Mukasyafat ul Qulub – Keutamaan Zikir kepada Allah

Dari Buku:
Menyingkap Hati Menghampiri Ilahi
(Judul Asli: Mukāsyafat-ul-Qulūb)
Oleh: Imam al-Ghazali

Penerjemah: Irwan Kurniawan
Penerbit: Pustaka Hidayah

13

Keutamaan Zikir kepada Allah s.w.t.

Allah s.w.t. berfirman:

Oleh karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku mengingat kalian. (al-Baqarah 2: 152)

Tsabit ibn al-Banani r.a. berkata: “Saya tahu kapan Allah s.w.t. mengingat saya.
“Bagaimana anda mengetahui hal itu?” tanya para muridnya.
“Apabila saya mengingat-Nya, Dia pasti mengingat saya,” jawabnya.

Allah s.w.t. berfirman:

Berzikirlah kalian (dengan menyebut nama) Allah dengan zikir yang sebanyak-banyaknya. (al-Ahzab 33: 41).

Apabila kalian telah bertolak dari ‘Arafat, berzikirlah kepada Allah di Masy‘aril Haram. Berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepada kalian. (al-Baqarah 2: 198).

Apabila kalian telah menyelasaikan ibadah haji, berzikirlah kepada Allah, sebagaimana kalian menyebut-nyebut nenek moyang kalian, atau berzikirlah lebih banyak dari itu. (al-Baqarah 2: 200)

(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring. (Ali ‘Imran 3: 191)

Apabila kalian telah selesai salat, ingatlah Allah di saat berdiri, duduk, dan berbaring. (an-Nisa’ 4: 103).

Tentang ayat 103 surah an-Nisa’ di atas, Ibn ‘Abbas r.a. berkata: “Maksudnya adalah pada malam dan siang hari; di daratang dan lautan; dalam perjalanan dan ketika tinggal di rumah; ketika kaya dan dalam keadaan miskin; ketika sakit dan ketika sehat; serta secara tersembunyi dan terang-terangan.”

Ketika mencela orang-orang munafik, Allah s.w.t. berfirman:

Tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sangat jarang. (an-Nisa’ 4: 142)

Sebutlah (nama) Tuhanmu dalam dirimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang; janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (al-A‘raf 7: 205)

Sesungguhnya mengingat Allah itu lebih besar (keutamaannya). (al-‘Ankabut 29: 45)

Ibn ‘Abbas r.a. berkata: “Ayat di atas (al-‘Ankabut 29: 45) memiliki dua makna: (1) zikir Allah s.w.t. kepada anda lebih besar daripada zikir anda kepada-Nya; (2) zikir kepada Allah s.w.t. lebih utama dari seluruh ibadah yang lain.”

Rasulullah s.a.w. bersabda: “Orang yang berzikir kepada Allah di tengah orang-orang yang lalai adalah seperti pohon hijau di tengah pohon-pohon yang kering. Orang yang berzikir keapda Allah di tengah orang-orang yang lalai adalah seperti orang yang berjuang di tengah orang-orang yang lari dari medan perang.”

Allah ‘azza wa jalla berfirman: “Aku bersama hamba-Ku selama ia mengingat-Ku dan bibirnya bergerak karena Aku.”

Diriwayatkan bahwa beliau bersabda: “Tidaklah anak Adam mengerjakan suatu amalan yang lebih menyelamatkannya dari siksa Allah daripada zikir kepada-Nya.”

Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, bukannya jihad di jalan Allah?” Beliau menjawab: “Bukanlah jihad di jalan Allah melainkan engkau menebaskan pedangmu hingga patah, lalu engkau menebaskannya lagi hingga patuh, dan kemudian engkau menebaskannya lagi hingga patah.”

Beliau juga pernah bersabda: “Barang siapa yang ingin tinggal di taman-taman surga, hendaklah ia memperbanyak zikir kepada Allah ‘azza wa jalla.”

Rasulullah s.a.w. ditanya: “Amalan apa yang paling utama?”
Beliau menjawab: “Engkau mati sementara lisanmu basah karena zikir kepada Allah ‘azza wa jalla.”

Laluilah waktu pagi dan sore dalam keadaan lisan anda selalu basah karena zikir kepada Allah, niscaya anda melalui waktu pagi dan sore itu tanpa ada dosa pada diri anda. Berzikir kepada Allah ‘azza wa jalla pada waktu pagi dan petang adalah lebih utama daripada menebaskan pedang di jalan Allah dan daripada memberikan harta karena kedermawanan.

Dalam hadis disebutkan bahwa Allah s.w.t. berfirman: “Apabila hamba-Ku mengingat-Ku dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam keramaian, Aku mengingatnya dalam keramaian yang lebih baik dari itu. Apabila ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendengar kepada-Nya sehasta. Apabila ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepada-Nya sedepa. Apabila ia berjalan menuju kepada-Ku, Aku berlari kepadanya.” (Maksud “berlari kepadanya” adalah segera mengabulkan doanya.

Abud-Darda’ meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Maukah aku memberitahukan kepadamu perbuatan yang lebih baik dan lebih suci di antara barang milikmu; lebih tinggi di antara derajatmu; dan lebih baik bagimu daripada pemberian uang dan emas; serta lebih baik bagimu daripada menghadapi musuhmu, lalu engkau menebas leher mereka dan mereka pun menebas lehermu?”
Para sahabat bertanya: “Apa itu, ya Rasulullah?”
Beliau menjawab: “Selalu berzikir kepada Allah ‘azza wa jalla.
“Allah ‘azza wa jalla berfirman: “Barang siapa yang disibukkan dengan berzikir kepada-Ku daripada memohon kepada-Ku, Aku akan memberinya sesuatu yang lebih baik daripada yang Aku berikan kepadanya jika dia memohon kepada-Ku.”

Al-Fudhail berkata: “Telah sampai kabar kepada kami bahwa Allah ‘azza wa jalla berfirman: “Hamba-Ku, berzikirlah kepada-Ku sesaat setelah salat subuh dan sesaat setelah salat asar, hingga Aku memenuhi keperluanmu di antara dua waktu itu.”

Seorang ulama mengatakan bahwa Allah ‘azza wa jalla berfirman: “Kapan pun Aku memperhatikan hati seorang hamba, lalu Aku mendapati sebagian besarnya berpegang pada zikir kepada-Ku, maka Aku mengawasi kebijakannya; menjadi teman duduknya, teman bicaranya, dan kekasihnya.”

Al-Hasan r.a. berkata: “Zikir itu ada dua, yaitu (1) zikir kepada Allah ‘azza wa jalla di antara diri anda dan Allah serta – yang lebih bagus, lebih besar pahalanya, dan lebih utama dari itu – (2) zikir kepada Allah s.w.t. ketika menghadapi sesuatu yang diharamkan-Nya.”

Diriwayatkan bahwa setiap nyawa keluar dari dunia dalam keadaan haus kecuali nyawa orang yang berzikir kepada Allah ‘azza wa jalla.

Mu‘adz ibn Jabal r.a. berkata: “Tidak ada yang disesali penghuni surga selain ketika sesaat saja mereka tidak berzikir kepada Allah s.w.t.”

Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak duduk suatu kaum di dalam sebuah majelis seraya berzikir kepada Allah ‘azza wa jalla melainkan para malaikat mengelilingi mereka, mencurahkan rahmat kepada mereka, dan Allah pun menyebutkan mereka di tengah-tengah para malaikat yang ada di sisi-Nya.”

“Tidak duduk suatu kaum tanpa berzikir kepada Allah s.w.t. dan tidak bersalawat kepada Nabi s.a.w. melainkan bagi mereka kerugian pada Hari Kiamat.”

“Majelis kebaikan menghapuskan bagi orang Mukmin dua juta majelis kejelekan.”

Abu Hurairah berkata: “Penghuni langit memperhatikan rumah-rumah penduduk bumi yang disebutkan nama Allah s.w.t., sebagaimana mereka memperhatikan bintang-bintang.”

Sufyan ibn ‘Uyainah r.a. mengatakan bahwa jika suatu kaum berkumpul untuk berzikir kepada Allah s.w.t., pasti setan dan dunia lari. Setan berkata kepada dunia: “Tidakkah engkau melihat apa yang mereka perbuat?”
Dunia menjawab: “Biarkan mereka, karena jika mereka telah bubar, aku akan membawa leher mereka kepadamu.”

Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa ia masuk pasar. Ia berkata: “Aku melihat kalian di sini sementara warisan Rasulullah s.a.w. dibagikan di dalam masjid.”
Orang-orang lalu pergi ke masjid dan meninggalkan pasar. Akan tetapi, mereka tidak melihat warisan itu. Mereka berkata: “Wahai Abu Hurairah, kami tidak melihat warisan dibagikan di dalam masjid?”
Abu Hurairah balik bertanya: “Apa yang kalian lihat?”
Mereka menjawab: “Kami melihat sekelompok orang sedang berzikir kepada Allah ‘azza wa jalla dan membaca al-Qur’an.”
Abu Hurairah berkata: “Itulah warisan Rasulullah s.a.w.”

Al-A‘masy meriwayatkan hadis dari Abu Shalih, dari Abu Harairah dan Abu Sa‘id al-Khudri, dari Nabi s.a.w., bahwa beliau bersabda: “Allah ‘azza wa jalla memiliki para malaikat yang selalu memuji-Nya di bumi. Mereka mencatat amalan manusia. Apabila mereka menemukan suatu kaum sedang berzikir kepada Allah ‘azza wa jalla, mereka menyeru: “Marilah menuju sasaran!”
Para malaikat pun datang dan mengelilingi mereka. Kemudian mereka kembali ke langit. Allah s.w.t. berfirman: “Apa yang hamba-hambaKu kerjakan ketika kalian meninggalkan mereka?”
Para malaikat menjawab: “Kami meninggalkan mereka dalam keadaan memuji, memuliakan, dan menyucikan-Mu.”
Allah bertanya lagi: “Apakah mereka melihat-Ku?”
Para malaikat menjawab: “Tidak”
Allah bertanya lagi: “Bagaimana seandainya mereka melihat-Ku?”
Para malaikat menjawab: “Seandainya mereka melihat-Mu, niscaya mereka akan lebih banyak bertasbih dan memuliakan-Mu.”
Allah bertanya lagi: “Dari apa mereka memohon perlindungan?”
Para malaikat menjawab: “Dari api neraka.”
Allah bertanya lagi: “Apakah mereka melihatnya?”
Para malaikat menjawab: “Tidak.”
Allah bertanya lagi: “Bagaimana seandainya mereka melihatnya?”
Para malaikat menjawab: “Seandainya mereka melihatnya, niscaya mereka lebih takut padanya dan lebih banyak berusaha menghindarinya.”
Allah bertanya lagi: “Apa yang mereka cari?”
Para malaikat menjawab: “Surga.”
Allah bertanya lagi: “Apakah mereka melihatnya?”
Para malaikat menjawab: “Tidak”.
Allah bertanya lagi: “Bagaimana seandainya mereka melihatnya?”
Para malaikat menjawab: “Seandainya mereka melihatnya, niscaya mereka lebih besar lagi keinginannya.”
Allah berfirman: “Aku bersaksi kepada kalian bahwa Aku telah mengampuni mereka.”

Rasulullah s.a.w. bersabda: “Seutama-utama ucapan yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan adalah Lā ilāha illallāhu waḥdahu lā syarīkalah (Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya).”

“Barang siapa mengucapkan: “Lā ilāha illallāhu waḥdahu lā syarīkalah, lahul-mulku wa lahul-ḥamdu wa huwa ‘alā kulli syay’in qadīr (Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu),” setiap hari seratus kali, maka ia diberi pahala sama dengan pahala memerdekakan sepuluh hamba sahaya, dituliskan baginya seratus kebaikan, dan dihapuskan darinya seratus kejelekan. Selain itu, baginya perlindungan dari setan pada hari itu hingga malam. Tidak ada seorang pun memperoleh sesuatu yang lebih utama dari itu selain yang mengamalkan lebih dari itu.”

“Tiadalah seorang hamba yang berwudhu, lalu membaguskannya, kemudian mengangkat kedua tangannya seraya berkata: “Asyhadu an lā ilāha illallāhu waḥdahu lā syarīkalah wa asyhadu anna muḥammadan ‘abduhu wa rasūluh (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya),” melainkan dibukakan baginya pintu-pintu surga. Ia masuk dari pintu mana saja yang disukainya.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *