الْأَفْعَالُ
PASAL 14
Dalam naḥwu konvensional, ada dua macam fi‘il (kata kerja), yaitu fi‘il lāzim (fi‘il yang tidak menghadirkan maf‘ūl bih) (591) dan fi‘il yang menghadirkan maf‘ūl bih). (602). Demikian juga dalam Naḥw-ul-Qulūb, ‘amal perbuatan manusia (af‘āl-ul-‘Abd) terbagi menjadi dua macam, yaitu ‘amal perbuatan yang lāzim dan ‘amal perbuatan yang muta‘addī. ‘Amal perbuatan yang lāzim adalah ‘amal perbuatan yang manfaatnya hanya diperoleh oleh si pelaku. Sementara ‘amal perbuatan yang muta‘addī adalah ‘amal perbuatan yang manfaatnya ikut dirasakan oleh orang lain; menjadi berkah bagi orang lain.
Dalam naḥwu konvensional, fi‘il muta‘addī terbagi lagi menjadi tiga macam, yaitu fi‘il muta‘addī yang menghadirkan satu maf‘ūl bih (613), fi‘il muta‘addī yang menghadirkan dua maf‘ūl bih (624), dan fi‘il muta‘addī yang menghadirkan tiga maf‘ūl bih (635) Demikianlah dalam Naḥw-ul-Qulūb, seorang hamba kadang bisa memberi berkah (memberi efek positif) kepada orang-orang. (646).
Terkait itu para guru shūfī mengatakan: “Jika seorang wali (kekasih Allah) melintasi suatu negeri, maka Allah mengampuni orang-orang yang tinggal di dalamnya.”
Dalam sebuah atsar juga dikatakan: “Jika orang yang sedih menangis di tengah-tengah suatu umat, maka Allah akan mengasihi mereka.”
Dalam atsar yang lain dikatakan: “Jika orang yang sedih menangis di tengah-tengah umat, maka Allah akan mengasihi mereka oleh karena tangisannya.”
PASAL 15
Dalam naḥwu konvensional, terdapat lima wazan fi‘il yang mana keadaan rafa‘-nya ditandai dengan nūn, dan keadaan tanda nashab serta jazm-nya ditandai dengan terbuangnya nūn. Lima wazan fi‘il tersebut dinamakan af‘āl-ul-khamsah, yaitu: (يَفْعَلَانِ، تَفْعَلَانِ، يَفْعَلُوْنَ، تَفْعَلُوْنَ) dan (تَفْعَلِيْنَ).
Begitu juga dalam Naḥw-ul-Qulūb, terdapat ‘amal-‘amal ibadah yang memiliki kekhususan. ‘Amal-‘amal tersebut tidak diterima, kecuali disertai dengan tambahan yang menyertainya. Sehingga keduanya menjadi satu kesatuan dan masing-masing menjadi syarat keabsahan salah satu yang lain. Contohnya melempar jamrah tidak termasuk ibadah jika dilakukan bukan saat melaksanakan manāsik haji. Demikian juga sa‘ī antara Shafā dan Marwa tidak termasuk ibadah jika dilakukan bukan saat melaksanakan manasik haji dan ‘umrah. Contoh lain adalah jika seseorang terbayang untuk mendatangi seorang guru shūfī, ‘ārif, atau wali pada waktu tertentu untuk belajar sulūk, namun kedatangannya melewati waktu yang ditentukan dalam bayangannya, maka kedatangannya itu tidak bernilai apa pun baginya. (657).
(Teks Bahasa ‘Arab):
فصل [14]:
الأفعال على ضربين: لازم (18) و متعدِّ (29).
وَ فِي الإشارَة كذلك: أفعال العبد على قسمين: لازم و متعد، فاللازم ما تكون بركاته على صاحبه مقصورة، و المتعدي ما تتعدى خيراته إلى الغير.
و الفعل المتعدي على أقسام: منها ما يتعدَّى إلى مفعول واحد (310)، و منها ما يتعدَّى إلى مفعولين (411)، و منها ما يتعدَّى إلَى ثلاثة مفاعيل (512).
و الإشارة: كذلك العبد قد تتعدى بركاته إلى عالم من الناس حتى قال الشيوخ: لو أن وليًّا من أولياء الله اجتاز بيلد لغفر الله لأهل هذا البلد.
و في الأمر: لو أنَّ محزونًا بكى في أُمّة لرحم الله تلك و في الأمر: لو أنَّ محزونًا بكى في أمة لرحم الله تلك الأمة ببكائه.
فصل [15]:
خمسة أمثله من الأفعال رفعها بالنون، و نصبها و جزمها بسوط النون و هي: يفعلان و تفعلان و يفعلون و تفعلون وَ أنتِ تفعلين.
وَ في الإشارة كذلك: من الأفعال ما يكون مخصوصًا، و لا تقبل إلا بزيادة تقترن بها، فيؤتى بها بشرط قِران ينضم إليها: كرمي الجمار (613) مثلًا: لا يكون طاعة إلا في الحج، كما أنَّ السعي بين الصفا و المروة (714) لا يكون عبادة إلا في الحج و العمرة (815)، فمن قُيّض لأَجْل شيخ من الشيوخ أو عارف أو ولي لنفع له حتى إذا مضى وقت ذلك الشيخ فلا قَدْر لذلك الشخص.