Muqaddimah – Bakti Kepada Kedua Orangtua

BAKTI KEPADA KEDUA ORANGTUA
Hak Ibu-Bapak, Anak dan Keluarga

Judul asli: BIRR-UL-WĀLIDAIN WA-ḤUQŪQ-UL-ABĀ’ WAL-ABNĀ’ WAL-ARḤĀM
Oleh: Aḥmad ‘Īsā ‘Asyūr
 
Penerjemah: Ustadz H. YUSUF
Penerbit: HAZANAH ILMU

Muqaddimah

 

Segala puji bagi Allah, pengatur semua alam. Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Rasulullah yang paling mulya yaitu Nabi Muhammad s.a.w. dan juga kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti petunjuknya sampai datangnya hari pembalasan.

Buku kecil ini menjelaskan hak-hak para ibu-bapak, anak-anak dan keluarga/kerabat. Hak-hak tersebut sangat diperhatikan oleh Islam dan Islam ini pula yang mengajak para manusia supaya melaksanakan dengan sebaik-baiknya. Di antara hak-hak yang paling penting dan yang paling utama menjadi penyebab keberadaan kita, sebagai jalan bagi kebahagiaan kita, dan seandainya tiada mereka, maka kita ini tidak akan disebut orang. Sebab inilah maka kita berkewajiban untuk ber‘amal yang dapat menggembirakan mereka, berbuat sesuatu yang menjadikan keridhaan mereka serta berlaku kasih-sayang dan berbakti kepada mereka. Allah berfirman:

هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانِ. (الرحمن: 60)

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula.” (QS. ar-Raḥmān: 60).

Adapun anak-anak, maka mereka inilah sebagai hiasan hidup di dunia ini, sebagai anugerah Allah bagi makhluqnya, penyejuk pandangan mata para ibu-bapak. Mereka selalu menyebutnya dan anak-anak itulah yang akan meneruskan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Mereka mewarisi orang-orang tuanya sesudah meninggalkan mereka. Maka pendidikan bagi para putra-putrinya dan berusaha demi kebaikan serta pengarahan mereka kepada yang baik dan bahagia adalah di antara kewajiban orang tua.

Sedangkan para keluarga lainnya, maka mereka sebagai kekuatan bagi seseorang dan juga sebagai tempat bersandar, yang seorang itu dapat menjadi kuat sebab mereka kuat dan menjadi lemah sebab mereka lemah, dan seseorang menjadi mulya sebab kemulyaan mereka. Orang yang berkeinginan untuk memusuhinya serta hendak berlaku kezhaliman tidak akan mendapatkan kesempatan. Pernah kaum Nabi Syu‘aib berkata kepadanya:

Seandainya kamu tidak mempunyai keluarga tentu kamu kami lempari batu dan kamu tidak mampu menang mengatasi kami.” (QS. Hūd: 91).

Maka kekuatan yang ada pada keluarga Syu‘aib itulah yang membuat musuh Nabi Syu‘aib menjadi takut dan mengurungkan niat mereka melempari Nabi Syu‘aib dan hendak menangkapnya. Hal ini termasuk buah atau hasil daripada adanya keluarga dan buah persatuannya. Oleh karena inilah, Allah memerintahkan mengadakan silaturrahmi atau menghubungi keluarga dan berbuat baik kepada mereka. Allah s.w.t. berfirman:

وَ اتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَ الْأَرْحَامَ. (النساء: 1).

Bertaqwalah kamu sekalian kepada Allah yang kepada-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.” (QS. an-Nisā’: 1).

Hal ini berarti menghendaki kita sekalian menghubungi keluarga sebagaimana Allah mengharamkan kepada kita untuk memutuskan hubungan dengan mereka dan bersikap buruk kepada mereka. Allah s.w.t. berfirman:

وَ الَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللهِ مِنْ بَعْدِ مِيْثَاقِهِ وَ يَقْطَعُوْنَ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ أَنْ يُوْصَلَ وَ يُفْسِدُوْنَ فِي الْأَرْضِ أُولئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَ لَهُمْ سُوْءُ الدَّارِ

Dan orang-orang yang merusak janji Allah sesudah kuatnya dan memutuskan apa yang Allah memerintahkan supaya disambungnya dan orang yang berbuat kerusakan di bumi. Orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).” (QS. ar-Ra‘d: 25).

Kami memohon kepada Allah Yang Maha Luhur dan Maha Kuasa agar kiranya menjadikan buku yang kecil ini sebagai ‘amal kebaikanku dan dapat menghidupkan ingatanku kepada Allah. Sungguh Allah itu Maha Luhur dan selalu mendengar doa hambanya.

 

Aḥmad ‘Īsā ‘Asyūr