Tempat-tempat yang Disunnahkan Membaca Shalawat – 70 Shalawat Pilihan

70
SHALAWAT PILIHAN
RIWAYAT, MANFAAT DAN KEUTAMAANNYA

 
Diterjemahkan dari buku:
Mukhtasharu fī Ma‘ānī Asmā’ Allāh al-Ḥusnā, bab Ash-Shalātu ‘alan-Nabiy, karya al-Ustadz Mahmud Samiy.
 
 
Penerjemah: Idrus Hasan
Diterbitkan oleh: PUSTAKA HIDAYAH

Rangkaian Pos: Contoh-contoh Shalawat & Riwayat Penggunaannya - 70 Shalawat Pilihan

CONTOH-CONTOH SHALAWAT DAN RIWAYAT PENGGUNAANNYA

 

Shalawat atas Nabi s.a.w. itu banyak sekali macamnya, namun yang paling utama dan paling sempurna adalah yang menyertakan āli (keluarga) dan shaḥbi (sahabat). Orang yang berpegang teguh pada satu macam sighat, ia tentu akan memperoleh kebaikan yang besar sekali.

Berikut ini akan dikemukakan beberapa macam shalawat yang antara satu dengan lainnya saling melebihi, baik karena sanad-sanadnya yang lebih baik, atau karena ia dinisbahkan kepada ahli taqwa dan orang shalih:

Shalawat yang akan diterangkan berikut ini adalah shalawat Ibrāhīmiyyah, yang merupakan shalawat yang paling utama dan paling sempurna riwayatnya. Shalawat ini dipakai di dalam shalat karena telah disepakati ke-shaḥīḥ-an riwayatnya. Shalawat ini telah diriwayatkan oleh Imām Mālik di dalam kitab Muwaththa’-nya, dan oleh Imām Bukhārī dan Imām Muslim di dalam kedua kitab Shaḥīḥ mereka, dan oleh Tirmidzī, Abū Dāūd dan Nasā’ī di dalam kitab Sunan mereka. Karena banyaknya riwayat yang menyebutkan shalawat ini, maka shalawat ini mempunyai 40 macam sighat sebagaimana disebutkan oleh as-Sakhawī di dalam kitab al-Qaul-ul-Badī‘.

Shalawat atas Nabi s.a.w. itu disunnahkan untuk dibaca pada tempat-tempat yang telah dikemukakan oleh hadits-hadits, seperti:

  1. Sesudah menjawab adzan.
  2. Pada permulaan membaca doa, pertengahannya dan penutupnya.
  3. Pada akhir pembacaan doa qunut.
  4. Pada pertengahan takbīr ‘īd.
  5. Ketika masuk dan keluar masjid.
  6. Ketika bertemu dan berpisah.
  7. Ketika berlayar dan datang dari pelayaran.
  8. Ketika bangun untuk melakukan shalat malam.
  9. Ketika selesai mengerjakan shalat.
  10. Ketika selesai membaca al-Qur’ān.
  11. Ketika mengalami kecemasan dan kesedihan.
  12. Ketika membaca hadits, menyampaikan ilmu dan dzikir.
  13. Dan ketika lupa akan sesuatu.

 

Dan diriwayatkan juga dalam hadits-hadits dha‘īf.

  1. Ketika mencium ḥajar aswad di dalam thawāf.
  2. Ketika membaca talbiyah.
  3. Ketika telinga berdengung.
  4. Sehabis wudhū’.
  5. Dan ketika menyembelih dan bersin.

Namun ada pula hadits yang melarang membacanya di dua tempat terakhir ini.

Selain itu, tempat-tempat yang khusus untuk dibacakan shalawat padanya berdasarkan nash adalah: hari Jum‘at dan malam Jum‘at, sesuai dengan sabda Rasūl s.a.w.:

Perbanyaklah membaca shalawat pada malam Jum‘at dan siang Jum‘at, sebab pada ketika itu shalawat kamu diperlihatkan kepadaku.” (HR. ath-Thabrānī di dalam kitab al-Ausath dari Abū Huraiah r.a.).

Dan diriwayatkan dari ‘Umar bin ‘Abd-il-‘Azīz r.a., bahwa ia menulis:

“Sebarkanlah ilmu pada hari Jum‘at, sebab bencana ilmu itu adalah lupa. Dan perbanyaklah oleh kalian membaca shalawat atas Nabi s.a.w. pada hari Jum‘at.”

Dan Imām Syāfi‘ī r.a. berkata: “Aku suka membanyakkan membaca shalawat dalam setiap keadaan, pada malam dan siang Jum‘at lebih aku sukai, karena ia merupakan hari yang paling baik/utama.

Berikut ini kami hanya akan mengemukakan beberapa contoh saja di antaranya, disertai dengan sanadnya masing-masing.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *