0-3 Ar-Riwayat – Ilmu Mushthalah Hadits

الرِّوَايَةُ

AR-RIWĀYAT

Riwāyat artinya: Menceritakan, mengkhabarkan, cerita, khabaran.

Yang dimaksudkan ialah: “Khabaran yang berisi omongan, kelakuan atau lain-lain yang dikatakan dari shahabat (11) Nabi s.a.w. maupun khabaran itu benar atau teranggap tidak benar dari shahabat tersebut”.

Khabaran yang menurut pemeriksaan, tidak benar atau belum tentu betul datangnya dari shahabat Nabi s.a.w., dikatakan Riwāyat Dha‘īf.

Contoh yang “Shaḥīḥ”:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كُنْتُ أُرَجِّلُ رَأْسَ رَسُوْلِ اللهِ (ص) وَ أَنَا حَائِضٌ. (البخاري)

Artinya: Dari ‘Ā’isyah, ia berkata: “Aku pernah menyisir (rambut) Rasūlullāh s.a.w., padahal aku sedang haidh.” (Bukhārī). (22)

Khabaran ini, kita namakan Riwāyat, karena ia mengandung perjalanan seorang shahabat (istri) Nabi s.a.w., yaitu: ‘Ā’isyah.

Riwāyat ini, menurut pemeriksaan, benar dari ‘Ā’isyah, karena orang-orang yang menceritakannya sehingga tercatat dalam kitab Bukhārī, semua orang-orang kepercayaan, tidak ada di antara mereka seorang pun yang tercela.

Contoh yang “Dha‘īf”:

عَنْ أَبِي الرَّبِيْعِ قَالَ: كُنْتُ مَعَ ابْنِ عُمَرَ فِيْ جَنَازَةٍ فَسَمِعْتُ صَوْتَ إِنْسَانٍ يَصِيْحُ فَبَعَثَ إِلَيْهِ فَأَسْكَتَهُ. قُلْتُ: يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمنِ، لِمَ أَسْكَتَّهُ؟ قَالَ: إِنَّهُ يَتَأَذَّى بِهِ الْمَيِّتُ حَتَّى يُدْخِلَ قَبْرَهُ. (أحمد).

Artinya: Dari Abir-Rabī‘ ia berkata: “Aku pernah hadir bersama Ibnu ‘Umar pada satu jenazah, lalu aku dengar suara orang berteriak”. Maka Ibnu ‘Umar mengutus orang kepadanya. Ia suruh diam orang itu. Aku bertanya kepada Ibnu ‘Umar: “Ya Abā ‘Abd-ir-Raḥmān! Mengapakah engkau suruh orang itu diam?” Ia menjawab: “Sesungguhnya dengan teriakan itu, si maiyit berasa sakit, hingga dimasukkan dia ke dalam quburnya.” (Aḥmad). (33).

Yang tersebut ini, kita namakan Riwāyat, karena ada cerita atau pembicaraan yang dikatakan dari seorang shahabat Nabi s.a.w., yaitu Ibnu ‘Umar.

Tetapi Riwāyat ini lemah, dha‘īf, tidak benar datangnya dari Ibnu ‘Umar, sebab di antara orang-orang yang menceritakannya, ada seorang yang ceritanya tidak diterima oleh ‘Ulama’-‘ulama’, namanya Abū Syu‘bah ath-Thaḥḥān. (44)

Sungguhpun demikian, tetap khabaran itu disebut Riwāyat, tetapi Riwāyat Dha‘īf.

Catatan:


  1. 1). Sering juga, Hadits Nabi disebut Riwāyat. 
  2. 2). Lihat “Shaḥīḥ Bukhārī”, Bāb-ul-Libās. 
  3. 3). Lihat Majma‘-uz-Zawā’id 3: 16. 
  4. 4). Lihat Lisān-ul-Mīzān 6: 394. 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *