Miftah-ul-Falah: Zikir Khalwat

Dari Buku:
Zikir Penenteram Hati
(Judul Asli: Miftah-ul-Falah)
Oleh: Ibnu ‘Atha’illah as-Sakandari
Penerjemah: Fauzi Faishal Bahresy
Penerbit: Zaman.

Rangkaian Pos: Zikir Penenteram Hati (Miftah-ul-Falah) – Bagian Tentang Dzikir

Dari Buku:

Zikir Penenteram Hati
(Judul Asli: Miftah-ul-Falah)
Oleh: Ibnu ‘Atha’illah as-Sakandari

Penerjemah: Fauzi Faishal Bahresy
Penerbit: Zaman.

BAGIAN SATU

MAKNA ZIKIR

Mengapa Perlu Mengingat Allah (Berzikir).

1

Pada hakikatnya, zikir khalwat adalah percakapan sirr dengan Allah yang tak bisa dilihat oleh orang lain. Adapun wujudnya, terkait dengan pengertian tersebut, yakni menghadapkan diri kepada Allah dan memutuskan hubungan dengan selain-Nya. Secara lahiriah, ia bermakna menjernihkan cermin qalbu dari segala gambaran yang terlukis semenjak seseorang lalai dan sibuk dengan dunia. Segala gambaran tersebut merupakan kegelapan yang bertingkat-tingkat sehingga membuat qalbu berkarat hingga lalai kepada Allah. Dengan berkhalwat, berzikir, berpuasa, bersuci, diam, menghilangkan semua lintasan pikiran, mempautkan qalbu, dan mentauhidkan Tujuan, cermin qalbu itu pun menjadi bersih dari karat. Khalwat laksana alat peniup api, zikir laksaan api dan alat pendingin, puasa dan bersuci laksana alat pembersih, diam dan menghilangkan semua lintasan pikiran akan menjauhkan anugerah Tuhan dari kegelapan, mengikat hati adalah murid, dan menauhidkan Tujuan adalah gurunya. Khalwat dalam hal ini merupakan sarana menuju khalwat hakiki yang telah dijelaskan sebelumnya.

Ketahuilah, jika engkau ingin masuk ke hadirat Ilahi, caranya adalah dengan meninggalkan semua perantara dan “bersuka cita” dengan-Nya. Namun, itu takkan terwujud bila qalbumu masih menyimpan tuhan selain-Nya. Engkau adalah milik yang menguasaimu. Karenanya, engkau harus beruzlah serta memisahkan diri dari keramaian. Kadar kemampuanmu dalam berkhalwat menentukan tingkat kedekatanmu kepada Allah, secara lahiriah maupun batiniah. Engkau juga harus meluruskan akidahmu di atas jalan mereka yang benar serta harus mengetahui apa saja yang bisa menegakkan ibadah. Sebelum berkhalwat, lakukanlah olah rohani (riyādhah) lebih dulu dengan memperbagus akhlak, meninggalkan keburukan, dan bersabar menghadapi ujian. Selain itu, engkau juga harus kembali memohon tobat dari dosa serta mengembalikan hak orang yang telah teraniaya, entah itu berupa kehormatan atau harta. Bersihkan batinmu dari segala yang tercela, ikat jiwamu agar tidak lagi berjalan di sekitar alam. Imajinasi merupakan sesuatu yang paling

Gantilah sahabatmu dengan khalwat, makananmu dengan lapar, dan ucapanmu dengan munajat, maka kau akan mati mencapai Allah.
(‘Abu ‘Abdillah ar-Ramli).

berbahaya dalam semua khalwat. Imajinasi bisa menggagalkan khalwat.

Sebelum berkhalwat engkau juga perlu beruzlah dari manusia, bersikap diam, dan menyedikitkan makan. Serta, usahakanlah untuk tidak meminum air. Ketika nafs telah sampai pada tingkat kesendirian, di saat itulah engkau masuk ke dalam khalwat. Dan, jika engkau telah beruzlah dari manusia, jangan terpengaruh oleh mendekatnya mereka kepadamu. Maksud dari uzlah adalah tidak bergaul dengan mereka, bukan meninggalkan fisik lahiriah mereka. Artinya, jagnan sampai qalbumu atau telingamu menjadi tempat yang menampung omong kosong mereka. Jika tidak, qalbumu akan terkotori oleh igauan manusia. Tutuplah pintumu dari manusia dan tutup pula pintu rumahmu dari keluarga. Sibuklah mengingat Tuhan manusia. Siapa beruzlah tapi masih membuka pintu bagi manusia, berarti ia adalah orang yang mencari kedudukan. Ia akan terusir dari pintu Allah. Hati-hatilah terhadap rayuan Iblis dalam keadaan tersebut. Karena, sebagian besar manusia binasa di dalamnya. Orang yang berkhalwat harus berani, tegar dan tidak goyah ketika mendengar jeritan keras, runtuhnya dinding, atau kejadian hebat yang mengejutkan. Ia tidak boleh menjadi pengecut dan bertindak bodoh.

Orang yang berkhalwat harus banyak diam, senantiasa berkonsentrasi, tidak bangga karena pujian, dan tidak bersedih karena makian. Ia senantiasa mencari faktor-faktor pendukung bagi khalwatnya. Uzlah dan olah rohani merupakan aktivitas yang perlu dilakukan hingga terbiasa dan tak terasa sebagaimana dalam melakukan ibadah. Sesudah itu, barulah ia masuk ke dalam khalwat dengan jiwa yang lapang dan tenteram, tanpa ada mujāhadat atau mukābadah (penderitaan), disertai konsentrasi dan ketundukan untuk berzikir tanpa permintaan apa-apa. Sebab, adanya perjuangan batin dan penderitaan ketika berkhalwat akan menjauhkan perjumpaan dengan Tuhan sebagi roh dari khalwat. Akibatnya, tak ada wārid (karunia Ilahi) yang masuk.

Perjuangan batinmu itu hendaknya ditempatkan dalam beruzlah sebelum berkhalwat hingga nafs menjadi terbiasa dan senang dengannya. Bila pada saat berkhalwat engkau merasa lapar, haus, dingin, dan panas, serta masih merasakan adanya bisikan nafsu dan kejemuan, keluarlah dari khalwatmu menuju uzlah sampai betul-betul mantap. Jika engkau ingin masuk ke dalamnya, mandilah seperti mandi janabah, lalu bersihkan pakaianmu, dan berniatlah untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Tinggi “rumah” khalwat hendaknya sama dengan ukuran tegakmu, panjangnya sama dengan ukuran sujudmu, dan lebarnya sama dengan ukuran dudukmu. Padanya tak boleh ada lubang yang membuat cahaya tembus ke dalam khalwat. Ia juga harus jauh dari berbagai suarat dan pintunya mesti kuat. Jika tidak, ada baiknya tinggal di dekat pintu khalwat tanpa banyak bergerak. Ada yang berpendapat, tak lebih dari melakukan shalat wajib dan rawatib. Bahkan, ada yang berpendapat, cukup melakukan shalat wajib dan dua rakaat setiap kali bersuci. Selanjutnya menghadap kiblat dan senantiasa berada dalam kondisi suci. Usahakan agar kamar kecilmu dalam posisi yang tidak jauh dari khalwatmu. Ketika engkau keluar, jagalah ia dari bau yang tak sedap sebab itu akan membuatmu tidak bisa berkonsentrasi dalam tempo lama. Apabila engkau ingin keluar untuk suatu keperluan, jagalah kedua mata dan telingamu. Usahakan agar makananmu telah tersedia bersamamu atau tersimpan di belakang pintu khalwat.

Syarat yang lain, hendaknya tak ada yang mengetahui kalau engkau sedang berkhalwat. Kalaupun terpaksa, cukup orang yang paling dekat denganmu saja yang mengetahui, tapi usahakan agar ia tak mengetahui apa yang kau lakukan dan apa yang kau tuju. Sebab, biasanya mereka akan membuatmu keluar dari kondisi tadi. Itu merupakan aib besar yang akan menjauhkanmu untuk sampai ke tingkat makrifat.

Makanan yang kau konsumsi saat engkau melakukan olah rohani (riyādhah), uzlah, dan khalwat, adalah satu suap yagn disertai nama Allah. Makanan sesuap itu kau makan dengan perasaan rendah diri, papa, khusyuk, serta merasa diawasi oleh-Nya. Lalu tunggulah makanan itu sebentar hingga engkau yakin makanan tersebut sampai ke perut. Setelah itu barulah engkau mengambil suapan lain dengan cara yang sama. Demikian seterusnya sampai selesai. Kemudian minumlah air secukupnya. Jangan sampai merasa lapar sekali dan sebaliknya jangan sampai terlalu kenyang.

Pakailah baju yang membuat badanmu nyaman dan tidak membuatmu ragu seperti sikapmu terhadap makanan. Janganlah berbaring atau tidur kecuali kalau sudah tidak kuat. Serta jangan pula membunuh binatang atau yang lainnya. Jika engkau khawatir ada kutu di rambutmu, cukurlah ia. Jangan sampai ada satu waktu engkau berada dalam kondisi yang tidak suci.

Perbedaan antara wārid (masukan) yang berasal dari malaikat dan wārid yang berasal dari setan adalah bahwa yang berasal dari malaikat menimbulkan hawa dingin dan kenikmatan, tidak membuat sakit, berbentuk tetap, dan meninggalkan pengetahuan. Sementara wārid yang berasal dari setan membuat penat, merusak organ tubuh, menimbulkan rasa sakit, kebimbangan, dan meninggalkan penderitaan.

Khāthir adalah bisikan yang masuk ke dalam hati. Ia terdiri dari empat macam:

Yang pertama adalah rabbānī sebagai bisikan yang paling utama. Ia tak pernah salah. Cirinya kuat, dominan, dan tak pernah goyah.

Yang kedua adalah malakī. Ia merupakan bisikan yang mendorong manusia untuk melakukan amal wajib dan sunnah, atau semua yang mengandung kebaikan. Ia disebut juga sebagai ilhām.

Yang ketiga adalah nafsānī. Di sini ada bagian nafsu yang ikut serta. Ia disebut juga dengan hājis.

Dan yang keempat adalah syaithānī. Ia adalah bisikan yang mengajak manusia untuk menentang Allah. Karena itulah Allah berfirman:

“Setan itu menjanjikan (menakut-nakuti) kalian dengan kemiskinan dan menyuruh kalian berbuat kejahatan.” (al-Baqarah [2]: 268).

Ia disebut dengan waswasah.

Dalam pandangan syariat, kalau bisikan tersebut membuat dekat kepada Allah, berarti termasuk dua jenis yang pertama, sedangkan kalau mengandung sesuatu yang menyalahi syariat berarti termasuk dua jenis yang terakhir. Yang lebih dekat kepada menentang hawa nafsu, tergolong kepada dua jenis yang pertama. Sebaliknya, yang lebih dekat kepada hawa nafsu, tergolong keapda dua jenis yang terakhir. Orang yang berhati benar, suci, dan selalu hadir bersama Allah akan dengan mudah membedakan antara keduanya.

Usahakanlah agar zikir yang kau baca berupa al-Ism-ul-Jāmi‘, yaitu Allāh, Allāh, Allāh. Bisa juga berupa Huwa, Huwa. Tidak usah membaca zikir yang lain. Selain itu, usahakan agar qalbumu yang berkata-kata dan telingamu memperhatikan sampai akhirnya ada pengucap yang muncul dari sirrmu. Apabila engkau sudah merasa ada yang mengucapkan zikir dalam dirimu, tetaplah dalam kondisi tersebut.

[menu name=”zikir-penenteram-hati” class=”modern-menu-widget”]

Sanggahan (Disclaimer): Artikel ini telah kami muat dengan izin dari penerbit. Terima kasih.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *