(lanjutan)
Banyak lagi ucapan-ucapan beliau mengenai hal ini. Seperti1, “Dengan kami, kalian mendapat petunjuk sehingga keluar dari kegelapan, dan mencapai kemuliaan.”2
“Kami adalah pohon nubuwwah (kenabian). Pusat risalah (kerasulan). Persinggahan malaikat (pembawa wahyu). Sumber ilmu. Mata air hikmah. Orang yang memandang kami dengan kecintaan, menyongsong rahmat Allah. Adapun musuh-musuh kami dan yang membenci kami, menyongsong kemurkaan-Nya.“3
“Di manakah orang-orang yang mengaku bahwa merekalah dan bukannya kami (Ahlulbait), yang dengan mantapnya menguasai ilmu? Semata-mata disebabkan kebohongan dan kedengkian mereka atas kami, karena Allah telah memuliakan kami dan menghinakan mereka? Melimpahkan karunia-Nya atas kami dan menjauhkannya dari mereka? Memasukan kami dalam lindungan-Nya dan mengeluarkan mereka! Dengan kami, orang mendapat petunjuk, dan dengan kami, dihilangkan kebodohan. Kepemimpinan (Imamah) haruslah diserahkan kepada para Imam dari Bani Hasyim di antara Quraisy. Tidaklah ia layak bagi selain mereka. Tidaklah patut para pemimpin (Imam) kecuali yang berasal darı mereka…“4
Kepada orang-orang yang melanggar perintahnya, Imam Ali telah berkata, “Mereka telah memilih kesenangan yang segera, dan menjauhkan kebahagiaan yang mendatang. Meninggalkan air yang jernih, dan minuman yang keruh…” Beliau berkata lagi,”5 “Barang siapa di antara kalian meninggal dunia, sedangkan ia mengenal dan mengakui hak Tuhannya, serta hak Rasulnya dan Ahlulbaitnya (keluarga Rasulullah saw), maka sesungguhnya ia mati syahid, pahalanya dijamin Allah, dan berhak mendapatkan balasan pahala sesuai dengan amal saleh yang diniatkannya, sekalipun ia mati di atas tempat tidurnya (bukan dalam medan jihad).” Karena niatnya yang baik itu menempatkannya pada kedudukan mujahid yang menghunus pedangnya fi sabilillah.
Dan ucapan Imam Ali juga,6 “Kami adalah orang-orang yang dikaruniai kelebihan kemuliaan. Kami adalah pengikut terdepan para nabi. Kelompok kami adalah Hizbullah (pembela/pengikut agama Allah); adapun musuh-musuh kami kelompok orang-orang zalim mereka adalah Hizbu Syaithan (pengikut setan). Maka barang siapa menyamakan kami dengan musuh-musuh kami, ia bukan anggota (kelompok) kami.” Demikian pula Imam Mujtaba: Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah dan pemimpin pemuda penghuni surga berkata, “Cintailah kami dengan ketakwaan kalian kepada Allah, karena kami ini adalah pemimpin-pemimpinmu.“7
Juga Imam Abu Muhammad Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib, yang digelari Zain al-Abidin, yang berarti “yang termulia di antara hamba-hamba Allah yang amat tekun dalam ibadahnya”, bila beliau membaca firman Allah surah 9 ayat 120, yang terjemahannya, Hai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan jadilah kamu di antara mereka yang bersungguh-sungguh dalam takwa…,” maka beliau berdoa dengan doa yang panjang sekali, memohon agar ditingkatkan derajatnya ke tingkatan orang-orang yang bersungguh-sungguh dan berada di tingkat yang tertinggi.
Dalam doanya itu beliau menyebutkan tentang bencana-bencana yang dialaminya dan tuduhan-tuduhan keji yang dialamatkan kepadanya oleh sekelompok ahli bid’ah (yang mengada-ngada dalam agama) dan yang telah berlepas diri dari para Imam agama dari keluarga keturunan Nabi saw antara lain beliau berkata, “… Ada pula sebagian orang yang melalaikan kewajiban terhadap kami-Ahlulbait-mereka memperalat dan menyelewengkan penafsiran ayat-ayat Alquran yang mutasyabih (tidak dengan mudah dan jelas diketahui maksudnya), lalu menyesuaikannya dengan kepentingan pribadi mereka sendiri. Mereka menolak dan meragukan berita tentang keutamaan kami yang datang dari hadis-hadis Rasulullah saw.”
Akhirnya Imam as berkata, “… Kepada siapa generasi ini harus berpaling; pada saat agama telah dikaburkan, dan umat telah terbiasa dengan perpecahan dan pertengkaran. Masing-masing kelompok mengafirkan yang lainnya, padahal Allah telah berfirman (QS. Ali Imran [3]: 105), Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang berpecah belah dan bertengkar setelah datangnya keterangan-keterangan yang jelas pada mereka. Siapa lagi kini yang dapat dipercaya dalam menyampaikan bukti-bukti kebenaran yang nyata dan menjelaskan tentang hukum Allah, selain Ahlulbait, “padanan Alquran”, keturunan para Imam yang memperoleh petunjuk (Allah), penerang jalan, penembus kegelapan kesesatan, yang telah dijadikan Allah sebagai hujah-Nya (pembawa bukti kebenaran-Nya) di antara hamba-hamba-Nya itu. Bukankah Allah tidak pernah membiarkan hamba-hamba-Nya terlepas dari hujah-Nya? Dan siapa lagi kiranya yang kalian kenal dan kalian temui sebagai hujah-hujah itu selain Ahlulbait yang berasal dari ranting-ranting pohon Rasulullah saw yang diberkati, kelanjutan kelompok pilihan Allah yang telah dijauhkan dari segala kotoran dan telah disucikan-Nya dengan sesuci- sucinya? Dijauhkannya mereka itu dari segala penyakit kekufuran, dan mewajibkannya atas setiap mukmin agar mencintai mereka sebagaimana difirmankan dalam Alquran?“8
Demikian itu ucapan beliau sesuai lafaznya. Perhatikanlah, telitilah dan bandingkanlah dengan ucapan-ucapan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, niscaya Anda akan menarik kesimpulan bahwa semua itu mewakili mazhab kaum Syi’ah dalam persoalan ini dengan segamblang- gamblangnya. Kemudian jadikan kalimat-kalimat kedua Imam ini sebagai contoh dari ucapan dan pendapat para Imam Ahlulbait lainnya. Mereka semua sepakat akan hal ini dan dapat ditelaah pada kitab-kitab yang autentik yang mengandung ucapan-ucapan mereka semuanya.
Wassalam, (SY)