Syafa‘at Pada Hari Kiamat – Mengetuk Pintu Syafa’at

Mengetuk Pintu Syafā‘at
Oleh: Syafiqul Anam al-Jaziriy
 
Penerbit: Pustaka Group

5. Syafā‘at Pada Hari Kiamat

 

Hari Kiamat adalah kehidupan di akhirat yang satu harinya sama dengan 50.000 tahun lamanya. Di sana tidak terdapat bangunan, pohon untuk berlindung, dan tidak ada pula pakaian yang menutupi badan. Keadaan pada saat itu saling berdesakan. Allah ta‘ālā mengisahkan kejadian pada saat itu dalam firman-Nya yang berbunyi:

Pada hari itu, manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-belok, dan merendahlah semua suara kepada Rabb Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja.” (QS. Thāhā [20]: 108).

Hari tersebut adalah hari yang sangat dahsyat. Manusia pada saat itu akan menemui kesulitan dan kesusahan yang tidak mampu untuk dihilangkan selain dengan meminta pertolongan kepada Allah ta‘ālā melalui syafā‘at. Orang-orang saat itu mendapatkan ilham untuk meminta syafā‘at kepada para Nabi untuk menghilangkan kesulitan mereka saat itu. Nabi Ādam, Nabi Nūḥ, Nabi Ibrāhīm, Nabi Mūsā, dan Nabi ‘Īsā a.s. didatangi oleh orang-orang lalu mereka mengemukakan alasan tidak mampu memberi syafā‘at pada saat itu. Nabi Muḥammad s.a.w. yang pada akhirnya memberikan syafā‘at yang dikenal dengan syafā‘at-ul-‘uzhmā. Inilah salah satu syafā‘at yang khusus dimiliki oleh Nabi Muḥammad s.a.w. dan masih ada bentuk syafā‘at lain yang dimiliki oleh beliau dan selainnya.

Di hari akhir nanti, para ‘ulamā’ mengatakan bahwa ada 5 buah syafā‘at yang akan diberikan Rasūlullāh s.a.w. kepada orang mu’min:

  • Syafā‘at-ul-‘uzhmā, yaitu syafā‘at yang paling besar. Berbentuk pencepatan hisab dan irāḥatu min ḥaul-il-mauqif. Syafā‘at jenis ini khusus wewenang Rasulullah s.a.w.
  • Syafā‘at untuk memasukkan suatu kaum ke dalam surga. Syafā‘at jenis ini khusus wewenang Rasūlullāh s.a.w. juga.
  • Syafā‘at kepada orang yang seharusnya masuk neraka lalu tidak jadi berkat syafā‘at dari Nabi kita dan dari orang yang Allah s.w.t. kehendaki.
  • Syafā‘at berbentuk dikeluarkannya orang-orang dari dalam neraka. Yaitu dengan syafā‘at Nabi kita, syafā‘at para malaikat dan saudara-saudara mereka yang mu’min.
  • Syafā‘at berbentuk penambahan derajat di dalam surga bagi para penghuninya.

Sedangkan secara rincinya, menurut Syaikh Shalih Fauzan, terbagi menjadi delapan:

  • Syafā‘at-ul-‘uzhmā atau syafā‘at-ul-kubrā, yaitu syafā‘at Nabi Muḥammad s.a.w. yang diberikan kepada orang-orang yang dihimpun di padang mahsyar, sehingga Allah memutuskan perkara di antara mereka setelah lama mereka menunggu dan meminta syafā‘at kepada Nabi Ādam, Nūḥ, Ibrāhīm, (Mūsā), dan ‘Īsā bin Maryam hingga yang terakhir kepada Nabi Muḥammad s.a.w. Lalu beliau memberikan syafā‘at dengan idzin Tuhan-nya.
  • Syafā‘at beliau bagi ahli surga untuk memasukkannya setelah selesai hisab.
  • Syafā‘at beliau bagi pamannya Abū Thālib agar diringankan siksanya. Syafā‘at ini khusus baginya, karena Allah memberitakan bahwa syafā‘at seseorang tidak bermanfaat bagi orang kafir, dan Rasūlullāh s.a.w. memberitahukan bahwa syafā‘at bagi orang-orang yang bertauhid. Syafā‘at Nabi bagi pamannya adalah syafā‘at yang khusus dimilikinya dan khusus bagi pamannya. Ketiga macam syafā‘at di atas khusus bagi Nabi Muḥammad s.a.w.
  • Syafā‘at beliau bagi orang yang berhak masuk ke dalam neraka dari para ahli tauhid yang bermaksiat agar tidak jadi memasukinya.
  • Syafā‘at beliau bagi orang yang sudah masuk neraka dari para ahli tauhid yang bermaksiat agar keluar dari neraka.
  • Syafā‘at beliau untuk mengangkat derajat sebagian penghuni surga.
  • Syafā‘at beliau bagi orang yang kebaikan dan keburukannya sama untuk masuk surga.
  • Syafā‘at beliau bagi sebagian orang beriman untuk masuk surga tanpa hisab dan ‘adzāb. Seperti syafā‘at untuk ‘Ukkāsyah, ketika Nabi s.a.w. mendoakannya supaya termasuk 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab. Kelima macam syafā‘at ini dimiliki oleh para nabi, malaikat, shiddīqīn dan para syuhadā’.

Sungguh hari kiamat adalah hari yang sangat menyulitkan. Seseorang sangat membutuhkan syafā‘at ketika itu agar terlepas dari kesulitan-kesulitan yang ada. Namun, untuk mendapatkan syafā‘at ketika itu perlu ada sebab. Sebab tersebut tidaklah mungkin dilakukan ketika kita sudah berkumpul di hari kiamat nanti karena hari kiamat bukanlah hari untuk beramal lagi. Oleh karena itu, sebab mendapatkan syafā‘at tersebut hanya dapat kita laksanakan di dunia ini. Lalu apa saja sebab tersebut? Sebab utama mendapatkan syafā‘at yaitu dengan memurnikan tauhid dan menjauhkan diri dari noda-noda syirik.

Sebab lain yang disebutkan dalam hadits yang shaḥīḥ adalah:

(1). Syafā‘at al-Qur’ān,
(2). Syafā‘at puasa,
(3). Tinggal dan mati di Madīnah,
(4). Bershalawat kepada Nabi Muḥammad s.a.w. (dengan shalawat yang dituntunkan, bukan dengan shalawat yang dibuat-buat dan mengandung kesyirikan) dan memintakan wasīlah (kedudukan tinggi di surga) untuknya,
(5). Syafā‘at orang yang menshalati mayit pada si mayit, dan
(6). Memperbanyak sujūd.

Demikian seputar tentang syafā‘at pada hari kiamat, semoga kita mendapatkan syafā‘at di hari kiamat kelak. Āmīn.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *