Terhadap makhluk, para wali (kekasih) Allah itu seolah tuli, bisu, dan buta. Bila hati mereka dekat dengan Allah, mereka tak mendengar selain-Nya, tak melihat selain-Nya. Mereka terperangah oleh kedekatan dengan-Nya, terlumuri oleh rasa takut kepada-Nya, dan terpana oleh cinta di sisi Sang Kekasih mereka. Mereka tepat berada di antara keagungan dan keindahan-Nya. Mereka tak condong ke kiri atau ke kanan. Bagi mereka, hanya ada depan, tanpa ada belakang. Mereka dilayani oleh manusia, jin, malaikat, dan berbagai macam makhluk, yang menyuguhkan kepada mereka kearifan dan pengetahuan, menyajikan kepada mereka karunia, dan memberikan kepada mereka keramahan. Dari makanan karunia-Nya mereka makan. Dari minuman keramahan-Nya mereka minum. Mereka menyimak perkataan orang-orang dan memerintahkan mereka apa yang Allah perintahkan dan melarang mereka apa yang Allah larang, sebagai ganti dari Nabi s.a.w. Merekalah para pewaris Nabi yang sesungguhnya. Mereka sibuk memalingkan orang-orang ke pintu Allah ‘azza wa jalla. Mereka merangkaikan dalil-dalilNya untuk mereka. Mereka menempatkan segala sesuatu sesuai tempatnya. Mereka mengutamakan siapa saja yang memiliki keutamaan, dan tidak merampas hak-haknya, atau mengambilnya untuk kepentingan diri sendiri. Mereka mencintai karena Allah dan membenci karena Allah. Semuanya untuk-Nya, dan tidak ada yang untuk selain-Nya.
Siapa yang sudah sempurna mengamalkan ini, sudah sempurnalah kebersamaannya dengan Allah, berhasillah ia mencapai keberuntungan dan kebahagiaan, dan dicintailah ia oleh manusia, jin, malaikat, bumi dan langit. Wahai orang munafik, wahai penghamba makhluk dan penghidupan yang lupa akan Allah, engkau ingin bisa menguasai hal ini tapi engkau sendiri tak mau melakukannya. Engkau tak punya kemuliaan. Berislamlah, lalu bertobatlah, belajarlah, beramallah, dan ikhlaslah. Kalau tidak, engkau tak akan memperoleh hidayah. Waduh, tak ada permusuhan antara aku dan engkau. Hanya saja, aku menyampaikan kebenaran, dan aku tidak memihakmu di dalam agama Allah. Engkau sudah biasa bicara kasar kepada para guru, kepada orang asing, dan kepada orang fakir. Kalau ada perkataanku yang tertuju untukmu, ambillah. Itu dari Allah karena Dialah yang membuatku mengucapkan itu. Bila engkau mengunjungiku, berkunjunglah tanpa nafsumu. Kalaulah engkau memiliki mata hati, tentu engkau bisa melihatku juga bersih dari nafsu, namun lemahnya pemahamanmu menghalangimu. Wahai orang yang ingin membersamaiku dan memetik manfaat dariku, tidak ada makhluk, tidak ada dunia ataupun akhirat yang terlihat dalam situasiku. Maka, siapa yang bertobat di sisiku, membersamaiku, berprasangka baik terhadapku, dan melakukan apa yang aku katakan, seperti itulah jadinya in sya’ Allah. Para nabi dibimbing oleh Allah dengan firman-Nya, dan para wali dibimbing nabi dengan hadisnya, dengan ilham dalam hati mereka karena mereka adalah penerima wasiat para nabi, penerus mereka dan asuhan mereka.
Allah ‘azza wa jalla berbicara kepada Mūsā a.s. tentang perkara-perkara kegaiban. Hanya kepada Mūsā, Dia bicara secara langsung, dengan lisan-Nya, dan menyampaikan kepada akalnya tanpa perantara. Dan Dia bicara kepada Nabi Muḥammad s.a.w. tanpa perantara dalam wujud al-Qur’ān, tali pengikat yang kuat antara kalian dan Tuhan kalian, yang diturunkan oleh Jibrail a.s. dari langit dari sisi Allah. Jibrail a.s. menurunkannya kepada Rasūl-Nya persis seperti firman-Nya. Tidak boleh mengingkari atau menentang hal ini. Ya Allah, berikanlah petunjuk kepada kami semua petunjuk, terimalah tobat kami semua, dan rahmatilah kami semua.
Diceritakan dari Khalīfah al-Mu‘tashim Billāh bahwa ia berkata jelang kematiannya: “Demi Allah, sungguh aku bertobat kepada Allah dari apa yang saya lakukan atas Aḥmad ibn Ḥanbal. Saya sama sekali tak terlibat memutuskan perkaranya, orang lainlah yang memutuskannya.”
Wahai orang miskin, jauhilah bicara tentang sesuatu yang tak bermanfaat, tinggalkanlah kefanatikan terhadap madzhab, sibukkanlah dirimu dengan sesuatu yang bermanfaat bagimu di dunia dan akhirat, dan kau akan segera mendapat kabarmu. Dan ingatlah perkataanku. Kosongkan hatimu dari keresahan duniawi, sesungguhnya dunia akan tak lama lagi diambil darimu. Janganlah engkau mencari kebaikan hidup pada dunia. Nabi s.a.w. berkata: “Kehidupan (yang sebenarnya) itu adalah kehidupan akhirat.” (Riwayat al-Bukhārī).
Pendekkan angan-anganmu, tentu engkau bisa berzuhud dalam dunia karena sesungguhnya zuhud itu adalah memendekkan angan-angan. Jauhi teman-teman dalam keburukan, putuskan cinta dengan mereka dan sambungkan cinta dengan orang-orang saleh. JAUHI ORANG DEKATMU JIKA IA ADALAH TEMAN DALAM KEBURUKAN, DAN DEKATI ORANG YANG JAUH DARIMU JIKA IA ADALAH TEMAN DALAM KEBAIKAN. Siapa saja yang engkau cintai menjadi kerabatmu. Makanya perhatikanlah siapa yang engkau cintai.
Tinggalkanlah mencari (rezeki) yang sudah dibagikan dan (rezeki) yang belum dibagikan karena mencari apa yang sudah dibagikan adalah melelahkan, dan mencari apa yang belum dibagikan adalah mengecewakan dan membuat kesal. Karenanya bersabdalah Nabi s.a.w.: “Termasuk siksa Allah terhadap hamba-Nya adalah mencari sesuatu yang tidak dibagikan untuknya.”
Wahai anak muda, berpikirlah tentang rancangan Allah. Orang yang beriman dan arif memiliki dua mata lahir dan dua mata batin. Ia melihat ciptaan Allah di bumi dengan dua mata lahir, dan melihat ciptaan Allah di langit dengan dua mata batin. Kemudian hilanglah hijab-hijab dari hatinya, sehingga ia melihat-Nya tanpa menyerupakan-Nya dengan sesuatu, sehingga ia menjadi orang yang mendekat kepada-Nya secara terhalang namun yang terhalang tidak tertutupi oleh sesuatu. Hijab hanya hilang dari hati yang bersih dari makhluk, dari nafsu, dari bisikan hawa, dan dari setan. Jadilah orang yang cerdas, sehingga engkau bisa merenungkan apa yang aku katakan dan engkau mengerti. Sesungguhnya aku bicara di tingkat esensi, di tingkat batin.