PASAL 1
ARTI ISNĀD KHABARĪ
الْحُكْمُ بِالسَّلْبِ أَوِ الْإِيْجَادِ | إِسْنَادُهُمْ وَ قَصْدُ ذِي الْخِطَابِ |
إِفَادَةُ السَّامِعِ نَفْسَ الْحُكْمِ | أَوْ كَوْنَ مُخْبِرٍ بِهِ ذَا عِلْمٍ. |
Artinya:
“Isnād khabarī menurut ulama ahli balāghah, ialah menghukumi dengan salab (nafi) atau ījād (itsbāt). Adapun tujuan mukhāthib ialah memberi faedah kepada pendengar akan zat hukum atau memberitahu bahwa pembicarapun mengetahui.”
Contoh:
1. Ījād (itsbāt), seperti: (عَلِمَ زَيْدٌ، زَيْدٌ عَلِمَ).
2. Salab (nafi), seperti: (مَا عَلِمَ زَيْدٌ، زَيْدٌ لَيْسَ بِعَالِمٍ).
3. Memberi tahu kepada orang yang tahu atau memberi tahu bahwa mutakallim mengetahui, seperti:
اللهُ عَلِيْمٌ بِذَاتِ الصُّدُوْرِ
فَأَوَّلٌ فَائِدَةٌ وَ الثَّانِيْ | لَازِمُهَا عِنْدَ ذَوِي الْأَذْهَانِ |
Artinya:
“Maka yang pertama itu fā’idat-ul-khabar (hukum yang sengaja diterangkan oleh orang yang membawa berita/pembicara) dan yang kedua lāzimat-ul-khabar (pembawa berita/pembicara mengetahui pada hukum) menurut orang-orang yang berakal.”
وَ رُبَّمَا أُجْرِيَ مَجْرَى الْجَاهِلِ | مُخَاطَبٌ إِنْ كَانَ غَيْرَ عَامِلِ. |
Artinya:
“Dan kadang-kadang diperlakukan seperti orang bodoh, yaitu mukhathab (yang mengerti) jika ia tidak mengamalkannya.”
كَقَوْلِنَا لِعَالِمِ ذِيْ غَفْلَةٍ | الذِّكْرُ مِفْتَاحُ لِبَابِ الْحَضْرَةِ |
Artinya:
“Seperti kata kita kepada orang ‘alim yang lupa (mengingat Tuhan/dzikrullah): Zikir itu kunci pembuka pintu ke hadhirat Allah.”