yang tinggi terhadap murid yang bertekad bulat menuju-Nya (majzūm) maka ia akan menyemangatinya hingga sampai kepada-Nya dan menikmati anugerah spesial-Nya.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *