Al Muraja’at | Dialog No.9 s.d No.10 (1/4)

Al Muraja'at
Oleh : Sayyid Syarafuddin Al-Musawi
Penerjemah : Pedar Haidar
Penerbit : Busyra, Kaliurang

DIALOG NOMOR 9

17 Zulkaidah 1329 Η

Mengharap tambahan dalil-dalil dalam persoalan ini.

Lepaskan kendali pena Anda! Jangan sekali-kali khawatir saya menjadi jenuh! Telingaku tunduk mendengarkan dengan saksama. Dadaku sungguh lapang. Dan, dalam menerima ilmu yang Anda sampaikan kepadaku, terasa sekali kesegaran dalam jiwaku dan keriangan dalam hati. Dalil-dalil berikut penjelasan yang Anda kemukakan, telah berhasil mengembalikan semangatku dan menghindarkan diriku dari kejenuhan. Maka, berikanlah kepadaku tambahan kata-kata mutiara Anda serta hasil pemikiran Anda yang amat bermutu itu. Karena saya telah menemukan kebijakan dan kearifan di antara uraian uraian Anda yang bagi hatiku terasa lebih segar dari air yang paling sejuk!

Teruskanlah, demi Allah, teruskanlah!

Wassalam,

(S)


DIALOG NOMOR 10

19 Zulkaidah 1329 Η

Tambahan beberapa nas sebagai pelengkap.

Karena Anda telah menerima keteranganku dengan jiwa yang segar dan hati yang riang, saya sangat gembira dapat membayangkan segera terpenuhinya cita-citaku dan berhasilnya usahaku. Tak pelak lagi, orang yang berniat suci, berhati bersih, rendah hati, luhur budi, tenang berwibawa, bermahkotakan ilmu, arif bijaksana, pasti selalu menunjukkan kebenaran dalam kata-kata dan tulisannya, ketulusan serta kesungguhan dalam seluruh ucapan dan perbuatannya.

Sungguh Anda telah membuatku merasa amat berutang budi dan berkewajiban menaati apa saja yang Anda perintahkan, dengan sikap Anda yang begitu ramah tamah dan merendah diri. Ketika Anda mau berkata dalam surat Anda yang lalu, “Tambahkanlah!”

Pastinya tidak ada pilihan lain bagiku kecuali memenuhi permintaan itu, demi memuaskan hati Anda! Untuk itu saya sajikan bagi Anda (hadis-hadis di bawah ini).

Telah disebutkan oleh Thabrani dalam kitabnya Al-Kabir, dan juga oleh Rafi’i dalam Musnad-nya yang dihubungkan kepada Abdullah bin Abbas yang berkata bahwa Rasulullah saw telah bersabda, “Barang siapa yang ingin sehidup semati denganku, dan mendiami Surga Adn yang disediakan Tuhanku, hendaknya dia menjadikan Ali sebagai pemimpinnya sepeninggalku, mendukung penggantinya serta mengikuti jejak Ahlulbaitku setelahku. Karena mereka itu adalah itrahku. Dijadikan mereka itu (oleh Allah) dari darah dagingku. Dilimpahkan-Nya atas mereka itu pemahaman dan ilmuku. Terkutuklah orang-orang yang menolak keutamaan mereka dan mengingkari hubungan (kekeluargaan) mereka denganku. Orang-orang itu tak akan mendapatkan syafaatku.1

Juga telah diriwayatkan oleh Mutair, Barudi, Ibnu Jarir, Ibnu Syahin, Ibnu Mandah, dari Ishaq dan Ziyad bin Matraf, dia berkata, “Kudengar Rasulullah saw bersabda, ‘Barang siapa yang ingin sehidup semati denganku, dan memasuki surga yang telah dijanjikan Tuhanku untukku, yaitu Jannatul Khuld, hendaklah dia menjadikan Ali dan anak keturunannya sebagai pemimpin-pemimpin yang dicintainya. Karena mereka itu tidak akan mengeluarkan kamu dari pintu hidayah, dan tidak akan memasukkan kamu ke dalam pintu kesesatan.2

Seperti itu pula apa yang diriwayatkan oleh Zaid bin Arqam yang mengatakan bahwa Rasulullah saw telah bersabda, “Barang siapa yang ingin bersamaku, sehidup semati denganku dan mendiami Jannatul Khuld (yang telah dijanjikan Tuhanku untukku) bersamaku, maka hendaklah dia menjadikan Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpinnya. Karena dia tidak akan menjauhkan kalian dari petunjuk yang benar, dan tidak akan memasukkan kalian ke dalam kesesatan.3

(bersambung)

Catatan:

  1. Hadis ini adalah hadis ke-3819, dari kumpulan hadis (kitab) Kanz al-Ummal, jilid 6, halaman 217, juga tersebut dalam Muntakhab al-Kanz, jilid 5, halaman 94, dari Musnad Imam Ahmad bin Hambal, hanya saja di situ tersebut: “Dilimpahkan-Nya atas mereka itu pahamku (tanpa kata-kata dan ilmu-Ku).” Mungkin hal ini disebabkan kekeliruan penulis teksnya. Demikian pula hadis ini disebutkan oleh Hafiz Abu Nu’aim dalam kıtabnya, Al- Hilyah, yang kemudian dikutip oleh ulama besar (kaum Muktazilah, Ibnu Abil Hadid) pada halaman 450 dari kitabnya, Syarah Nahj al-Balaghah, jilid 2, cetakan Mesir. Juga dikutip pada halaman 449, dari Abu Abdillah Ahmad bin Hambal dalam Musnad-nya, dan juga kitab Al-Manaqib (Sifat-Sifat Keutamaan) Ali bin Abi Thalib as
  2. Hadis ini adalah hadis ke-2578, dari kumpulan hadis Kanz al-Ummal, jil 6, halaman 155, dan juga dimuat dalam Muntakhab al-Kanz. Bacalah catatan pinggir Musnad Imam Ahmad, jilid 5, halaman 32. Adapun Ibnu Hajar Asqalani telah menyebutkan hadis itu secara singkat dan keterangannya tentang Ziyad bin Muthrif pada bagian pertama dari kitabnya Al-Ishabah. Dia menyatakan (dalam kitabnya itu), “Di antara sanad hadis ini adalah Yahya bin Yala al-Muharibi seorang yang lemah sanadnya.” Menurut pendapatku (SY): penilaian Asqalani ini sungguh aneh, karena Yahya bin Yala ini adalah seorang yang dipercaya (menurut kesepakatan ahli hadis). Bukhari telah membawakan hadis (tentang Peristiwa Hudaibiyah) dalam Shahih-nya yang tersebut dalam sanadnya nama Yahya ini. Begitu juga Muslim dalam Shahih-nya. Dalam Shahih Bukhari, disebutkan bahwa Yahya telah mendengar dari Ghailan bin Jami’. Dzahabi dalam kitabnya Al-Mizan tidak meragukannya sedikit pun. Dan oleh Imam Qaisharani, nama Yahya tersebut dimasukkan ke dalam kelompok nama-nama yang dikuatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam kitab Shahih mereka.
  3. Disebutkan oleh Hakim di akhir halaman 128, jilid 3 dari kitabnya Al-Mustadrak ‘ala al- Shahihain, dia berkata, “Ini hadis sahih sanadnya, tapi tidak diriwayatkan oleh (Bukhari dan Muslim). Dan telah disebutkan oleh Thabrani dalam kitabnya Al-Kabir, dan Abu Nu’aim dalam Fadhail al- Shahabah dan hadis ini adalah hadis ke-2577 dari kitab Kanz al-Ummal, jil.6, halaman. 155. Dan juga tersebut dalam Muntakhab al-Kanz Baca catatan pinggir Al- Musnad, jil.5, halaman 32

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *