Orang yang Bertawakkal Cukup dengan Ilmu tentang Allah – Al-Harits al-Muhasibi – Agar Rezeki yang Mencarimu (2/2)

Rangkaian Pos: Tawakkal: Kunci Hati Tenang dan Hidup Senang - Al-Harits al-Muhasibi - Agar Rezeki yang Mencarimu

Orang yang bertawakkal cukup dengan ilmu tentang Allah, maka ia dapat menghindari kesibukan dengan yang lain, karena ia sadar bahwa yang memberinya manfaat adalah Allah satu-satunya. Pun, jika hatimu mantap kepada Allah, maka engkau tidak akan pernah takut kepada yang lain, karena Allah cukup bagi orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Di antara tanda orang yang bertawakal adalah bahwa ia mengedepankan kejujuran yang membahayakannya atas kebohongan yang memberinya manfaat. Orang yang bertawakal kepada Allah tidak patut takut kepada yang lain.

Begitu pula jika ia diperintah untuk melakukan kebajikan dan mencegah kemungkaran, maka ia hanya takut kepada Allah. Harapannya terhadap Allah lebih besar dibanding ketakutannya terhadap ancaman makhluk. Itu karena orang yang bertawakkal selalu menyingkirkan segala ketakutan, kekhawatiran, dan kesedihan (dari hatinya) selain kepada Allah sehingga rasa takut dan rasa berharapnya bertalian dengan Allah.

PERTOLONGAN AKAN HADIR KETIKA ENGKAU MENGELUARKAN MAKHLUK DARI HATI SEHINGGA SECARA PERLAHAN HATI BERUBAH MENJADI JALAN KEMULIAAN DAN KECUKUPAN DENGAN ALLAH, karena engkau tahu bahwa tidak ada pencegah, tidak ada pemberi, tidak ada penimbul bahaya dan pemberi manfaat kecuali Allah satu-satunya.

Janganlah membenci Allah karena kebodohanmu sehingga engkau tunduk kepada ancaman syaithan, lalu ia menguasai dirimu. Tidakkah engkau mendengar firman Allah:

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَ يَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءَ وَ اللهُ يَعِدُكُمْ مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَ فَضْلًا وَ اللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

Syaithan menjanjikan (menakut-nakutkan) kelian dengan kemiskinan dan menyuruh kalian berbuat kejahatan (kikir). Sedangkan Allah menjanjikan untuk kalian ampunan dari-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Halus (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (al-Baqarah [2]: 268). Lantas, apa ancaman syaithan yang membahayakanmu sedangkan ada jaminan dari Yang Maha Pengasih?

Engkau tidak akan pernah termasuk orang yang bertawakkal sebelum engkau menempuh jalan lurus dengan tenang menuju Allah dan sebelum engkau menyembah Allah dengan penuh kerelaan karena engkau tidak mengenal yang lain.

Allah mengistimewakan kaum yang bertawakal dengan kedamaian dan menutup segala bentuk penyesalan pada diri mereka. Karena itu, mereka menyaksikan Allah dalam angan mereka.

Dia telah menutup hati mereka dari selain-Nya karena mengharapkan kebaikan-Nya, dan merasa cukup dengan mengingat-Nya tanpa mengingat yang lain.

Engkau tak akan menjadi orang yang bertawakkal sebelum engkau bersih dari setiap kepemilikan duniawi, hanya percaya kepada Allah, dan sadar bahwa perbekalan hidupmu cuma di tangan Allah.

Tidakkah engkau sadar bahwa ambisimu berada dalam kekuasaan Allah? Apakah di langit terdapat suatu perintang yang menghalangimu dari Allah?

Engkau tidak mampu memaksakan rezekimu sebagaimana engkau tidak dapat memaksakan kematian. Tidakkah engkau mendengar firman Allah:

اللهُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ

Allah yang menciptakan kamu sekalian kemudian memberi kalian rezeki kemudian mematikan kalian, kemudian menghidupkan kalian.” (ar-Rūm [30]: 40).

Saudaraku, tenanglah dengan janji Allah menyangkut rezeki-Nya sebagaimana engkau tenang bahwa engkau pasti akan mati. Serta, jauhkanlah hati dari mengingat-ingat sebab-sebab (datangnya rezeki).

Allah memberimu rezeki bisa karena suatu sebab dan bisa pula tanpa sebab, dan tiap sebab itu adalah tetap. ENGKAU TIDAK MENGETAHUI KAPAN REZEKIMU DATANG SEBAGAIMANA ENGKAU TIDAK TAHU KAPAN KEMATIANMU BAKAL MENJELANG.

Tidakkah engkau tahu bahwa Allah, dengan qadha-Nya, telah menjanjikan untukmu – dan menyembunyikan darimu – rezeki, serta waktu kapan rezeki itu pasti turun. Kalaupun toh engkau berdalih dengan segala dalih agar rezeki itu datang sebelum waktunya, maka engkau tak akan pernah mampu melakukannya, hatta (sehingga) ia turun pada waktunya.

Tidakkah engkau pernah mendengar firman Allah:

وَ فِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَ مَا تُوْعَدُوْنَ. فَوَرَبِّ السَّمَاءِ وَ الْأَرْضِ إِنَّهُ لَحَقٌّ مِّثْلَ مَا أَنَّكُمْ تَنْطِقُوْنَ

Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezeki kalian dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepada kalian. Maka, demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar akan (terjadi) seperti perkataan yang kalian ucapkan.” (adz-Dzāriyāt [51]: 22-23).

Hati orang yang percaya kepada Allah akan bersih dari sikap menuduh Allah. Meskipun engkau di bawah bayang-bayang suatu sebab, hatimu tetap tak akan pernah condong kepada sebab tersebut. Hendaklah hatimu senantiasa bersama Allah.

Hamba sahaya hanya berinfak dengan idzin tuannya. Makanya, ikatlah hatimu kepada Tuanmu. Soalnya, jika Dia memberimu, maka penghuni bumi tidak akan mampu menghalangi pemberian kepadamu, dan jika Dia mencegah pemberian kepadamu, maka penghuni bumi tidak akan mampu memberimu, karena kekuasaan-Nya demikian besar. Cukup bagimu dengan tawakkal kepada-Nya.

Oleh karena itu, hati orang yang bertawakkal akan tenang kepada “sesuatu yang terjamin”. Siapa memutus hati dari sebab-akibat, ia hanya melihat Allah. Sebab, takdir Allah sangat dekat dengan orang-orang yang bertawakkal. Tidakkah engkau mendengar firman Allah:

وَ كَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللهُ يَرْزُقُهَا وَ إِيَّاكُمْ وَ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Betapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allahlah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui.” (al-‘Ankabūt [29]: 60).

Orang yang bertawakkal sangat mengetahui – dengan penuh keyakinan dan ketenangan – bahwa apa yang diberikan dan ditentukan untuknya, meskipun berada di tengah embusan angin, niscaya ia akan mengejarnya. Dan, bahwa apa yang belum diberikan dan ditentukan untuknya, meskipun berada di hadapannya dan ia dibantu penghuni langit dan bumi untuk mencapainya, niscaya ia tidak akan mampu atau hal itu.

Allah berfirman:

وَ لَا تَقْتُلُوْا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَ إِيَّاكُمْ

Janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut kelaparan. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepada kalian.” (al-Isrā’ [17]: 31). Allah juga berfirman:

وَ عَلَى اللهِ فَتَوَكَّلُوْا إِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

Hanya kepada Allah, hendaknya kalian bertawakkal, jika kalian benar-benar orang yang beriman.” (al-Mā’idah [5]: 23). Maka, tidaklah betul iman mereka sebelum bertawakkal kepada Allah. Allah juga berfirman:

عَلَى اللهِ تَوَكَّلْنَا

Kepada Allahlah kami bertawakkal.” (Yūnus [10]: 85). Allah juga berfirman:

وَ مَا لَنَا أَلَّا نَتَوَكَّلَ عَلَى اللهِ وَ قَدْ هَدَانَا سُبُلَنَا

Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami.” (Ibrāhīm [14]: 12).

Tawakkal adalah sumber iman karena ia merupakan suatu kewajiban atas hamba. Iman hanya bisa mewujud dengan tawakal. Tawakkal itu bertambah dan berkurang sebagaimana halnya iman. Manusia sendiri bertingkat-tingkat dalam masalah tawakkal dan iman sesuai dengan tingkat keyakinan.

“Kesungguhanmu mengejar apa yang sudah dijamin bagimu, dan kelalaianmu mengerjakan apa yang dibebankan kepadamu, adalah pertanda kaburnya mata batinmu.”Ibnu ‘Athā’illāh as-Sakandarī

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *