MUQADDIMAH
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
الْحَمْدُ للهِ الْبَدِيْعِ الْهَادِيْ | إِلَى بَيَانِ مَهْيَعِ الرَّشَادِ |
---|
Artinya:
“Segala puji bagi Allah Dzat yang telah menciptakan makhluk-makhlukNya tanpa contoh, dan Dzat yang telah memberikan petunjuk hamba-Nya ke jalan yang benar (Agama Islam).”
PENGERTIAN HAMDU.
Menurut lughat/bahasa, Hamdu adalah memuji atas kebaikan seseorang; sedangkan menurut istilah, adalah:
فِعْلٌ يُنْبِئُ عَنْ تَعْظِيْمِ الْمُنْعِمِ بِسَبَبِ إِنْعَامِهِ
Artinya:
“Pekerjaan yang timbul untuk mengagungkan pemberi nikmat atas pemberiannya.” Seperti shalat karena mengagungkan Allah.”
PENGERTIAN SYUKUR:
Menurut lughat/bahasa, syukur adalah sama dengan arti Hamdu. Sedangkan menurut istilah, adalah:
صَرْفُ الْعَبْدِ جَمِيْعَ مَا أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِ إِلَى مَا خَلَقَ لِأَجْلِهِ
Artinya:
“Menggunakannya di hamba kepada semua nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya untuk berbuat sesuatu yang justru untuk itulah nikmat itu dijadikan/diberikan oleh Allah.”
Contohnya seperti: menggunakan seluruh anggota badan, ilmu, harta dan lainnya untuk beribadah kepada Allah.
أَمَدَّ أَرْبَابَ النُّهَى وَ رَسَمَا | شَمْسَ الْبَيَانِ فِيْ صُدُوْرِ الْعُلَمَاءِ |
---|
Artinya:
“Ia (Allah) telah memberikan pertolongan kepada orang-orang yang sempurna akalnya dan Dia telah menetapkan penjelasan (kaidah-kaidah) yang terang yang seperti terangnya matahari dalam hati para Ulama.”
Maksudnya: Allah telah memberikan taufiq kepada orang-orang yang sempurna akalnya, sehingga mereka dapat berfikir dengan menghasilkan kaidah-kaidah hukum Ilmu Bayān yang dapat menerangi kegelapan hati para Ulama, laksana terangnya matahari di siang hari.
فَأَبْصَرُوْا مُعْجِزَةَ الْقُرْآنِ | وَاضِحَةً بِسَاطِعِ الْبُرْهَانِ |
---|
Artinya:
“Maka para Ulama dapat melihat mukjizat al-Qur’an secara jelas dengan dalil yang jelas pula.”
Perlu diketahui, bahwa:
وَ شَاهَدُوْا مَطَالِعَ الْأَنْوَارِ | وَ مَا احْتَوَتْ عَلَيْهِ مِنْ أَسْرَارِ |
---|
Artinya:
“Dengan pandangan batinnya itu, para Ulama dapat menyaksikan pula akan sumber cahaya (ilmu Allah) dan segala sesuatu yang tercakup di dalamnya yang terdiri dari bermacam-macam rahasia ilmu.”
فَنَزَّهُوا الْقُلُوْبَ فِيْ رِيَاضِهِ | وَ أَوْرَدُوا الْفِكْرُ عَلَى حِيَاضِهِ |
---|
Artinya:
“Maka hati para Ulama riang gembira merasa terpesona dan senang sekali dalam menyelami isi al-Qur’an laksana melihat taman yang indah dan mereka mencurahkan pikiran dan perhatiannya dalam menghayati isi al-Qur’an yang dimisalkan dengan laksana danau yang luas.”
Maksudnya: Para Ulama sangat senang dapat melihat maknanya al-Qur’an yang indah dan dapat mengambil makna-maknanya al-Qur’an dengan kekuatan pikirannya.
ثُمَّ صَلَاةُ اللهِ مَا تَرَنَّمَا | حَادٍ يَسُوْفُ الْعَيْسَ فِيْ أَرْضِ الْحَجَا |
---|
Artinya:
“Kemudian rahmat ta‘zhīm Allah selama bernyanyi orang-orang yang menggiring untanya di tanah Hijāz.”
عَلَى نَبِيِّنَا الْحَبِيْبِ الْهَادِيْ | أَجَلِّ كُلَّ نَاطِقٍ بِالضَّادِ |
---|
Artinya:
“Semoga dilimpahkan kepada Nabi kita yang tercinta dan yang menunjukkan ke jalan yang benar, sebaik-baik orang yang mengucapkan huruf Dhād.”
مُحَمَّدٍ سَيِّدِ خَلْقِ اللهِ | الْعَرَبِيِّ الطَّاهِرِ الْأَوَّاهِ |
---|
Artinya:
“(Yaitu) Nabi Muhammad s.a.w. makhluk Allah yang paling mulia, Bangsa ‘Arab, yang suci lagi sering mengadu karena takut oleh Allah.”
ثُمَّ عَلَى صَاحِبِهِ الصِّدِّيْقِ | حَبِيْبِهِ وَ عُمَرُ الْفَارُوْقِ |
---|---|
ثُمَّ أَبِيْ عَمْرٍ وَ إِمَامِ الْعَابِدِيْنَ | وَ سَطْوَةِ اللهِ إِمَامِ الزَّاهِدِيْنَ. |
Artinya:
“Kemudian rahmat Allah itu bagi sahabat dan kekasihnya, yaitu: Abū Bakar Shiddīq, ‘Umar al-Fārūq, kemudian Abū ‘Amar pemimpin tukang ibadah (‘Utsmān bin ‘Affān), dan bagi prajurit Allah pemimpin tukang tapa (‘Alī bin Abī Thālib r.a.).”
Perlu diketahui, bahwa:
ثُمَّ عَلَى بَقِيَّةِ الصَّحَابِةِ | ذَوِي التُّقَى وَ الْفَضْلِ وَ الْإِنَابَةِ |
---|---|
وَ الْمَجْدِ وَ الْفُرْصَة ِ وَ الْبَرَاعَةِ | وَ الْحُزْمِ وَ النَّجْدَةِ وَ الشَّحَاعَةِ |
مَا عَكَفَ الْقَلْبُ عَلَى الْقُرْآنِ | مُرْتَقِيًا لِحَضْرَةِ الْعِرْفَانِ |
Artinya:
“Kemudian bagi sahabat-sahabat lainnya, yang utama, yang kembali kepada Allah, yang mulia-mulia, yang menerima pemberian, yang mempunyai keunggulan, yang teguh pendirian, penolong dan pemberani, selama hati mereka berpegang kepada al-Qur’an sambil meningkat ke hadirat Allah s.w.t.”
هذَا وَ إِنَّ دُرَرَ الْبَيَانِ | وَ غُرَرَ الْبَدِيْعِ وَ الْمَعَانِيْ |
---|---|
تَهْدِيْ إِلَى مَوَارِدٍ شَرِيْفَةٍ | وَ نَبَذٍ بَدِيْعَةٍ لَطِيْفَةٍ |
Artinya:
“Yang demikian ini, sesungguhnya masalah-masalah Ilmu Bayān yang seperti mutiara dan masalah-masalah Ilmu Badī‘ dan Ma‘ānī yang seperti tanda coklat di atas dahi kuda (pada manisnya), menunjukkan kepada arti-arti yang indah dan arti yang baik.”
Maksudnya: Yang dibahas dalam kitab ini, ialah ilmu Ma‘ānī, ilmu Badī‘, dan ilmu Bayān.
مِنْ عِلْمِ أَسْرَارِ اللِّسَانِ الْعَرَبِيْ | وَ دَرْكِ مَا خُصَّ بِهِ مِنْ عَجَبِ |
---|---|
لِأَنَّهُ كَالرُّوْحِ لِلْإِعْرَابِ | وَ هُوَ لِعِلْمِ النَّحْوِ كَاللُّبَابِ |
Artinya:
“Yaitu dapat mengetahui rahasia Bahasa ‘Arab, dan dapat menemukan makna aneh-aneh yang hanya dapat ditemukan dalam Bahasa ‘Arab.
Karena ilmu-ilmu itu merupakan ruh bagi lafazh yang di-i‘rāb-i dan bagi ilmu Nahwu merupakan intinya.”
Maksudnya: Dengan memahami ketiga ilmu tersebut, dapat menemukan rahasia Bahasa ‘Arab dan keanehannya. Karena ketiga ilmu tersebut terhadap lafazh yang menggunakan i‘rāb bagaikan ruhnya. Artinya dapat menjelaskan lafazh yang samar serta sulit artinya, yang di luar arti asalnya lafazh tersebut.
Dan merupakan ruh bagi ilmu Nahwu, sebab ilmu Nahwu itu mengatur i‘rāb-an kalimat, sedangkan ilmu Ma‘ānī, Bayān dan Badī‘, menyoroti makna yang terkandung dalam kalimat itu.
وَ قَدْ دَعَى بَعْضٌ مِنَ الطُّلَّابِ | لِرَجَزٍ يَهْدِيْ إِلَى الصَّوَابِ |
---|
Artinya:
“Sebagian pelajar telah meminta kepadaku agar aku menulis dengan bahar rajaz yang dapat menunjukkan kepada kebenaran.”
فَجِئْتُهُ بِرَجَزٍ مُفِيْدٍ | مُهَذَّبٍ مُنَقَّحٍ سَدِيْدٍ |
---|
Artinya:
“Maka kami penuhi permintaan itu dengan bahar rajaz berfaedah yang dibersihkan dari hal-hal yang tak berfaedah, lagi yang benar.”
مُلْتَقِطَا مِنْ دُرَرِ التَّلْخِيْصِ | جَوَاهِرًا بَدِيْعَةَ التَّلْخِيْضِ |
---|
Artinya:
“Kami mengambil bahan-bahan dari masalah-masalah yang tercantum dalam kitab Talkhīsh (karangan Syaikh Khathīb Qazwinī), yaitu berupa mutiaranya yang baik dan bersih dari masalah yang kurang penting.”
سَلَكْتُ مَا أَبْدَى مِنَ التَّرْتِيْبِ | وَ مَا أَلَوْتُ الْجُهْدَ فِي التَّهْذِيْبِ |
---|
Artinya:
“Kami susun sebagaimana kitab Talkhīsh itu serta kami tidak mengenal lelah dalam membersihkannya.”
سَمَّيْتُهُ بِالْجَوْهَرِ الْمَكْنُوْنِ | فِيْ صَدَفِ الثَّلَاثَةِ الْفُنُوْنِ |
---|
Artinya:
“Kami beri nama kitab ini dengan “Jauhar-ul-Maknūn” dalam menghimpun tiga fan (ilmu) yaitu: Ma‘ānī, Bayān dan Badī‘.”
وَ اللهَ أَرْجُوْ أَنْ يَكُوْنَ نَافِعًا | لِكُلِّ مَنْ يَقْرَؤُهُ وَ رَافِعًا |
---|
Artinya:
“Kami mengharap, semoga Allah memberi manfa‘at kepada setiap orang yang membaca dan mengangkat derajatnya.”
وَ أَنْ يَكُوْنَ فَاتِحًا لِلْبَابِ | لِجُمْلَةِ الْإِخْوَانِ وَ الْأَصْحَابِ |
---|
Artinya:
“Dan semoga Allah membuka pintu pengertian kepada semua saudara dan sahabat/teman.”
Perlu diketahui, bahwa tujuan pokok dari ketiga ilmu tersebut ialah:
Adapun mempelajari ketiga ilmu tersebut adalah fardhu kifāyah.