Al-Ijarah (Pekerjaan, Upah-mengupah atau Sewa-menyewa) – Mizanul Hikmah

Ensiklopedia Mizan-ul-Hikmah: Kumpulan Hadits Nabi s.a.w. Pilihan (dan Dari Para Imam Ahl-ul-Bait)

(Diterjemahkan dari Muntakhabu Mīzān-il-Ḥikmah)
Oleh Muhammad M. Reysyahri

Penerjemah: Tholib Anis
Diterbitkan oleh: Penerbit Nur al-Huda

BAB 2

۲ الْإِجَارَةُ

2. EMPLOYMENT
2. IJĀRAH (Pekerjaan, upah-mengupah atau sewa-menyewa)

 

۳الْإِجَارَةُ وَ الْمَعِيْشَةُ

3. Employment and Livelihoods
3. Pekerjaan dan Mata Pencaharian (Penghidupan).

(أَهُمْ يَقْسِمُوْنَ رَحْمَةَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيْشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَ رَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا وَ رَحْمَةُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُوْنَ). (١1)
(قالَتْ إِحْدَاهُمَا يَا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِيْنُ). (٢2)

“Is it they who dispense the mercy of your Lord? It is We who have dispensed among them their livelihood in the present life, and raised some of them above others in rank, so that some may take others into service, and your Lord’s mercy is better than what they amass.” (43)

“One of the two women said, ‘Father, hire him. Indeed the best you can hire is a powerful and trustworthy man.” (54)

Allah s.w.t. berfirman: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (15)

Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Wahai bapakku, ambillah dia sebagai orang yang bekerja (pada kita) karena sesungguhnya orang yang paling baik yang yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (26)

۱۳.الْإِمَامُ عَلِيٌّ عليه السلام – فِيْ قَوْلِهِ تَعَالَى‏ :(نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيْشَتَهُمْ) – :أَخْبَرَنَا سُبْحَانَهُ أَنَّ الْإِجَارَةَ أَحَدُ مَعَايِشِ الْخَلْقِ، إِذَ خَالَفَ بِحِكْمَتِهِ بَيْنَ هِمَمِهِمْ وَ إِرَادَتِهِمْ وَ سَائِرِ حَالَاتِهِمْ، وَ جَعَلَ ذلِكَ قِوَامًا لِمَعَايِشِ الْخَلْقِ، وَ هُوَ الرَّجُلُ يَسْتَأْجِرُ الرَّجُلَ … وَ لَوْ كَانَ الرَّجُلُ مِنَّا يُضْطَرُّ إِلَى‏ أَنْ يَكُوْنَ بَنَّاءً لِنَفْسِهِ أَوْ نَجَّارًا أَوْ صَانِعًا فِيْ شَيْ‏ءٍ مِنْ جَمِيْعِ أَنْوَاعِ ‏الصَّنَائِعِ لِنَفْسِهِ … مَا اسْتَقَامَتْ أَحْوَالُ الْعَالَمِ بِتِلْكَ، وَ لَا اتَّسَعُوْا لَهُ، وَ لَعَجِزُوْا عَنْهُ، وَ لكِنَّهُ أَتْقَنَ تَدْبِيْرَهُ لِمُخَالَفَتِهِ بَيْنَ هِمَمِهِمْ، وَ كُلُّ مَا يُطْلَبُ مِمَّا تَنْصَرِفُ إِلَيْهِ هِمَّتُهُ مِمَّا يَقُوْمُ بِهِ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ، وَ لِيَسْتَغْنِيَ بَعْضُهُم بِبَعْضٍ فِيْ أَبْوَابِ الْمَعَايِشِ الَّتِيْ بِهَا صَلَاحُ أَحْوَالِهِمْ. (۳7)

13. Imam Ali (AS) said about the verse: “It is We who have dispensed among them their livelihood”, ‘Allah, the Exalted, told us that employyment is one of the means of people’s livelihood. He, in His wisdom, diversified their aspirations, motivations, and other states. Thus, He made man’s employment of one another one of the means of people’s livelihood … If every one of us was forced to build for himself, make his own furniture, and produce everything himself… the world’s conditions would not be bearable and people would not be able to endure them, and would find them impossible. But He ensured its management by diversifying their aspirations so that everyone performs for others that which is compatible with his own capacity, in order for some of them to be served by others and for their conditions to be sound.’ (68)

  1. Sekaitan dengan firman Allah Yang Maha Tinggi yang berbunyi: “Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka.….”, Imām ‘Alī a.s. berkata: “Allah Yang Maha Suci telah mengabarkan kepada kita bahwa ijārah (upah-mengupah atau sewa-menyewa) adalah salah satu penghidupan manusia. Sebab, Allah membedakan sesuai dengan hikmah-Nya di antara keinginan, kehendak, dan semua keadaan manusia, dan menjadikannya sebagai penopang bagi penghidupan mereka. Oleh karena itu, seseorang dapat mempekerjakan (mengupah) orang lain. Seandainya seseorang dipaksa untuk menjadi tukang batu bagi dirinya sendiri, atau tukang kayu, atau pembuat segala sesuatu untuk dirinya sendiri, niscaya (kehidupan) dunia tidak akan dapat berjalan dengan hal itu, dan mereka tidak akan mungkin melakukan semua itu (untuk dirinya sendiri). Akan tetapi, Allah membuat pengaturan-Nya dengan cermat, yaitu Dia s.w.t. menjadikan manusia berbeda-beda dalam keinginan mereka. Sehingga, keperluan sebagian dari mereka dikerjakan oleh sebagian yang lain, dan agar sebagian dari mereka membutuhkan sebagian yang lain di dalam kehidupan. Dengan demikian, urusan mereka dapat berjalan (dengan baik).” (39)

 

٤ – كَرَاهَةُ إِجَارَةِ النَّفْسِ‏

4. Divine Disapproval of Offering Oneself for Hiring
4. Dimakruhkan Mempekerjakan Diri Sendiri.

۱٤.الكافي عَنْ عَمَّارِ السَّابَاطِيِّ :قُلْتُ لِأَبِيْ عَبْدِ اللهِ عليه السلام: الرَّجُلُ يَتَّجِرُ، فَإِنْ هُوَ آجَرَ نَفْسَهُ اُعْطِيَ مَا يُصِيْبُ فِيْ تِجَارَتِهِ، فَقَالَ: لَا يُؤَاجِرْ نَفْسَهُ، وَ لكِنْ يَسْتَرْزِقُ ‏اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ وَ يَتَّجِرُ، فَإِنَّهُ إِذَا آجَرَ نَفْسَهُ حَظَرَ عَلَى‏ نَفْسِهِ الرِّزْقَ. (١10)

  1. 14. Ammār al-Sābāthī narrated, ‘I asked Abu Abdillah (AS) about a man who trades but he can make the same money by working for someone else. He said, ‘He should not work for someone else. Rather, he must seek Allah’s bounty and engage in trading, for by working for someone else, he restricts Allah’s bounty for him.’ (611)
  2. Dalam kitab al-Kāfī, dari ‘Ammār as-Sābāthī meriwayatkan: “Aku bertanya kepada Abū ‘Abdillāh a.s. (Imām Ja‘far ash-Shādiq a.s.): “Ada seorang pedagang, jika dia mempekerjakan dirinya (dengan mendapatkan upah), maka dia digaji dari apa yang diperoleh dari perdagangannya.”

Abū ‘Abdillāh (Imām Shādiq) a.s. menjawab: “Janganlah dia mempekerjakan dirinya (untuk mendapatkan upah). Akan tetapi, hendaklah dia mencari rezeki Allah dan berdagang. Sebab, jika dia mempekerjakan dirinya (untuk mendapatkan upah), maka sesungguhnya dia telah mencegah dirinya untuk mendapatkan rezeki.” (112)

 

٥ – الدَّلَّالُ فِي الْإِجَارَةِ

5. Employment Agents
5. Perantara di dalam Pekerjaan.

۱٥.الكافي عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ أَحَدِهِمَا عليهما السلام :أَنَّهُ سُئِلَ عَنِ الرَّجُلِ يَتَقَبَّلُ بِالْعَمَلِ فَلَا يَعْمَلُ فِيْهِ وَ يَدْفَعُهُ إِلَى‏ آخَرَ فَيْرْبَحُ فِيْهِ، قَالَ: لَا، إِلَّا أَنْ يَكُوْنَ قَدْ عَمِلَ فِيْهِ ‏شَيْئًا. (٢13)

  1. 15. Muhammad b. Muslim narrated from one of the Imams (AS), that he was asked about a man who accepts a job and before doing any work, he passes it on to another and profits from it himself; to which he replied, ‘No, [it is not allowed] unless he does some work on it.’ (714)
  2. Dalam kitab al-Kāfī, dari Muḥammad bin Muslim meriwayatkan dari salah seorang imam suci (ya‘ni Imām Muḥammad Bāqir a.s. atau Imām Shādiq a.s.), bahwasanya beliau pernah ditanya tentang seseorang yang menerima suatu pekerjaan, tetapi dia tidak mengerjakan pekerjaan itu dan menyerahkannya kepada orang lain, lalu dia mendapatkan keuntungan dengannya. Kemudian beliau (ya‘ni Imām Bāqir a.s. atau Imām Shādiq a.s.) menjawab: “Dia tidak boleh melakukan hal tersebut, kecuali dia telah mengerjakan sedikit dari pekerjaan itu. (215)

 

٦ – ظُلْمُ الْأَجِيْرِ

6. Wronging the Worker
6. Menzhalimi Buruh

۱٦.رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و آله :مَنْ ظَلَمَ أَجِيْرًا أُجْرَهُ أَحْبَطَ اللهُ عَمَلَهُ وَ حَرَّمَ عَلَيْهِ رِيْحَ الْجَنَّةِ، وَ إِنَّ رِيْحَهَا لَتُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ. (٣16)

  1. The Prophet (SAWA) said, ‘A man who wrongs a worker in his wage, will have Allah annul his worship and prevent him from smelling the breeze of Paradise, which can be smelled from a distance of five hundred years.’ (817)
  1. Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Barang siapa menzhalimi buruh yang disewanya, niscaya Allah menggugurkan ‘amalnya dan mengharamkan baginya aroma surga. Sesungguhnya aroma surga itu benar-benar tercium dari jarak perjalanan lima ratus tahun.” (318)

۱۷.عنه صلى الله عليه و آله :ظُلْمُ الْأَجِيْرِ أُجْرَهُ مِنَ الْكَبَائِرِ. (٤19)

  1. The Prophet (AS) said, ‘Wronging the worker in his wage is a grave sin.’ (920)
  1. Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Menzhalimi buruh yang disewa termasuk di antara dosa-dosa besar.” (421)

 

۷ – إِعْلَامُ الْأُجْرَةِ وَ أَدَبُ إِعْطَائِهَا

7. Informing [the Worker] of Wages and the Etiquette of Payment
7. Memberitahukan Upah dan Adab Pemberiannya

۱۸.رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و آله :أُعْطُوا الْأَجِيْرَ أُجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ، وَ أُعْلِمْهُ أُجْرَهُ وَ هُوَ فِيْ عَمَلِهِ. (٥22)

  1. The Prophet (SAWA) said, ‘Give the worker his wage before his sweat dries up, and inform him of his wage while he is still working.’ (1023)
  1. Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Berikanlah upah kepada buruh sebelum keringatnya mengering, dan beritahukanlah berapa upahnya ketika dia sedang bekerja.” (524)

 

۱۹.الإمامُ عليٌّ عليه السلام: نَهَى‏ [ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و آله‏] أَنْ يُسْتَعْمَلَ أَجِيْرٌ حَتَّى‏ يُعْلِمَ مَا اُجْرَتُهُ. (١25)

  1. Imam Ali (AS) said, ‘The Prophet (SAWA) forbade using the services of a worker before he is informed of his wages.’ (1026)
  1. Imām ‘Alī a.s. berkata: “Rasūlullāh s.a.w. melarang untuk mempekerjakan seseorang sebelum orang itu diberitahu berapa upahnya.” (127)

Catatan:

  1. 1). الزخرف : ۳۲.
  2. 2). القصص : ۲۶.
  3. 4). Qur’an ۴۳:۳۲
  4. 5). Qur’an ۲۸:۲۶
  5. 1). QS. az-Zukhruf [43]: 32.
  6. 2). QS. al-Qashash [28]: 26.
  7. 3). وسائل الشيعة : ۱۳ / ۲۴۴ / ۳.
  8. 6). Wasa’il al-Shia, v. ۱۳, p. ۲۴۴, no. ۳
  9. 3). Wasā’il-usy-Syī‘ah, jil. 13, hal. 244, hadits 3.
  10. 1). الكافي : ٥ / ۹۰ / ۳.
  11. 6). al-Kafi, v. ٥, p. ۹۰, no. ۳
  12. 1). Al-Kāfī, jil. 5, hal. 90, hadits 3.
  13. 2). الكافي : ٥ / ۲۷۳ / ۱.
  14. 7). Ibid. p. ۲۷۳, no. ۱
  15. 2). Ibid., jil. 5, hal. 272, hadits 1.
  16. 3). الأمالي للصدوق : ٥۱۳ / ۷۰۷.
  17. 8). Amali al-Saduq, p. ۳٤۷, no. ۱
  18. 3). Amālī ash-Shadūq, hal. 347, hadits 1.
  19. 4). بحار الأنوار : ۱۰۳ / ۱۷۰ / ۲۷.
  20. 9). Bihar al-Anwar, v. ۱۰۳, p. ۱۷۰, no. ۲۷
  21. 4). Biḥār-ul-Anwār, jil. 103, hal. 170, hadits 27.
  22. 5). كنز العمّال : ۹۱۲۶.
  23. 10). Kanz al-Ummal, no. ۹۱۲۶
  24. 5). Kanz-ul-‘Ummāl, hadits 9126.
  25. 1). كتاب من لا يحضره الفقيه : ٤ / ۱۰ / ٤۹٦۸.
  26. 10). al-Faqih, v. ٤, p. ۱۰, no. ٤۹٦۸
  27. 1). Al-Faqīh, jil.4, hal.10, hadits 4968.

Sanggahan (Disclaimer): Artikel ini telah kami muat dengan izin dari penerbit. Terima kasih.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *