Rahasia di Balik Maf’ul Min Ajlih – Huruf-huruf Magis

Dari Buku:
Huruf-huruf Magis
(Judul Asli: Maniyyah al-Faqir al-Munjarid wa Sairah al-Murid al-Mutafarrid)
Oleh: Syaikh Abdul Qadir bin Ahmad al-Kuhaniy
Penerjemah: Diya' Uddin & Dahril Kamal
Penerbit: Pustaka Pesantren

Rangkaian Pos: 008 Rahasia-rahasia di Balik Isim-isim yang Dinashabkan - Huruf-huruf Magis

9 Rahasia di Balik Maf’ūl Min Ajlih

 

بَابُ الْمَفْعُوْلِ مِنْ أَجْلِهِ

وَهُوَ الْاِسْمُ الْمَنْصُوْبُ الَّذِيْ يُذْكَرُ بَيَانًا لِسَبَبِ وُقُوْعِ الْفِعْلِ نَحْوُ قَوْلِكَ قَالَ زَيْدٌ إِجْلاَلاً لِعَمْرٍو وَ قَصَدْتُكَ ابْتِغَاءَ مَعْرُوْفِكَ

Maf‘ūl min ajlih adalah isim yang di-nashab-kan yang disebutkan untuk menjelaskan sebab terjadinya suatu tindakan, seperti: qāma zaidun ijlālan li amrin dan qashadtuka ibtighā’a ma‘rūfika.

Maf‘ūl min ajlih di kalangan kaum sufi dinamakan dengan alam hikmah, yaitu alam sarana-sarana dan alasan-alasan. Berbeda dengan alam qudrat, yaitu alam yang tampak dan terlihat. Alam qudrat adalah alam perintah, sedangkan alam hikmah adalah alam penciptaan sekaligus perintah. Qudrat tampak jelas dan hikmah tersembunyi. Qudrat tidak memperlihatkan sesuatu hal dengan menampakkan selendang hikmah, kecuali dalam mukjizat bagi para rasul atau karamah bagi para wali. Qudrat tampak jelas tanpa ketertutupan, karena untuk membenarkan nabi atau wali tersebut.

Di alam dunia, qudrat merupakan pengertian bathin, sementara hikmah merupakan kejelasan zhahir. Karena dunia merupakan alam tempat pembedaan aturan. Agar di dalamnya tampak jelas pentingnya iman terhadap hal-hal gaib. Berbeda dengan alam akhirat. Di akhirat, qudrat merupakan tampakan zhahir, dan hikmah merupakan pengertian bathin. Karena akhirat adalah alam penjelasan. Di dalamnya tidak ada lagi pembebanan aturan.

Perhatikan, akan aku tuturkan kepada anda contoh-contoh supaya anda bisa memahami qudrat dan hikmah. Yaitu, rezeki-rezeki indriawi dan rezeki-rezeki maknawi. Rezeki ini tampak jelas dari kacamata anugerah, hanya dengan qudrat semata. Namun qudrat ditutup dengan hikmah, yaitu sarana-sarana dan alasan-alasan, agar rahasia qudrat tetap terjaga.

Kadang qudrat tampak di dalamnya, tanpa hikmah. Sehingga rezeki ini bisa datang tanpa sebab, sebagai karamah bagi ahli tawajjuh, dan pemberitahuan kepada mereka agar mereka menyongsong rezeki ini. Setiap orang yang sudah mapan ketakwaannya, tampak jelaslah rezeki baginya. Karenanya sesuai firman Allah ta‘ala: Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan jalan keluar baginya, dan memberikan rezeki padanya dari sisi yang tidak dia perhitungkan. (ath-Thalaq [65]: 2).

Contoh lain qudrat bersama hikmah adalah perjalanan kapal di atas air. Ini merupakan qudrat semata. Namun tidak bisa dihindarkan, di dalamnya pasti ada sebab-sebab dan perbaikan. Ketika sebab-sebab dan perbaikan terabaikan maka kapal bisa tenggelam.

Demikian juga penanaman dan pengolahan tanah. Segala sesuatu yang diharapkan tumbuh harus mendapatkan pengairan dan perawatan, agar buahnya bisa dipetik. Padahal Allah adalah Dzat yang Maha Mampu untuk menjadikan buah-buahan darinya, tanpa tindakan apa pun. Namun tidak bisa tidak, harus ada sebab-sebab di alam dunia ini, agar rahasia tetap terjaga. Termasuk di antaranya, peringatan berupa pohon-pohon.

Nabi Muhammad s.a.w. pernah menghendaki untuk memperlihatkan qudrat tanpa hikmah, dalam rangka memperingatkan. Maka berjatuhanlah buah-buahan. Lalu beliau bersabda: “Kalian lebih mengerti dunia kalian, yang merupakan tempat sebab-sebab dan alasan-alasan.

Demikian juga qadha’ dan qadar tidak terealisasikan kecuali bersama hikmah. Ketika al-Haqq ta‘ala menakdirkan musibah bagi hamba-Nya baik berupa sakit, terpenjara, atau yang lain, maupun kebaikan, berupa kesembuhan atau penyelesaian masalah dalam waktu tertentu. Maka saat waktu itu tiba, Allah ta‘ala menggerakkan takdir tersebut melalui sebab-sebabnya. Sehingga terjadilah apa yang telah ditakdirkan Allah kepadanya, dengan tertutup tirai hikmah.

Seorang yang tidak tahu hanya berhenti pada hikmah. Sedang orang yang ‘arif mampu menembus sampai menyaksikan qudrat. Dan silakan menqiaskan permasalahan ini.

Maf‘ūl min ajlih adalah faktor yang mendorong objek kejadian (manshūb), untuk menutup sifat qudrat yang dituturkan guna menjelaskan sebab terjadinya tindakan, yang sudah terdahulu ketentuannya di zaman azali. Termasuk di antaranya penghormatan (ijlāl) dan pengagungan (ta‘zhīm), yang merupakan sebab pencerahan yang besar, serta sasaran permintaan dan pencarian, yang merupakan sebab pencapaian wushul menuju ma‘rifat al-Haqq.

Wa billāh-it-taufīq.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *