وَ لِلْجَزْمِ عَلَامَتَانِ السُّكُوْنُ وَ الْحَذْفُ
I‘rāb jazm memiliki dua tanda, yaitu: sukūn dan membuang ḥurūf.
Jazm (kemantapan) dengan ma‘rifat kepada al-Ḥaqq, tenggelam di dalamnya, hingga tidak ada lagi khayalan, kekaburan, keraguan, dan bayang-bayang ilusi, memiliki dua tanda:
Pertama: sukūn. Artinya, ketenangan dan ketenteraman hati. Dia bagaikan gunung yang menghunjam. Kelapangannya tidak goyah tertimpa kesusahan, walaupun langit runtuh menghimpit bumi. Dia tidak tergoyahkan oleh timpaan perubahan keadaan. Tidak ada goncangan dan kegentingan yang mampu mengguncang ketentangannya.
Tentang orang-orang semacam ini seorang penyair berucap:
Percuma saja kamu tunjukkan laku zaman kepada mereka,
(sehingga mereka terganggu karenanya)
Karena mereka memiliki kendali yang kuat
Menghadapi timpaan bencana yang dahsyat.
Anggota tubuh mereka tenang, tidak terusik penatnya mujāhadah, dan suasana bathin merasa tenteram dalam bayang-bayang musyāhadah. Sebab mujahadah tidak dapat menyatu bersama musyāhadah. Kepayahan hanya terjadi dalam proses perjalanan. Orang yang sudah mencapai wushūl pada Yang Tercinta, tidak ada lagi kepayahan dan penderitaan baginya. Allah berfirman:
لاَ يَمَسُّهُمْ فِيْهَا نَصَبٌ. (وَ مَا هُمْ مِّنْهَا بِمُخْرَجِيْنَ)
Mereka tidak tersentuh kesukaran di dalamnya. (dan mereka akan dikeluarkan darinya) (al-Hijr [15]: 48).
Kedua, dengan menyaksikan yang haqq terhapus semua halangan dan kesibukan hati. Tidak ada yang tersisa selain satu hati yang utuh, di dalamnya terdapat tauhid murni. Dia mampu merangkum sekian kesedihan dan kenestapaan menjadi satu kesusahan saja. Allah mencukupinya ketika menghadapi kesusahan dunianya, dan menjamin penghabisan hidup akhiratnya. Semoga Dia menjadikan kita termasuk golongan mereka, dengan anugerah dan kemurahan-Nya.