Fiqh Tradisionalis – Bab V Puasa – Lailah Al Qadr

Rangkaian Pos: Bab Puasa - Fiqh Tradisionalis

4. Lailah al-Qadr

Soal:

Pada malam bulan Ramadhan, khususnya pada sepuluh hari yang terakhir, umat Islam sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal yang baik. Karena pada waktu itu terdapat satu malam yang sangat mulia. Malam yang melebihi seribu bulan. Satu malam di mana ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba pahalanya akan dilipatgandakan berpuluh-puluh, atau bahkan beratus-ratus kali lipat. Lailah al-Qadr, demikianlah nama malam itu. Tidak heran, semua orang berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Apakah sebenarnya Lailah al-Qadr itu? Apa saja keistimewaan yang terdapat di dalamnya? Kapan terjadi dan apakah tanda- tanda kemunculannya?

Jawab:

Tentang apa yang disebut dengan Lailah al-Qadr, Allah SWT telah menyebutkannya secara khusus dalam surat al-Qadr. Ketika menafsirkan surat ini, DR. Muhammad Bakr Isma’il menjelaskan:

“Yang dimaksud (oleh ayat itu-maksudnya Q.S.Al Qadr-ed.) adalah bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman, “Dengan kemuliaan dan kekuasaan Kami,

sungguh Kami menurunkan al-Qur’an pada malam Lailah al-Qadr, yaitu malam kemuliaan. Tahukah engkau, Muhammad, apakah Lailah al-Qadr itu? la adalah satu malam, di mana beribadah di dalamnya satu kali lebih baik dari beribadah seribu bulan selain malam itu. Para malaikat termasuk Malaikat Jibril turun (ke bumi) ketika itu dengan membawa kebaikan dan keberkahan. Para malaikat itu mengucapkan salam kepada orang-orang Islam. Mereka berdo’a dan memintakan ampun bagi orang- orang Islam itu sampai fajar menjelang.” (Al-Fiqh al-Wadhih min al-Kitab wa al-Sunnah, juz I, hal 577)

Lailah al-Qadr merupakan malam lebih utama dari seribu bulan. Oleh sebab itu, kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah pada malam itu. Rasûlullah SAW bersabda:

“Dari Abi Hurairah, dari Nabi Muhammad SAW, “Siapa saja yang menghidupkan Lailah al-Qadr (dengan ibadah) dilandasi iman dan ikhlas murni karena Allah, maka dosa-dosanya yang terdahulu akan diampuni. Dan barang siapa yang melaksanakan puasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan pengharapan pada Allah SWT, maka akan diampuni semua dosa-dosanya yang telah lalu.” (Shahih al-Bukhari [1768])

Inilah janji Nabi SAW kepada umatnya yang beribadah dengan keimanan yang mantap dan keikhlasan yang murni di malam Lailah al-Qadr . Dosa-dosanya akan dilebur, baik yang telah lalu maupun yang akan datang.

Mengenai waktu terjadinya Lailah al-Qadr itu, Imam Nawawi mengatakan:

“(Satu masalah) Menurut pendapat yang masyhur dalam madzhab kami, bahwa sesungguhnya Lailah al-Qadr itu hanya ada pada sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan. (Ada pendapat yang mengatakan) bahwa terjadinya Lailah al-Qadr tidak berpindah-pindah. Setiap tahun hanya terjadi pada malam itu.

Namun menurut pendapat mukhtar (yang dipilih): malam Lailah al-Qadr dapat berpindah. Karena itu dalam satu tahun dapat terjadi di suatu malam, dan pada tahun berikutnya terjadi pada malam yang lain. Namun perpindahan itu tidak akan melewati sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (Fatâwî al- Imam al-Nawawî, 102)

Ada beberapa alasan mengapa malam ini disebut Lailah al-Qadr. Ibn Rusyd, seorang filosof muslim terkenal menyebutkan dalam sebuah karyanya:

“Allah SWT menyebutnya dengan Lailah al-Qadr, karena pada malam itu semua ketentuan dan ketetapan yang akan dijalani oleh manusia untuk tahun itu diputuskan, baik berupa rizki, ajal dan yang lainnya. Ketentuan ini berlaku hingga Lailah al-Qadr tahun mendatang. Imam Mujahid r.a. berkata, (Semua urusan itu ditentukan) kecuali kesedihan dan kebahagiaan. Hal ini dibuktikan dengan firman Allah SWT (QS.al- Dukhân) “Pada malam itu semua perkara yang baik dibagikan pada manusia.” (Muqaddimah Ibn Rusyd, juz I, hal 195)

Sedangkan tanda-tanda kehadiran Lailah al-Qadar, serta bagaimana seseorang dapat mengetahui kedatangannya, Ibn Taimiyyah menjelaskan:

“Diriwayatkan, bahwa di antara tanda-tanda turunnya Lailah al-Qadr adalah bahwa malam itu adalah malam yang terang dan bercahaya Tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Terkadang Allah SWT memberitahukan pada sebagian manusia pada waktu ia tidur ataupun ketika ia terjaga sehingga seorang hamba dapat melihat sendiri cahaya Lailah al-Qadr itu. Terkadang ada orang yang memberi kabar kepadanya bahwa saat itu adalah Lailah al-Qadr. Dan kadangkala Allah SWT membuka hatinya untuk melihat langsung hakikat Lailah al-Qadr yang sebenarnya.” (Fatâwi al-Kabir, Juz 2, hal 476)

Dapat disimpulkan bahwa Lailah al-Qadar merupakan salah satu karunia Allah yang diberikan kepada umat Islam pada bulan Ramadhan. Allah SWT menjanjikan pahala yang berlipat ganda bagi siapa saja yang menghiasi malam tersebut dengan beribadah kepada-Nya. Namun Allah SWT merahasiakan waktunya agar umat Islam lebih giat dan berlomba-lomba untuk mendapatkannya.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *