بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ عِبَادِهِ لِأَدَاءِ أَفْضَلِ الطَّاعَاتِ، وَ اكْتِسَابِ أَكْمَلِ السَّعَادَاتِ،
Segala puji bagi Allah, Dzat yang memberi taufiq kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara para hamba-Nya untuk menunaikan berbagai ketaatan yang paling utama, dan berusaha meraih berbagai kebahagiaan yang paling sempurna.
وَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الْمُتَّصِفُ بِجَمِيْعِ الْكَمَالَاتِ،
Dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan yang patut disembah selain Allah, yang bersifat dengan segala kesempurnaan.
وَ أَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رُسُوْلُهُ أَفْضَلُ الْمَخْلُوْقَاتِ
Dan aku bersaksi sesungguhnya Baginda kita, Nabi Muḥammad s.a.w. adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, adalah beliau seutama-utama makhluk.
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ، وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ الْأَنْجُمِ النِّيْرَاتِ،
Semoga Allah mencurahkan rahmat dan keselamatan kepada beliau, dan kepada para keluarga beliau, dan para sahabat beliau, sang bintang gemintang yang bersinaran.
صَلَاةً وَ سَلَامًا دَائِمَيْنِ مَا دَامَتِ الْأَرْضُ وَ السَّموَاتِ.
Dengan limpahan rahmat dan keselamatan yang senantiasa tercurah selama bumi dan tujuh lapis langit [masih] tetap ada.
(أما بعد) فَيَقُوْلُ الْعَبْدُ الْفَقِيْرُ الْمُضْطِرُّ لِرَحْمَةِ رَبِّهِ الْحَلِيْمِ الْخَبِيْرِ، لِكَثْرَةِ التَّقْصِيْرِ وَ الْمَسَاوِيْ،
(Adapun setelah itu), maka berkata seorang hamba yang fakir, lagi sangat butuh kepada rahmat Tuhannya, Yang Maha Welas Asih lagi Maha Mengawasi, karena banyak [melakukan] kecerobohan dan berbagai dosa.
أَبُوْ عَبْدِ الْمُعْطِي مُحَمَّدٌ نَوَوِي بْنُ عُمَرَ الْجَاوِيُّ،
yaitu Syaikh Abū ‘Abd-il-Mu‘thī Muḥammad Nawawī bin ‘Umar berkebangsaan Jawa.
الشَّافِعِيُّ مَذْهَبًا اَلْبَنْتَنِيُّ إِقْلِيْمًا التَّنَارِيُّ مَنْشَأً وَ دَارًا
Imam Syāfi‘ī sebagai [anutan] madzhab-nya, Banten sebagai wilayah tinggalnya, Tanara sebagai tempat tumbuh kembang hidupnya dan rumahnya.
غَفَرَ اللهُ ذُنُوْبَهُ، وَ سَتَرَ فِي الدَّارَيْنِ عُيُوْبَهُ
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa beliau, dan menutupi aib-aib beliau di dua negeri [dunia dan akhirat].
(هذِهِ) تَقْيِيْدَاتٌ نَافِعَةٌ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى عَلَى الْمُخْتَصَرِ الْمُلَقَّبِ بِسَفِيْنَةِ النَّجَا فِيْ أُصُوْلِ الدِّيْنِ وَ الْفِقْهِ لِلشَّيْخِ الْعَالِمِ الْفَاضِلِ سَالِمٍ بْنِ سُمَيْرٍ الْحَضْرَمِيِّ، إِقْلِيْمًا وَ الْبَتَاوِيِّ وَفَاةً نَوَّرَ اللهُ ضَرِيْحَهُ
[Beliau berkata]: “Kitab ini merupakan catatan-catatan pelengkap yang bermanfaat, in syā’ Allāh, atas kitab ringkas, yang berjudul Safīnat-un-Najā [perahu keselamatan], yang berisi ilmu Ushūluddīn [pokok-pokok agama, tauhid] dan ilmu Fiqh, karya Syaikh al-‘Ᾱlim al-Fādhil Sālim bin Sumair al-Hadhramī, Hadramaut [Yaman selatan], wilayah asalnya, dan Betawi [Jakarta] tempat wafatnya. Semoga Allah menerangi kuburan beliau.
تُتَمِّمُ مَسَائِلَهُ وَ تَفُكُّ مُشْكِلَهُ وَ تُفَصِّلُ مُجْمَلَهُ
[Kitab syarah ini] menyempurnakan beberapa masalah kitab ringkas tersebut, dan memecahkan persoalan yang belum jelas dalam kitab tersebut, dan mendetilkan hal yang masih umum dalam kitab tersebut.
وَضَعْتُهَا لِتَكُوْنَ تَذْكِرَةً لِنَفْسِيْ، وَ لِلْقَاصِرِيْنَ مِثْلِيْ مِنْ أَبْنَاءِ جِنْسِيْ،
Aku [Syaikh Nawawī al-Bantanī] menyusun kitab ini agar kitab syarah ini menjadi sebagai pengingat bagi diriku, dan bagi orang-orang yang ceroboh sepertiku, dari anak-anak sejenisku [manusia].
وَ سَمَّيْتُهَا: (كَاشِفَةُ السَّجَا فِيْ شَرْحِ سَفِيْنَةُ النَّجَا)
Aku menamai kita syarah ini dengan Kāsyifat-us-Sajā fī Syarḥi Safīnat-un-Najā (Tirai penutup yang tersingkap dalam mensyarahi kitab Safīnat-un-Najā [Perahu Keselamatan])
وَ أَوْضَحْتُهُ بِالتَّرَاجِمِ بِالْفَصْلِ وَ غَيْرِهِ اقْتِدَاءً بِكِتَابِ اللهِ تَعَالَى فِيْ كَوْنِهِ مُتَرَجَّمًا مُفَصَّلًا سُوْرَةً سُوْرَةً
Dan aku memperjelas kitab syarah ini dengan berbagai penjelasan dengan dipisah-pisahkan pemisahan [fasal] dan selainnya, karena mengikuti kitābullāh ta‘ālā dalam keberadaannya sebagai sesuatu yang ditafsirkan dan terpisah-pisahkan, surah demi surah.
وَ لِأَنَّهُ أَبْعَثُ عَلَى الدَّرْسِ وَ التَّحْصِيْلِ مِنْهُ وَ أَقْحَمْتُ فِيْهِ فَصْلَ الصِّيَامِ، إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى لِيَزِيْدَ النَّفْعَ عَلَى الْعَوَامِّ، بِعَوْنِ الْمَلِكِ الْعَلَّامِ،
Dan karena sesungguhnya hal itu dapat lebih mendorong untuk mempelajari dan memperoleh [ilmu] dari kitab syarah ini. Dan aku berupaya maksimal mengupas di kitab ini akan fasal puasa. In syā’ Allāh ta‘ālā agar dapat menambah kemanfaatan bagi orang-orang awam, dengan pertolongan Allah, Sang Merajai yang Maha Mengetahui.
وَ جَعَلْتُهُ كَهَيْئَةِ الْمَتَنِ مَعَ الشَّرْحِ فِي الْمَشَابَكَةِ لِتَوَافِقِ صُوْرَةُ الْفَرْعِ صُوْرَةَ الْأَصْلِ فَإِنَّ شَرْطَ الْمُرَافَقَةِ الْمُوَافَقَةُ
Dan aku membentuk kitab ini sama seperti bentuk matan [teks aslinya] disertai dengan penjelasan dalam hal saling berjalinan [satu sama lain], agar tersesuaikan bentuk turunan [syarah] dengan bentuk asalnya [matan], karena sesungguhnya syarat pertemanan adalah saling kecocokan.
نَسْأَلُهُ سُبْحَانَهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى أَنْ يُعِيْنَنَا عَلَى إِكْمَالِهَا وَ يُيَسِّرَ الْأَسْبَابَ فِي افْتِتَاحِهَا وَ اخْتِتَامِهَا،
Kami mohon kepada Allah s.w.t., agar Dia berkenan menolong kami untuk menyempurnakan kitab ini dan memudahkan berbagai sebab dalam memulai [penulisan] kitab syarah ini dan mengakhirinya.
وَ مَا حَمَلَنِيْ عَلَى جَمْعِهَا إِلَّا رَجَاءُ دَعْوَةِ رَجُلٍ صَالِحٍ يَنْتَفِعُ مِنْهَا بِمَسْأَلَةٍ فَيَعُوْدَ نَفْعُهَا عَلَيَّ فِيْ قَبْرِيْ
Dan tidak ada yang membawaku untuk menghimpun kitab ini, kecuali mengharapkan doa orang shaleh yang meraih manfaat dari kitab syarah ini terhadap suatu masalah, sehingga akan kembali kemanfaatannya itu kepada diriku di dalam kuburanku,
لِحَدِيْثِ: “إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ”
Berdasarkan hadits (KS-011): “Apabila anak Adam telah wafat, maka terputus amalnya, kecuali tiga hal, yaitu (1). shadaqah jāriyah [sedekah yang terus mengalirkan pahala], atau (2). ilmu yang bermanfaat, atau (3). anak shalih yang senantiasa berdoa untuknya.”
وَ أَنَا وَ إِنْ كُنْتُ لَسْتُ أَهْلًا لِهذَا الشَّأْنِ وَ الْحَالُ قَصَدْتُ التَّشَبَّهَ بِالرِّجَالِ لِأَفُوْزَ بِصُحْبَتِيْ إِيَّاهُمْ
Dan aku, meskipun diriku bukanlah orang yang layak untuk hal positif dan perilaku baik ini, namun aku bermaksud menyerupakan diri dengan orang-orang pilihan tersebut, agar aku dapat beruntung dengan sebab persahabatanku dengan mereka.
لِمَا وَرَدَ فِي الْخَبَرِ: مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ،
Berdasarkan keterangan yang teriwayatkan dalam suatu hadits (KS-022): “Siapa saja yang menyerupakan diri dengan suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.”
وَ أَرَدْتُ الْغَوْصَ فِيْ مَحَبَّتِهِمْ لِأَحْشُرَ مَعَهُمْ لِحَدِيْثِ الْبُخَارِيِّ: “يُحْشَرُ الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ”
Dan aku ingin bertotalitas (menyelam) dalam mencintai mereka, agar aku dikumpulkan bersama mereka [pada hari kiamat], berdasarkan hadits Imam Bukhārī (KS-033): “Seseorang akan dihimpun bersama orang yang dicintainya.”
وَ يَنْبَغِيْ لِمَنْ وَقَّفَ عَلَى هَفْوَةٍ أَنْ يُصْلِحَهَا بَعْدَ التَّأَمُّلِ
Dan seyogyanya bagi siapa saja yang telah mengetahui atas suatu kekeliruan [pada kitab syarah ini], hendaknya ia memperbaikinya setelah melakukan perenungan.
نَسْأَلُ اللهَ تَعَالَى أَنْ يُبْدِلَ حَالَنَا إِلَى أَحْسَنِ الْأَحْوَالِ
Kami memohon kepda Allah ta‘ālā, agar Dia berkenan menukar perilaku kami kepada perilaku-perilaku yang terbaik,
وَ أَنْ يَجْعَلَنَا مِمَّنْ تَسْعَى إِلَيْهِ النَّاسُ لِأَخْذِ الْعِلْمِ لَا لِحُظُوْظِ الدُّنْيَا الْفَانِيَةِ
Dan semoga Dia berkenan menjadikan kami termasuk orang, yang manusia berjalan menuju diri-Nya untuk mengambil ilmu, bukan untuk mengambil bagian-bagian duniawi yang fana,
وَ أَنْ يُمَتِّعَنَا بِالنَّظَرِ إِلَى وَجْهِهِ الْكَرِيْمِ فِي الدَّارِ الْبَاقِيَةِ.
Dan semoga Dia berkenan memberi kenikmatan kepada kami, dengan dapat melihat kepada Dzat-Nya Yang Mulia, di negeri nan abadi.
Catatan: