4-1-3 Rahasia di Balik Alif – Huruf-huruf Magis

Dari Buku:
Huruf-huruf Magis
(Judul Asli: Maniyyah al-Faqir al-Munjarid wa Sairah al-Murid al-Mutafarrid)
Oleh: Syaikh Abdul Qadir bin Ahmad al-Kuhaniy
Penerjemah: Diya' Uddin & Dahril Kamal
Penerbit: Pustaka Pesantren

Rangkaian Pos: 004 Rahasia-rahasia di Balik Tanda-tanda I‘rab

Rahasia di Balik Alif

وَ أَمَّا الْأَلِفُ فَتَكُوْنُ عَلَامَةً لِلرَّفْعِ فِيْ تَثْنِيَةِ الْأَسْمَاءِ خَاصَّةً

Alif menjadi tanda bagi i‘rāb rafa‘ hanya tertentu pada isim tatsniyah (yang berarti dua).

Alif al-waḥdah (kesatuan), maksudnya, benar-benar menyatu. Ini merupakan tanda ketinggian derajat pemiliknya, sebagaimana menjadi tanda khususnya isim tatsniyah. Yang dimaksud adalah memegang teguh syariat sekaligus hakikat. Orang yang mendalami hakikat tanpa peduli pada syariat, benar-benar terperosok menjadi zindiq, kecuali orang jadzab.

Atau bisa juga dikatakan bahwa alif al-waḥdah merupakan tanda rafa‘ bagi sesuatu yang memiliki dua aspek yang menunjukkan nama-nama. Mentatsniyahkan sesuatu tersebut berarti menjadikan dan melihatnya berada antara dua hal yang berlawanan. Antara rasa indriawi dan rasa maknawi. Antara ḥikmah (kebijaksanaan), dan qudrat (kemampuan). Antara kehambaan dan ke-Tuhan-an. Antara kerajaan alam jasmani (mulk) dan kerajaan alam langit (malakūt). Antara atsar dan mu’atstsir. Antara wujud dan pencipta wujud. Antara makhluk dan al-Ḥaqq.

Seorang ‘ārif tidaklah sempurna, sampai dia mampu mencapai maqam ini. Bila seorang hamba hanya sampai pada tahap yang pertama, dia terhalang hijab dan terhapus mata hatinya.

Seorang jadzab r.a. berkata:

Orang yang menyaksikan wujud ciptaan
Dengan wujud ciptaan itu sendiri, maka
Kebutaan akan menghapuskan mata hatinya
Orang yang menyaksikan wujud ciptaan
Dengan Sang Pencipta kejadian, maka
Dia melangkah dengan tepat
Dalam memperbaiki hatinya.

Sebaliknya, seorang hamba yang hanya terbatas pada yang kedua, dia adalah pemabuk yang tidak sadar. Melebur (fanā’), tanpa kembali mengada (baqā’). Jadzab tanpa sukuk. Manusia seperti itu tidaklah sempurna.

Wa billāh-it-taufīq.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *