Jinn tinggal di tempat-tempat yang kotor dan tempat membuang hajat besar dan kecil. Zaid bin Arqam mengatakan bahwa Rasūlullāh s.a.w. bersabda:
“Di kebun-kebun ini ada penghuninya, maka jika salah seorang di antara kalian hendak membuang hajat, katakanlah: “ Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaithan lelaki dan syaithan perempuan.” (HR. Aḥmad).
Al-Husyusy berarti “bayangan” dan tempat-tempat membuang hajat besar dan kecil. Kata tunggal hasyusy adalah hasy yang arti asalnya adalah “kebun”, hal itu karena mereka sering membuang hajat besar mereka di sana. Adapun al-Khubutsu wal-Khabā’its adalah syaithan laki-laki dan perempuan.
Jinn juga tinggal di lembah-lembah dan padang-padang pasir. Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa lembah-lembah itu merupakan habitat tempat jinn. Mereka pada umumnya tinggal di lembah-lembah dan hanya sedikit yang tinggal di atas dataran tinggi. Manusia mengatakan: “Aku berlindung kepada pemimpin lembah ini dari kejahatan para jinn yang bodoh. Ketika jinn melihat bahwa manusia berlindung kepada jinn, maka bertambahlah kesombongan mereka.”
Jinn juga tinggal di air. Jābir bin ‘Abdillāh r.a. meriwayatkan bahwa Rasūlullāh s.a.w. bersabda:
“Sesungguhnya Iblis membangun istananya di atas permukaan ari, kemudian ia mengutus pasukan detasemennya.”
Jinn juga tinggal di hidung, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abū Hurairah r.a. bahwa Rasūlullāh s.a.w. bersabda:
(إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ مَنَامِهِ فَتَوَضَّأَ فَلْيَسْتَنْثِرْ ثَلَاثًا فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَبِيْتُ عَلَى خَيْشُوْمِهِ) (رواه البخاري و مسلم و أحمد).
“Jika salah seorang dari kalian bangun dari tidur lalu berwudhu’, maka hendaklah ia membersihkan hidungnya tiga kali karena syaithan menginap di dalam (lubang) hidungnya.”
Berkata al-Ḥāfizh ibnu Ḥajar dalam bukunya al-Fatḥ: Zhāhir “yang tampak” dalam hadits ini berarti bahwa hal itu terjadi pada setiap orang yang tidur, dapat pula berarti hal itu terjadi pada orang yang mempersenjatai dirinya dari syaithan dengan zikir.”
Jinn juga tinggal di tempat yang rusak, usang, dan di kuburan-kuburan. Orang-orang sufi (apaan????? SH) sering menyebut tempat itu masyāhid “tempat pemandangan”, terutama yang dijadikan tempat perayaan hari-hari raya dan tempat i‘tikaf. Hal itu merupakan medium kepada syirik yang mereka dakwahkan. Di sana mereka menipu orang-orang yang dungu dan bodoh dengan pelbagai bantuan yang mereka sangka sebagai sifat yang pengasih. Orang lainnya mengira hal itu sebagai berkah dari wali, padahal sebenarnya hal itu merupakan tipu muslihat syaithan yang kebetulan cocok dengan takdir Allah – seperti kesembuhan – untuk menguji mereka.
Jinn juga tinggal di dalam patung-patung dan barang-barang ajaib. Sebagaimana diucapkan oleh Ibnu Ḥātim ketika menafsirkan firman Allah s.w.t.:
“Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaithan yang durhaka.” (an-Nisā’: 117).
Ia juga mengatakan: “Bersama setiap patung, ada jin perempuan.”
Jinn juga tinggal di dalam lubang tanah dan batu, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh ‘Abdullāh bin Sarjis bahwa Rasūlullāh s.a.w. bersabda:
(لَا يَبُوْلَنَّ أَحَدُكُمْ فِيْ جُحْرٍ، قَالُوْا: وَ مَا يُكْرَهُ مِنَ الْبَوْلِ فِي الْجُحْرِ؟ قَالَ: يُقَالُ إِنَّهَا مَسَاكِنُ الْجِنِّ) (رواه النسائي)
“Janganlah sekali-kali kencing di dalam lubang tanah.” Mereka (para sahabat) bertanya: “Apa yang tidak disukai untuk kencing di lubang tanah?” Beliau menjawab: “Karena lubang tanah itu merupakan tempat tinggal bangsa jinn”.” (HR. an-Nasa’i).
Jinn juga tinggal di tempat-tempat istirahat unta, sebagaimana riwayat ‘Abdullāh ibn-ul-Mughaffal r.a. yang menyatakan bahwa Rasūlullāh s.a.w. bersabda:
(صَلُّوْا فِيْ مَرَابِضِ الْغَنَمِ وَ لَا تُصَلُّوْا فِيْ أَعْطَانِ الْإِبِلِ فَإِنَّهَا خُلِقَتْ مِنَ الشَّيَاطِيْنَ) (رواه أحمد و ابن حبان)
“Shalatlah kalian di kandang-kandang kambing dan janganlah kalian shalat di tempat-tempat istirahat unta karena ia tercipta dari syaithan.” (HR. Aḥmad dan Ibnu Ḥibbān).