Sifat Kesempurnaan – Bab-un-Na’ti, Bab-ul-Ma’rifah & Bab-un-Nakirah – Tata Bahasa Sufi

Dari Buku:
Tata Bahasa Sufi – Mengungkap Spiritualitas
Matan Jurumiyah
Oleh: Imam Ibnu ‘Ajibah al-Hasani r.a.

Penerjemah: H. Abdul Aziz Sukarnawadi, MA.
Penerbit: Badan Penerbitan dan Penerjemahan Nahdlatul Wathan (BPPNW)

بَابُ النَّعْتِ

Sifat Kesempurnaan

 

بَابُ النَّعْتِ
النَّعْتُ تَابِعٌ لِلْمَنْعُوْتِ فِيْ رَفْعِهِ وَ نَصْبِهِ وَ خَفْضِهِ وَ تَعْرِيْفِهِ وَ تَنْكِيْرِهِ تَقُوْلُ قَامَ زَيْدٌ الْعَاقِلُ وَ رَأَيْتُ زَيْدًا الْعَاقِلَ وَ مَرَرْتُ بِزَيْدٍ الْعَاقِلِ

Sifat keagungan tidak akan pernah berpisah dari Yang Maha Agung. Pada setiap kali sifat itu menjelma, maka yang memiliki sifat pun hadir dengan keagungan-Nya. Dan sebagaimana Allah bersifat mutlak, maka sifat-sifatNya juga absolut dan tidak serupa/sama dengan sifat-sifat makhluk.

Imam al-Junaid r.a. saat ditanya seputar rahasia tauhid, beliau menjelaskan bahwa warna air akan diwarnai oleh warna gelas, begitu juga ketika Allah s.w.t. ingin menjelma melalui sifat-sifatNya. Ia akan tampak sesuai sifat-Nya, baik Maha Memuliakan (Mu‘izz), Maha Menghinakan (Mudzill), Maha Menyayangi (Wadūd). Maha Memusnahkan (Muntaqim), maupun sifat-sifat yang lain. Syaikh ‘Abd-ul-Karim al-Jili r.a. berkata:

(catatan: Teks bahasa ‘Arabnya, sebagian cetakannya tidak bisa dibaca).

Dan setiap hitam indah mempesona,
Setiap merah pun cerah nan jelita.
Keanggunan-Nya jelas di alam semesta,
Keagungan-Nya mengepung segala-galanya.
Rasakan kebenaran-Nya di setiap ciptaan-Nya,
Karena semua hanyalah jelmaan Sang Pencipta.

Sifat-sifat jalāl dan jamāl Allah s.w.t. meski berlawanan secara kasat mata, namun sebetulnya keduanya berpadu dalam satu kesempurnaan yang tak terpisahkan, maka jalāl Allah terdapat dalam jamāl-Nya, dan begitu pula jamāl Allah ada di dalam jalāl-Nya. Misalnya, sifat Qahhār (Maha Perkasa) atau Muntaqim (Maha Membinasakan) sebagai sifat jalāl, ia juga mengandung jamāl, sebab tanpanya hamba-hamba yang terzhalimi tidak akan memperoleh perlindungan dari para penghujat, dan itulah jamāl yang terkandung dalam sifat tersebut berupa kasih-sayang Allah terhadap hamba yang teraniaya. (311) Syaikh ‘Abd-ul-Karim al-Jili r.a menambahkan:

تَجَمَّعَتِ الْأَضْدَادُ فِيْ وَاحِدٍ مِنْهَا
وَ فِيْهِ تَلَاشَتْ فَهُوَ عَنْهُنَّ سَاطِعُ

Berpadulah agung nan indah (dua sifat yang berlawanan) menjadi tunggal yang sempurna,
Dan pada-Nya segala kemuliaan dan Ia-lah Maha Penerang semesta.”

Syaikh ‘Ali al-Jamal r.a. menjelaskan bahwasanya alam raya inipun penuh dengan kesempurnaan-kesempurnaan Ilahi, sehingga apabila seorang hamba benar-benar telah menyaksikan Allah pada setiap makhluk-Nya maka ia akan melihat segalanya sama dan positif, karena menghayati sisi-sisi positif dalam segala sesuatu, semisal air, api, panas, dingin, siang, malam, kaya, miskin, mulia, hina, surga, neraka, dan lain sebagainya. (322) Namun hal ini sesungguhnya tidak mudah dimengerti selain mereka yang memiliki rasa dan tidak hanya mengandalkan analisa. Namun hamba yang belum sampai padanya, kepatuhan amatlah cukup baginya.

 

بَابُ الْمَعْرِفَةِ
وَ الْمَعْرِفَةُ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ الْاِسْمُ الْمُضْمَرُ نَحْوُ أَنَا وَ أَنْتَ وَ الْاِسْمُ الْعَلَمُ نَحْوُ زَيْدٌ وَ مَكَّةُ وَ الْاِسْمُ الْمُبْهَمُ نَحْوُ هذَا وَ هذِهِ وَ هؤُلَاءِ وَ الْاِسْمُ الَّذِيْ فِيهِ الْأَلِفُ وَ اللَّامُ نَحْوُ الرَّجُلُ وَ الْغُلَامُ
وَ مَا أُضِيْفَ إِلَى وَاحِدٍ مِنْ هذِهِ الْأَرْبَعَةِ
بَابُ النَّكِرَةِ
وَ النَّكِرَةُ كُلُّ اسْمٍ شَائِعٍ فِيْ جِنْسِهِ لَا يَخْتَصُّ بِهِ وَاحِدٌ دُوْنَ آخَرَ وَ تَقْرِيْبُهُ كُلُّ مَا صَلَحَ دُخُوْلُ الْأَلِفِ وَ اللَّامِ عَلَيْهِ نَحْوُ الرَّجُلُ وَ الْفَرَسُ

Ciri-ciri seorang hamba telah mencapai tingkatan ma‘rifat ada lima:

Pertama, apabila ia meniadakan dirinya maupun selainnya, dan yang dilihatnya hanyalah Allah s.w.t. Syaikh Abul-Hasan r.a.berkata:

غِبْ عَنْ حِسِّ ظَاهِرِكَ إِنْ أَرَدْتَ فُسْحَةَ بَاطِنِكَ

Lenyapkan zhahirmu, niscaya nyamanlah batinmu.”

Kedua, melihat Allah s.w.t. pada setiap orang dan tempat, sebab segala sesuatu tercipta dengan kekuasaan Allah dan hanya untuk menyaksikan kekuasaan itu padanya.

Ketiga, meniadakan pengaruh segala sesuatu di jagat raya, dan meyakini bahwa hanya Allah-lah Yang Maha Mempengaruhi segalanya.

Keempat, tidak takut kepada para penguasa di dunia, karena yang memberi manfaat dan mudharat hanyalah Allah s.w.t. dan bukan mereka. Begitu juga ketika mengikuti dan mentaati para wali, ia harus yakin bahwa manfaat dan mudharat mereka semata-mata dari Allah s.w.t.

Kelima, meyakini hal yang sama terhadap orang-orang yang ada di sekitar para wali dan penguasa dunia, mereka semua tidak memiliki pengaruh apapun selain apa yang diberikan oleh Allah s.w.t. (333)

Orang-orang yang ada di sekeliling para wali, mereka adalah orang-orang mulia. Adapun orang-orang di sekitar para penguasa dunia, maka kejayaan mereka tidak kekal dan segera berakhir dengan hampa. Imam Malik r.a. sering berkata:

عَنِ الْمَرْءِ لَا تَسْأَلْ وَ سَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ
فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْمُقَارَنِ يَقْتَدِيْ

Bertanyalah siapa temannya. Jangan bertanya siapa dirinya,
Karena setiap orang hanya mengikuti jejak temannya.”

Oleh karena itu, seorang ahli hikmah pernah mewasiatkan:

عَلَيْكَ بِأَرْبَابِ الصُّدُوْرِ فَمَنْ غَدَا
مُضَافًا لِأَرْبَابِ الصُّدُوْرِ تَصَدَّرَا
وَ إِيَّاكَ أَنْ تَرْضَى بِصُحْبَةِ سَاقِطٍ
فَتَنْحَطُّ قَدْرًا مِنْ عُلَاكَ وَ تَحْقِرَا

Bergaullah dengan para pembersih hati,
Sebab bersama mereka lapanglah dada.
Orang jahil jangan pernah kau dekati,
Karena bersamanya kau jadi terhina.”

Catatan:

  1. 31). Tambahan dari penerjemah. Sumber: majalahTasawuf Islami Mesir, edisi Januari 2008.
  2. 32). Di sini penerjemah melakukan filterisasi secukupnya karena paparannya sangat analitik dan hanya mudah dicerna para spesialisnya saja.
  3. 33). Ciri-ciri ma‘rifat ini sama sekali tidak mengabaikan interaksi sosial dan dinamika hidup normal di dunia, sebab ma‘rifat sepenuhnya di hati dan ruh, bukan dengan menjauhi manusiadan kehidupan dunia.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *