Taj-ul-‘Arus: Ulama Yang Tertipu

Dari Buku: Tāj-ul-‘Arūs
(Pelatihan Lengkap Mendidik Jiwa)
Oleh: Ibnu ‘Atha’illah (Penulis al-Hikam)

Penerjemah: Fauzi Faisal Bahreisy
(Disertai Ulasan oleh: Dr. Muhammad Najdat)
Penerbit: Zaman

Rangkaian Pos: Taj-ul-‘Arus - Bab Tentang Ilmu | Ibnu ‘Atha’illah

❀ Diketik oleh: al-Marhumah: Ibu Rini ❀

 

ILMU YANG BERMANFAAT

Ulama yang Tertipu

Ibnu Athaillah berkata, “Allah Swt. menguji dengan hikmah dan karunia-Nya kalangan fakir yang tidak jujur dalam menampakkan hasrat tersembunyi mereka dan syahwat yang mereka tutupi. Mereka menghinakan diri di hadapan pemilik harta, menunjukkan sikap baik, menyetujui sikap mereka hanya agar keinginannya terpenuhi. Ketika kalangan fakir itu keluar dari rumah, ada yang berhias seperti pengantin yang mengutamakan tampilan lahiriah tetapi melalaikan perbaikan jiwa. Allah telah memberikan mereka tanda yang menyingkap aib mereka serta memperlihatkan ahwal mereka. Sebelumnya ia bernisbat kepada Allah sehingga disebut hamba, tetapi kemudian ia dikeluarkan dari penisbatan tersebut sehingga disebut Syekh al-Amir. Mereka adalah orang yang berdusta atas nama Allah. Mereka menjadi penghalang manusia untuk berguru kepada wali Allah karena apa yang disaksikan orang banyak dari mereka memberikan gambaran kurang baik kepada setiap orang yang menisbatkan diri kepada Allah, entah jujur atau tidak. Mereka telah menjadi hijab ahli hakikat, awan yang menghalangi mentari kaum yang mendapat taufik. Kalangan fakir itu memukul gendang, menyebarkan tanda, dan mengenakan pakaian mereka. Ketika diserang, mereka lari berbalik ke belakang. Lisan mereka penuh dengan pengakuan dusta, sementara hati mereka kosong dari takwa. Apakah mereka tidak mendengar firman Allah: ‘Agar Dia menanyakan kepada orang yang jujur terkait dengan kejujuran mereka.’ (8221) Ketika Dia bertanya kepada orang yang jujur, mungkinkah yang hanya mengaku tidak ditanya? Tidakkah mereka mendengar firman Allah: ‘Katakanlah, “Beramallah kalian. Allah dan Rasul-Nya serta orang mukmin akan melihat amal kalian. Kalian akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata. Lalum Dia akan memberitakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.” (8232) Mereka memperlihatkan pakaian orang jujur dan benar. Namun, amal mereka seperti amal orang yang membangkang.”

Inilah sifat seorang alim yang menjadikan rida manusia sebagai tujuan dari ilmunya, bukan rida Allah. Ia mengenakan pakaian ulama dan memperbagus tampilan di hadapan manusia. Sayang, batinnya penuh dengan cacat dan penyakit hati. Perhatian mereka adalah bagaimana agar dihormati dan dihargai manusia.

Orang yang memiliki sifat seperti itu, betapapun menampakkan keikhlasan dalam dakwah dan amal, tetap saja suatu hari niat yang disembunyikannya akan tersingkapkan. Ketika tujuannya itu disingkapkan, orang banyak akan berpaling darinya da akhirnya berpaling dari Allah, karena mereka meragukan ketulusan ilmu, dan kejujuran para ulama secara umum. Orang seperti itu menjadi seperti yang dikatakan Ibnu Athaillah, “Hijab ahli hakikat, awan yang menghalangi mentari kalangan yang mendapat taufik.”

Betapapun mereka berusaha meyakinkan manusia dengan lisan, kecintaan mereka pada dunia dan popularitas yang tertanam dalam hati akan melenyapkan pengaruh ucapan mereka sebagaimana dikatakan Sayyidina Ali r.a., “Apa pun yang disembunyikan seseorang, pasti akan tampak dari lisan yang tergelincir dan guratan wajahnya.”

Dalam salah satu hikmahnya Ibnu Athaillah berkata, “Setiap ungkapan yang terucap dibungkus oleh corak hati yang menjadi tempat keluarnya.” Ucapan yang bersumber dari hati yang dikotori dosa hanya akan membuat hati orang yang mendengarnya menjadi kesat. Sebaliknya, ucapan yang bersumber dari hati yang bersih dan terbebas dari makhluk akan memunculkan cahaya sehingga ucapannya dihiasi cahaya dan memberi manfaat kepada pendengarnya sehingga mereka bertambah senang.

Jika kau berlaku seperti itu, takutlah terhadap pertanyaan Allah pada hari kiamat. Dia akan bertanya kepada setiap orang yang jujur terkait dengan kejujurannya, terlebih lagi kepada orang yang berdusta. Dia akan bertanya kepada kalangan bertakwa, terlebih lagi kepada orang yang tidak jujur dan beramal seperti amal orang yang membangkang. Mereka dinantikan oleh berbagai fitnah dan ujian sehingga kalangan penyantun di antara mereka kebingungan. Abu Hurairah r.a. mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Pada akhir zaman akan muncul orang-orang yang mencari dunia dengan agama. Mereka mengenakan pakaian jelek untuk meraih simpati manusia. Lisan mereka lebih manis daripada gula, tetapi hati mereka seperti serigala. Allah berfirman, ‘Apakah mereka tertipu dengan-Ku atau mereka berani kepada-Ku? Dengan diri-Ku Aku bersumpah, Aku akan memunculkan fitnah dari mereka pada kalangan mereka sehingga memunculkan kebingungan pada orang penyantun di antara mereka.’” (8243)

Ya Allah, jangan masukkan kami ke dalam golongan mereka. Jadikan kami ikhlas dalam seluruh amal, wahai Zat Yang Maha Penyayang.

Ketersingkapan Hijab

Ibnu Athaillah berkata, “Seandainya hijab tersingkap darimu, tentu kau akan melihat segala sesuatu bertutur dan bertasbih kepada Allah. Namun, segala cacat ada padamu dan semua hijab berasal darimu.”

Ungkapan hikmah ini sesuai dengan bunyi firman Allah:”Segala sesuatu bertasbih memuji-Nya, tetapi kalian tidak memahami tasbih mereka.” (8254)

Dalam sebuah hadis sahih Nabi saw. bersabda, “Seekor semut menggigit salah seorang nabi sehingga ia menyuruh untuk membakar perkampungan semut. Mengetahui hal itu Allah berfirman, ‘Hanya karena digigit seekor semut engkau membinasakan satu umat yang bertasbih!’” (8265)

Siapa yang senantiasa menjaga ketaatannya kepada Allah dan berjuang melawan nafsunya, maka hijab akan tersingkap baginya sehingga bisa menyaksikan sebagian rahasia alam yang Allah hadirkan, di antaranya adalah tasbih seluruh makhluk. Namun, orang yang menuruti hawa nafsunya dan mengisi hatinya dengan berbagai penyakit duniawi akan terhijab sehingga tidak dapat menyaksikan rahasia tersebut.

Ibnu Athaillah berkata, “Ketahuilah, ketika hendak memperlihatkan sejumlah rahasia zat-Nya dan cahaya sifat-Nya, Allah dengan qudrat-Nya menampakkan segenggam cahaya azali-Nya. Qudrat Allah melahirkan kemunculan jejaknya dan penyaksian cahaya-Nya. Lalu hikmah Allah menuntut tersingkapnya hijab. Ketika qudrat Allah melimpahkan cahaya kepada alam, hikmah Allah membungkusnya dengan pakaian pelindung sehingga seluruh alam menjadi cahaya yang ditutup hijab. Selanjutnya Allah Swt. membagi makhluk dan membedakan mereka menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang mendapat cinta-Nya dan diposisikan sebagai wali-Nya sehingga pintu dibukakan untuk mereka dan hijab disingkapkan untuk mereka. Dengan itu Allah mempersaksikan sejumlah rahasia zat-Nya dan mereka tidak terhijab oleh jejak qudrat-Nya. Kelompok kedua yang ditugaskan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya serta dijadikan sebagai ahli hikmah-Nya. Allah menurunkan untuk mereka hijab ilusi sehingga cahaya ilmu dan pemahaman lenyap dari mereka. Mereka berhenti pada sisi lahiriah atau kulit pembungkus dan tidak dapat menyaksikan bagian dalam cahaya meskipun sangat terang.” (8276)

Catatan:


  1. (822): Q.S. al-Ahzab (33): 8
  2. (823): Q.S. al-Taubah (9): 105
  3. (824): HR al-Tirmidzi
  4. (825): Q.S. al-Isra’ (17): 44
  5. (826): HR al-Bukhari
  6. (827): Iqazh al-Himam, hal. 61

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *