وَ أَمَّا الْيَاءُ فَتَكُوْنُ عَلَامَةً لِلنَّصْبِ فِي التَّثْنِيَةِ وَ الْجَمْعِ
Yā’ menjadi tanda bagi i‘rāb nashab dalam isim tatsniyah dan jam‘ (ul-mudzakkar-is-sālim).
Yā’-ul-yaqīn dan thuma’ninah (keyakinan dan ketenangan) menandai ketegaran dan tawajjuh (kecenderungan) seorang hamba kepada Tuhannya dalam:
Pertama, isim tatsniyah; yaitu memadukan syariat dan hakikat. Kita bisa mengetahui kesempurnaan dan kebenaran tawajjuh-nya dengan melihat aspek lahirnya yang bertumpu pada syariat dan aspek bathinnya yang dicerahkan oleh cahaya rahasia hakikat. Kita tahu kekurangannya ketika dia hanya berupa ketenangan dan ketenteraman lahiriah. Banyak ahli ibadah dan orang zuhud yang jelas memiliki manifestasi keyakinan dalam diri mereka. Padahal mereka tidak sempurna, bahkan lebih besar keterhalangannya dari Allah.
Kedua, jama‘ (kesadaran utuh di bawah Dzat Yang Nyata) secara terus-menerus dengan hati penuh gelora cinta. Dia terus-menerus minum Anggur Cinta Ilahi dan mabuk tiada henti. Seperti ungkapan penyair:
Termasuk madzhab-madzhab terbaik adalah
Bermabuk zikir dalam keabadian
Dan cita-cita paling sempurna adalah
Terus-menerus wushūl
Tanpa adanya keterputusan.