بَابُ الْمَصْدَرِ
بَابُ الْمَصْدَرِ
الْمَصْدَرُ هُوَ الْاِسْمُ الْمَنْصُوْبُ الَّذِيْ يَجِيْءُ ثَالِثًا فِيْ تَصْرِيْفِ الْفِعْلِ نَحْوُ ضَرَبَ يَضْرِبُ ضَرْبًا
وَ هُوَ قِسْمَانِ لَفْظِيٌّ وَ مَعْنَوِيٌّ فَإِنْ وَافَقَ لَفْظَ فِعْلِهِ فَهُوَ لَفْظِيٌّ نَحْوُ قَتَلْتُهُ قَتْلًا وَ إِنْ وَافَقَ مَعْنَى فِعْلِهِ دُوْنَ لَفْظِهِ فَهُوَ مَعْنَوِيٌّ نَحْوُ جَلَسْتُ قُعُوْدًا وَ قُمْتُ وُقُوْفًا وَ مَا أَشْبَهَ ذلِكَ
Allah s.w.t. menjelma dalam setiap ciptaan-Nya, agar melalui ciptaan itu hamba dapat mengenal kekuasaan-Nya dan menyaksikan keindahan-Nya. Sebab, segala sesuatu tercipta bukan untuk dilihat semata, melainkan untuk menyaksikan keagungan Sang Pencipta.
Namun agar dapat menyaksikan penjelmaan tersebut, seorang hamba harus mencapai hakikat sebagai tingkatan ketiga setelah syariat dan tarekat. Ia harus terlebih dahulu merendam jasadnya dalam kolam syariat, kemudian berenang dengan hatinya di lautan tarekat, berulah ruhnya dapat mencicipi manisnya samudera hakikat.
Penjelmaan Tuhan dapat terjadi pada dua bagian ciptaan-Nya: Pertama, bagian yang ruhaninya mengalahkan jasadnya seperti malaikat dan para wali. Kedua, bagian yang jasmaninya mengalahkan ruhaninya seperti benda-benda mati dan manusia-manusia yang lalai berdzikir.
Para wali telah memaparkan bahwasanya segala ciptaan Allah dapat dibagi menjadi tiga bagian: Pertama, bagian yang berakal dan tidak bersyahwat, yaitu malaikat. Kedua, bagian yang bersyahwat dan tidak berakal, yaitu binatang-binatang. Ketiga, bagian yang berakal sekaligus bersyahwat, yaitu manusia. Apabila akal manusia mengalahkan syahwatnya maka ia dapat melebihi kemuliaan malaikat, namun bila syahwatnya mengalahkan akalnya maka ia lebih hina dari binatang.
Allah s.w.t. tidak memuliakan manusia kecuali karena ia dapat melakukan apa yang tidak bisa dilakukan malaikat, seperti mujāhadah. Apabila manusia bersungguh-sungguh mendekati-Nya, maka ia dapat meraih kesempurnaan musyāhadah yang belum pernah didapati para malaikat itu sendiri.