Sunan Darimi 199 s.d 201- Perubahan Zaman Dan Kejadiannya (5/5)

199 . أَخْبَرَنَا أَبُوْ نُعَيْمٍ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ لَيْثٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ، قَالَ قَالَ عُمَرُ إِيَّاكَ وَ الْمُكَايَلَةَ يَعْنِيْ فِي الْكَلَامِ.

Sunan ad-Dārimī 199. Telah mengabarkan kepada kami [Abū Nu‘aim] telah menceritakan kepada kami [Sufyān] dari [Laits] dari [Mujāhid] ia berkata: “[‘Umar] radhiyallāhu ‘anhu berkata: “Berhati-hatilah dengan mengqiyaskan sesuatu” yaitu dalam perkataan.

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Dha‘īf.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak ditemukan.

200 . أَخْبَرَنَا حَجَّاجٌ الْبَصْرِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرٍ الْهُذَلِيُّ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، قَالَ شَهِدْتُ شُرَيْحًا وَ جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ مُرَادٍ فَقَالَ يَا أَبَا أُمَيَّةَ مَا دِيَةُ الْأَصَابِعِ قَالَ عَشْرٌ عَشْرٌ قَالَ يَا سُبْحَانَ اللهِ أَسَوَاءٌ هَاتَانِ جَمَعَ بَيْنَ الْخِنْصِرِ وَ الْإِبْهَامِ فَقَالَ شُرَيْحٌ يَا سُبْحَانَ اللهِ أَسَوَاءٌ أُذُنُكَ وَ يَدُكَ فَإِنَّ الْأُذُنَ يُوَارِيْهَا الشَّعْرُ وَ الْكُمَّةُ وَ الْعِمَامَةُ فِيْهَا نِصْفُ الدِّيَةِ وَ فِي الْيَدِ نِصْفُ الدِّيَةِ وَيْحَكَ إِنَّ السُّنَّةَ سَبَقَتْ قِيَاسَكُمْ فَاتَّبِعْ وَ لَا تَبْتَدِعْ فَإِنَّكَ لَنْ تَضِلَّ مَا أَخَذْتَ بِالْأَثَرِ قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ فَقَالَ لِي الشَّعْبِيُّ يَا هُذَلِيُّ لَوْ أَنَّ أَحْنَفَكُمْ قُتِلَ وَ هذَا الصَّبِيُّ فِيْ مَهْدِهِ أَكَانَ دِيَتُهُمَا سَوَاءً قُلْتُ نَعَمْ قَالَ فَأَيْنَ الْقِيَاسُ.

Sunan ad-Dārimī 200. Telah mengabarkan kepada kami [Ḥajjāj al-Bashrī] telah menceritakan kepada kami [Abū Bakar al-Hudzalī] dari [asy-Sya‘bī]: “Aku pernah menyaksikan [Syuraiḥ], lalu seseorang dari Murād mendatanginya, ia bertanya: “Wahai Abū Umayyah, apa diyat nya jari-jemari itu?”, ia menjawab: “Sepuluh, sepuluh”, laki-laki itu berkata: “Subḥānallāh, apakah kedua jari ini disamakan, bagaimana mungkin antara kelingking dengan ibu jari disamakan diyatnya?”. Saat itu Syuraiḥ menjawab: “Bukankah sama antara telinga dan tanganmu?, bukankah telinga dikelilingi rambut, topi, dan surban. Dengan posisinya yang demikian, apakah terus diatnya setengah dan diat tangan juga setengah? Sayang sekali, sunnah telah lebih dulu memberikan keputusan hukum dibandingkan qiyās yang kamu lakukan. Ikutilah sunnah dan janganlah kamu membuat bid‘ah. Sungguh kamu tidak akan tersesat jika mengikuti atsar. Abū Bakar berkata: “Asy-Sya‘bī bertanya kepadaku: “Wahai Hudzalī, jika seorang yang pincang di antara kalian dibunuh, kemudian ada seorang bayi dibunuh, apakah diyat nya sama?. Saat itu aku menjawab: “ya, sama”. Kemudian, ia (asy-Sya‘bī) berkata: “Jika demikian mengapa dalam masalah ini qiyās tidak berlaku?”.”

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Matrūk. Yaitu Abū Bakar al-Hudzalī

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

Pembanding: SAD: 3953; SN: 4760, 4766, 4767; MA: 18794.

201 . أَخْبَرَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا سَعِيْدٌ، عَنْ رَبِيْعَةَ بْنِ يَزِيْدَ، قَالَ قَالَ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ يُفْتَحُ الْقُرْآنُ عَلَى النَّاسِ حَتَّى يَقْرَأَهُ الْمَرْأَةُ وَ الصَّبِيُّ وَ الرَّجُلُ فَيَقُوْلُ الرَّجُلُ قَدْ قَرَأْتُ الْقُرْآنَ فَلَمْ أُتَّبَعُ وَ اللهِ لَأَقُوْمَنَّ بِهِ فِيْهِمْ لَعَلِّيْ أُتَّبَعُ فَيَقُوْمُ بِهِ فِيْهِمْ فَلَا يُتَّبَعُ فَيَقُوْلُ قَدْ قَرَأْتُ الْقُرْآنَ فَلَمْ أُتَّبَعْ وَقَدْ قُمْتُ بِهِ فِيهِمْ فَلَمْ أُتَّبَعْ لَأَخْتَصِرَنَّ فِي بَيْتِي مَسْجِدًا لَعَلِّي أُتَّبَعْ فَيَخْتَصِرُ فِيْ بَيْتِهِ مَسْجِدًا فَلَا يُتَّبَعُ فَيَقُوْلُ قَدْ قَرَأْتُ الْقُرْآنَ فَلَمْ أُتَّبَعْ وَ قُمْتُ بِهِ فِيْهِمْ فَلَمْ أُتَّبَعْ وَ قَدْ اخْتَصَرْتُ فِيْ بَيْتِيْ مَسْجِدًا فَلَمْ أُتَّبَعْ وَ اللهِ لَآتِيَنَّهُمْ بِحَدِيْثٍ لَا يَجِدُوْنَهُ فِيْ كِتَابِ اللهِ وَ لَمْ يَسْمَعُوْهُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ لَعَلِّيْ أُتَّبَعُ قَالَ مُعَاذٌ فَإِيَّاكُمْ وَ مَا جَاءَ بِهِ فَإِنَّ مَا جَاءَ بِهِ ضَلَالَةٌ.

Sunan ad-Dārimī 201. Telah mengabarkan kepada kami [Marwān bin Muḥammad] telah menceritakan kepada kami [Sa‘īd] dari [Rabī‘ah bin Yazīd] ia berkata: [Mu‘ādz bin Jabal] pernah berkata: “al-Qur’ān senantiasa terbuka untuk manusia, hingga wanita, anak-anak, dan orang dewasa dapat membacanya”. Lalu seorang laki-laki berkata: “Aku telah membaca al-Qur’ān, tetapi belum juga aku diikuti, demi Allah aku akan tetap berdiri tegak di tengah-tengah mereka, mudah-mudahan aku diikuti. Lalu ia pun berdiri dengan al-Qur’ān di tengah-tengah mereka, tetapi belum juga ia diikuti, Kemudian ia berkata: ‘Sungguh aku telah membaca al-Qur’ān tetapi belum juga aku diikuti, dan aku telah berdiri di tengah-tengah mereka namun belum juga diikuti, maka aku akan membuat masjid di rumahku semoga aku bisa diikuti, kemudian ia membuat masjid di rumahnya, tetapi ia belum juga diikuti. Kemudian ia berkata: ‘Aku telah membaca al-Qur’ān tetapi belum juga aku diikuti, aku juga telah berdiri ditengah-tengah mereka tetapi belum juga diikuti, lalu aku juga sudah membuat masjid di rumah tetapi belum juga aku diikuti, demi Allah aku akan memberi suatu pernyataan kepada mereka yang tidak mereka dapatkan dalam al-Qur’ān, dan belum pernah mereka dengar dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam, semoga aku bisa diikuti. Mu‘ādz radhiyallāhu ‘anhu berkata: “Berhati-hatilah dengan apa yang dibawa orang ini, karena apa yang ia bawa itu sesat.”

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Shaḥīḥ.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak ditemukan.