Taj-ul-‘Arus: Kalangan Pendahulu

Dari Buku: Tāj-ul-‘Arūs
(Pelatihan Lengkap Mendidik Jiwa)
Oleh: Ibnu ‘Atha’illah (Penulis al-Hikam)

Penerjemah: Fauzi Faisal Bahreisy
(Disertai Ulasan oleh: Dr. Muhammad Najdat)
Penerbit: Zaman

Rangkaian Pos: Taj-ul-‘Arus - Bab Tentang Ilmu | Ibnu ‘Atha’illah

❀ Diketik oleh: al-Marhumah: Ibu Rini ❀

 

ILMU YANG BERMANFAAT

Kalangan Pendahulu

Ibnu Athaillah berkata, “Allah berfirman, ‘Dan orang yang mendahului (dalam keimanan), mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Mereka berada dalam surga kenikmatan.’ (8281) Mereka adalah kalangan pendahulu menuju Allah. Mereka membersihkan hati dari segala sesuatu selain Allah sehingga tidak ada sesuatu pun yang menghalangi dan melalaikan mereka dari-Nya. Mereka bergegas menuju kepada-Nya. Setiap kali hati manusia beranjak menuju Allah, kecenderungannya kepada dunia menariknya sehingga ia kembali kepadanya dan menghampirinya. Hadirat Allah tidak bisa dimasuki oleh orang yang memiliki sifat seperti itu.”

Ayat yang dikutip oleh Ibnu Athaillah di atas lengkapnya berbunyi: “Kalian menjadi tiga golongan, yaitu (1) golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu; (2) golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu; (3) orang yang mendahului (dalam keimanan). Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Mereka berada dalam surga kenikmatan.” (8292)

Rangkaian ayat-ayat itu menjelaskan tiga golongan manusia. Pertama, golongan kanan, yaitu kelompok manusia yang mendapat lembaran amal dengan tangan kanan mereka. Kelompok ini mendapat balasan surga dan segala kenikmatan yang tersedia di dalamnya. Kedua, golongan kiri, yaitu kelompok manusia yang mendapat lembaran amal dengan tangan kiri. Mereka masuk ke dalam neraka dan menderita di dalamnya. Ketiga, golongan yang mendahului (cekatan), yaitu kelompok manusia yang lebih dulu masuk ke dalam surga yang penuh kenikmatan. Setelah itu Allah memuji mereka dengan firman-Nya: “Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah.” Mereka berada di samping-Nya di bawah naungan Arasy-Nya, di negeri kemurahan-Nya, di surga yang penuh kenikmatan.

Golongan yang mendahului ini merupakan golongan yang paling tinggi dan paling dekat kepada Allah daripada yang lain. Merekalah yang disebut dalam firman-Nya: “Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. Lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri. Di antara mereka ada yang pertengahan. Dan di antara mereka ada yang lebih dahulu berbuat kebaikan.” (8303)

Orang yang menganiaya dirinya adalah pelaku maksiat, yang membaca Al-Quran tetapi tidak mengamalkannya. Sementara kelompok pertengahan adalah yang berada di tengah-tengah dalam melakukan kebaikan. Pada sebagian besar waktunya mereka mengamalkan Al-Quran sementara pada beberapa kesempatan lainnya mereka lalai. Lalu kelompok yang lebih dahulu telah mendapatkan sukses besar dalam melaksanakan berbagai ketaatan dengan taufik dan kemudahan yang Allah berikan.

Demikianlah tafsiran terhadap ayat di atas. Ibnu Athaillah menambahkan sifat orang yang mendahului dan cekatan tadi bahwa mereka mendahului menuju Allah. Hati mereka dipenuhi perasaan cinta, zikir, serta penyaksian atas keagungan, nikmat, dan karunia-Nya. Mereka tidak menoleh kepada dunia dan tidak terhalang oleh berbagai rintangannya. Dunia juga tidak menghijabnya dari Allah. Bahkan mereka menanggalkan dunia serta mengikhlakskan amal dan niat mereka kepada Allah. Hati mereka pergi menghampiri-Nya dan tidak ditarik oleh berbagai tarikan dunia. Mereka adalah orang yang bertawakal kepada Tuhan dan yakin kepada yang berada di sisi-Nya. Mereka berjuang dan menetapi sebab seperti yang Allah perintahkan, tetapi hasil akhirnya mereka serahkan kepada Tuhan Sang Pencipta.

Mereka bersandar kepada taufik-Nya, bukan kepada amal, upaya, dan pengaturan diri mereka sendiri.

Sementara, orang yang terhalang untuk bersegera menuju kepada Allah adalah mereka yang selalu terikat kepada dunia. Setiap kali mereka ingin beranjak kepada Allah, ikatan kepada dunia menghalangi mereka untuk masuk ke dalam hadirat-Nya.

Mengeluarkan Harta Pada yang Haram

Ibnu Athaillah berkata, “Tidak ada sesuatu pun yang membuatmu malu pada hari kiamat sebagaimana dirham yang kaukeluarkan pada yang haram.”

Seperti itulah keadaan orang yang mengeluarkan satu rupiah pada sesuatu yang diharamkan oleh Allah. Lalu, bagaimana jika jumlahnya jutaan? Betapa ia akan sangat malu kepada Tuhan ketika ditanya tentang ke mana dan untuk apa hartanya digunakan.

Dosa mendapat harta dari cara haram sama seperti dosa mengeluarkannya di jalan haram. Misalnya, mengeluarkannya untuk minum arak, berzina, menyakiti muslim, atau untuk menghalangi dari jalan Allah sebagaimana yang dilakukan kaum kafir. Allah berfirman:

Sesungguhnya orang kafir mengeluarkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka mengeluarkan harta itu lalu menyesal. Kemudian mereka akan dikalahkan. Orang kafir itu dikumpulkan di neraka jahanam. (8314)

Nabi saw. mengingatkan kita untuk tidak mengeluarkan harta kecuali di jalan yang dibenarkan: “Tidaklah kedua kaki hamba bergeser pada hari kiamat sebelum ditanya tentang lima hal: tentang usianya dihabiskan untuk apa; masa mudanya dihabiskan untuk apa; hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dikeluarkan; serta apa yang dikerjakan terkait dengan ilmu yang diketahuinya.” (8325)

Catatan:


  1. (828): Q.S. al-Waqi’ah (56): 10-12
  2. (829): Q.S. al-Waqi’ah (56): 7-12
  3. (830): Q.S. Fathir (35): 32
  4. (831): Q.S. al-Anfal (8): 36
  5. (832): HR al-Tirmidzi

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *