PASAL 4
فَصْلٌ فِي الْإِسْنَادِ الْعَقْلِيِّ
TENTANG ISNĀD AQLĪ
Isnād itu terbagi dua:
Dan terbagi pula kepada:
Ḥaqīqat ‘aqliyyah: ialah meng-isnād-kan fi‘il atau serupa fi‘il (mashdar, isim fi‘il, isim maf‘ūl, shifat musyabbahāt, isim tafdhīl dan zharaf) kepada ma‘mūl-nya menurut kehendak mutakallim. Seperti: (ضُرِبَ زَيْدٌ، ضَرَبَ زَيْدٌ عَمْرًا).
وَ لِحَقِيْقَةٍ مَجَازٍ وَرَدَا | لِلْعَقْلِ مَنْسُوْبَيْنِ أَمَّا الْمُبْتَدَا |
إِسْنَادُ فِعْلٍ أَوْ مُضَاهِيْهٍ إِلَى | صَاحِبِهِ كَفَازَ مَنْ تَبَتَّلَا. |
Artinya:
“Isnād ‘aqli itu datang ada kalanya ḥaqīqat ‘aqliyyah dan ada kalanya majāz ‘aqli. Adapun yang pertama, yaitu meng-isnād-kan fi‘il atau serupa fi‘il kepada ma‘mūl-nya, seperti: (فَازَ مَنْ تَبَتَّلَا) = Berbahagia orang yang memutuskan hubungan hatinya dengan makhluk. Yang berbahagia, ialah tabattul.”
Adapun ḥaqīqat ‘aqliyyah itu menurut bukti dan i‘tiqād-nya, terbagi empat macam, yaitu:
Padahal i‘tiqād mu‘tazilah itu bahwa cincin pada jari digerakakannya oleh jari itu, bukan oleh Allah.
Dan perlu diketahui, bahwa ḥaqīqat ‘aqliyyah itu bila dilihat dari kedua ujungnya, yaitu musnad dan musnad ilaih juga terbagi atas empat macam yaitu:
Lafaz (أَحْيَا) dengan arti (أَعْطَى). Lafaz (الْبَحْرُ) dengan arti (الْكَرِيْمُ).
Lafaz (أَحْيَا) dengan arti (أَنْبَتَ).
(مَاتَ زَيْدٌ وَ أَنْتَ تُرِيْدُ أَبَاهُ) = Telah mati Zaid.
Padahal muksudmu bapaknya.