أَهْلِيَّةُ الْأَدَاءِ
SIFAT RĀWĪ MENYAMPAIKAN ḤADĪTS.
Selain dari perkataan-perkataan yang tersebut di “Penjelasan”, maka di bahwa ini, ada beberapa kata-kata lagi yang patut diketahui dan diingat-ingat, yaitu:
- ‘Adl, artinya: yang adil. Maksudnya: seorang Muslim yang baligh, berakal, tidak mengerjakan dosa-dosa dan selamat dari sesuatu yang dapat mengurangkan kesempurnaan dirinya.
- Dhābith, artinya: orang yang hafazh. Orang yang hafazh dalam Ilmu Ḥadīts ada dua macam caranya:
- Orang yang hafazh betul-betul apa yang ia dengar, sehingga dapat mengeluarkannya bilamana saja ia kehendaki.
- Seorang memelihara benar-benar sebuah kitab padanya semenjak ia mendengar apa yang tertulis dalam kitab itu dan ia bereskannya hingga waktu meyampaikannya kepada orang lain.
- Syudzūdz, artinya: keganjilan-keganjilan, keasingan-keasingan. Kalau satu, disebut “Syādzdz”.
Yang dimaksudkan dalam Ilmu Ḥadīts: sanad atau matan yang diriwayatkan oleh orang kepercayaan, tetapi isinya menyalahi riwayat orang yang lebih kepercayaan daripadanya; atau khabarannya itu menyalahi riwayat beberapa orang kepercayaan yang lain, dengan ada tambahan atau pengurangan, (1)
- ‘Illah Qadīḥah. ‘Illat artinya: penyakit, sebab. Qadīḥah artinya: yang tercela.
Yang dikehendaki ahli Ḥadīts, ialah Ḥadīts yang mestinya terputus sanadnya, tetapi pada zhahirnya kelihatan bersambung, atau mestinya omongan Shaḥābat, tetapi pada zhahirnya sebagai sabda Nabi s.a.w., dan lain-lain yang terbalik atau berubah dari semestinya.