Hadits ke-35
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الْمُغِيْرَةِ بْنِ أَبِيْ بُرْدَةَ الْكِنَانِيِّ أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ (ص) أَتَى النَّاسَ فِيْ قَبَائِلِهِمْ يَدْعُوْلَهُمْ وَ أَنَّهُ تَرَكَ قَبِيْلَةً مِنَ الْقَبَائِلِ قَالَ: وَ إِنَّ الْقَبِيْلَةَ وَجَدُوَا فِيْ بَرْدَعَةِ رَجُلٍ مِنْهُمْ عِقْدَ جَزْعٍ غُلُوْلًا فَأَتَاهُمْ رَسُوْلُ اللهُ (ص) فَكَبَّرَ عَلَيْهِمْ كَمَا يُكَبِّرُ عَلَى الْمَيِّتِ. (رواه مالك).
Artinya:
Bersumber dari ‘Abdullāh bin Mughīrah bin Abī Burdah al-Kinānī. Ia menyampaikan bahwasanya Rasūlullāh s.a.w. mendatangi orang-orang pada kabilah mereka. Rasūl mendoakan mereka. Ketika tinggal satu kabilah yang tersisa, beliau berkata: “Sesungguhnya pada kabilah ini terdapat ikatan batu akik (marjan) di pelana milik seseorang dari mereka yang merupakan hasil korupsi.” Kemudian Rasūlullāh s.a.w. mendatangi kabilah ini dan bertakbir atas mereka sebagaimana bertakbir atas mayit.” (HR. Mālik).
Dari hadits ini kita mengetahui, betapa mengejutkanya perlakuan nabi pada seorang koruptor. Koruptor tidak dianggap nabi sebagai orang hidup. Sungguh hina. Adakah label yang lebih buruk dari label yang diterapkan pada koruptor? Koruptor adalah munafiq, pengkhianat, kafir, pelaku kejahatan keji seperti pencuri, pezina, pemabuk, perampok, bahkan dalam hadits ini, koruptor disamakan nabi dengan mayat. Perlakuan nabi ini semakin menunjukkan kebencian beliau terhadap tindakan korupsi. Kita sebagai orang yang ingin diakui umatnya, tidak memiliki jalan lain selain menjauhi serta memberantas korupsi, sesuai kemampuan yang kita miliki.