KITAB PERTAMA
نَحْوُ الْقُلُوْبِ الْكَبِيْرِ
بسم الله الرحمن الرحيم
و به ثقتي
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Dan hanya kepada-Nya aku bergantung
الحمد لله رب العالمين، و صلواته على سيدنا محمد و آله و صحبه و سلم.
قال الأستاذ أبو القاسم عبد الكريم بن هوازن القشيري – رحمه الله:
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda kami Nabi Muḥammad s.a.w., beserta keluarga dan para sahabatnya. Al-Ustādz Abul-Qāsim ‘Abd-ul-Karīm bin Hawāzin al-Qusyairī r.a. berkata:
بَيْنَ النَّحْوِ الظَّاهِرِ وَ النَّحْوِ الْبَاطِنِ
NAḤWU KONVENSIONAL (GRAMATIKA EKSOTERIK) DAN NAḤW-UL-QULŪB (GRAMATIKA ESOTERIS).
PASAL 1
Naḥwu secara etimologi berarti sebuah cara menuju suatu tujuan, yaitu mampu mengucapkan kalimat dengan benar (al-Qashdu ilā shawāb-il-Kalām). (21) Sebagaimana perkataan (نَحَوْتُ نَحْوَهُ): Aku mengikuti caranya melangkah (yang benar). Perkataaan ini sema‘na dengan perkataan (قَصَدْتُ قَصْدَهُ): Aku mengikuti caranya melangkah (yang benar). Perkataan semacam ini dalam bahasa ‘Arab juga disebut naḥwu karena menuju jalan yang benar atau mengikuti cara yang benar. Sebagaimana definisi naḥwu dalam naḥwu konvensional merupakan cara agar dapat mengucapkan kalimat dengan benar.
Dengan demikian, Naḥw-ul-Qulūb adalah suatu cara agar dapat mengucapkan perkataan terpuji berdasarkan hati (al-Qashdu ilā ḥamīd-il-Qauli bil-Qalb). Dan perkataan terpuji tersebut tidak lain adalah dialog manusia dengan Allah (al-Ḥaqq) melalui bahasa qalbu. Dialog ini terbagi menjadi dua, yaitu al-Munādāh (dengan cara memanggil-manggil Allah) dan al-Munājāh (dengan cara merasakan kehadiran Allah). (32).
Al-Munādāh merupakan sifat ahli ibadah, sedangkan al-Munājāh merupakan sifat orang-orang yang telah mengalami perjumpaan dengan Allah (ahli hakikat). Al-Munādāh terletak di pintu gerbang (keagungan Allah) (43), sedangkan al-Munājāh berada dalam kedekatan yang intim (dengan Allah). (54) Karena seorang ahli ibadah hanya sampai di pintu gerbang pengabdian, sedangkan orang yang telah berjumpa Allah telah sampai di dalam marba‘; (65) tempat yang sangat dekat dengan Allah.
(Teks Bahasa ‘Arab):
فصل [1]:
النحو (16) (في اللغة) هو القصد إلى صواب الكلام، يقال:
نحوت نحوه أي قصدت قصده (و هذا النوع في العربية يسمى نحوًا لأنه القصد إلى صواب الكلام)
فنحو القلب القصد إلى حميد القول بالقلب و جميد القول مخاطبة الحق بلسان القلب، و ينقسم ذلك إِلى:
المناداة و المناجاة، فالمناداة صفة العابدين، و المناجاة نعت الواجدين، المناداة على الباب، وَ المناجاة على بساط القرب، فموقف العابد أبواب الخدمة، و مَرْبَع (27) الواجد بساط القربة.