Mana Orang yang Bertobat dengan Sungguh-sungguh? – Syaikh ‘Abd-ul-Qadir al-Jailani – Agar Rezeki yang Mencarimu (2/3)

Rangkaian Pos: Mandirilah dari Sesama - Berbagilah dengan Mereka - Syaikh 'Abd-ul-Qadir al-Jailani - Agar Rezeki yang Mencarimu

Mana orang yang bertobat dengan sungguh-sungguh? Mana orang yang malu kepada Allah yang selalu ingat dengan pengawasan-Nya setiap saat? Mana orang yang menjaga diri dari yang haram di saat sendiri ataupun dalam keramaian? Mana orang yang menundukkan mata hatinya dan mata kepalanya? Diriwayatkan dari Nabi s.a.w. bahwa beliau bersabda: “Sesungguhnya kedua mata juga berzina, dan zina keduanya adalah melihat hal-hal yang diharamkan.” (Riwayat al-Bukhārī, Muslim dan yang lain).

Berapa kali sudah matamu melihat bagian tubuh yang diharamkan dari wanita dan anak-anak? Padahal engkau mendengar Allah berfirman:

قُلْ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ أَبْصَارِهِمْ

Katakanlah kepada orang-orang beriman agar mereka menundukkan pandangan mereka.” (an-Nūr [24]: 30).

Wahai orang fakir, bersabarlah atas kefakiranmu karena kefakiran dunia akan berujung. Diriwayatkan bahwa Nabi s.a.w. berkata kepada ‘Ā’isyah r.a.: “Wahai ‘Ā’isyah, rasakanlah pahitnya dunia demi mendapat kenikmatan akhirat.

Engkau tak mengerti nasibmu nanti, sengsara atau bahagia? Ini Allah saja yang tahu dan lebih dulu tahu. Tetapi, engkau tak mau meninggalkan kecemasanmu, dan bersandar pada pengetahuan dan dugaanmu, sehingga engkau pun keluar dari batas-batas syariat. Bersungguh-sungguhlah dalam mengerjakan apa yang diperintahkan kepadamu, dan janganlah engkau ingin lebih dulu tahu akan nasibmu. Ini sesuatu yang tidak engkau ketahui, dan tidak pula orang selainmu ketahui. Ini termasuk perkara yang ghaib.

Wahai anak muda, selama cinta dunia masih ada di hatimu, engkau sama sekali tak akan bisa melihat keadaan orang-orang saleh. Selama engkau bersimpuh kepada makhluk dan menyekutukan Allah dengan mereka, tidak akan terbuka kedua mata hatimu. Tak ada cerita, sampai engkau berzuhud dari dunia dan makhluk. Jadilah orang yang bersungguh-sungguh, niscaya engkau akan melihat hal luar biasa yang tak orang lain lihat. Jika engkau meninggalkan apa yang ada dalam perhitunganmu, apa yang tak masuk dalam perhitunganmu akan mendatangimu.

Bila engkau bersandar dan bertakwa kepada Allah, saat sendiri ataupun dalam keramaian, Dia akan memberimu rezeki dari jalan yang tak engkau duga-duga. TINGGALKANLAH (DUNIA) OLEHMU, DIA AKAN MEMBERIMU. BERZUHUDLAH ENGKAU, DIA AKAN MENYENANGIMU. Di dunia saatnya meninggalkan dan di akhirat saatnya mengambil. Awalnya hati ditugasi untuk meninggalkan syahwat dan dunia, dan akhirnya (ditugasi) untuk menerimanya. Yang pertama untuk orang-orang yang bertaqwa. Yang kedua untuk para wali (abdal) yang sampai pada ketaatan kepada Allah.

Hai orang yang riyā’, hai orang munafik, hai orang musyrik, engkau tak bisa menandingi mereka dalam hal meninggalkan (dunia) karena yang mereka tinggalkan tak terhitung. Engkau tak bisa mendapati hal (keadaan) mereka dengan apa yang ada padamu sekarang. Mereka itu melakukan hal-hal di luar kebiasaan, sementara engkau malah memelihara kebiasaanmu. Mereka bangun saat engkau tidur. Mereka puasa saat engkau tidak. Mereka takut saat engkau merasa tenang-tenang saja. Mereka tenang saat engkau cemas. Mereka berbuat saat engkau tak berbuat. Mereka beramal untuk Allah ‘azza wa jalla sedangkan engkau beramal untuk selain-Nya. Mereka menginginkan-Nya sementara engkau menginginkan selain-Nya. Mereka menyerahkan segala urusan kepada-Nya, sementara engkau mengabaikan dan menentang-Nya. Maka mereka merasa cukup dengan ketetapan-Nya. Dan mereka mencegah lidah mereka mengeluh kepada makhluk, sedangkan engkau tak melakukannya. Begitulah mereka bersabar atas kepahitan sehingga mereka pada gilirannya mendapatkan kelezatan. “Pisau-pisau takdir menyayat daging mereka” tapi mereka tak peduli, dan mereka tidak berangan-angan. Itu karena mereka memandang Allah dan takjub pada-Nya. Makhluk tenang dengan mereka. Mereka tidak menyakiti siapa pun. Orang katakan, sesungguhnya orang baik itu adalah yang tidak pernah menyakiti binatang kecil sekecil semut yang hampir-hampir tak terlihat. Mereka berhubungan dengan Allah lewat ketaatan, dengan makhluk lewat pergaulan yang baik, dan dengan keluarga lewat silaturahim. Mereka berada dalam kenikmatan dunia dan akhirat. Di dunia kenikmatan berdekat-dekat dengan-Nya, dan di akhirat kenikmatan berada di surga, melihat Allah, berdekatan dengan-Nya, menyimak firman-Nya, dan berbusana dengan pakaian-Nya.

Sibuklah bertobat dari dosa-dosamu, dari kelancanganmu dan sikapmu kepada Tuhanmu. Malulah kepada Allah ‘azza wa jalla. bukan kepada makhluk. Dialah Yang Ada sebelum segala sesuatu ada. Apakah engkau malu kepada yang baharu dan lancang kepada yang qadim? DIALAH YANG MAHA PEMURAH SEMENTARA YANG LAIN KIKIR. DIALAH YANG MAHA KAYA SEMENTARA YANG LAIN FAKIR. KEBIASAAN-NYA ADALAH MEMBERI, SEMENTARA KEBIASAAN SELAIN-NYA ADALAH MENOLAK. Kembalilah dengan kebutuhan-kebutuhanmu kepada-Nya, sesungguhnya Dia lebih utama dari selain-Nya. Carilah jalan menuju-Nya dengan tanda-tanda ciptaan-Nya. Tetaplah dalam koridor syariat-Nya, dan biasakanlah bertaqwa kepada-Nya. Sesungguhnya jika engkau terus bertakwa kepada-Nya, Dia akan menunjukkan kepada-Nya, dan membuatmu sibuk dengan-Nya dan tidak sibuk dengan ciptaan-Nya. Carilah petunjuk menuju-Nya. Carilah Dia, dan tinggalkanlah dunia dan akhirat karena bagianmu dari keduanya akan mendatangimu dan tak akan meninggalkanmu. Perbuatanmu meninggalkan selain-Nya, akan membersihkan hatimu dari segala kotoran. Jika hatimu tak menuntunmu kepada-Nya, maka engkau seperti binatang yang tak berakal. Tinggalkan dunia dan datangi orang-orang yang berakal yang akal mereka telah menuntun mereka kepada Allah ‘azza wa jalla, sehingga engkau pun tahu tentang akal dari mereka, dan mengetahui dengan akal tentang dirimu dan Tuhanmu.

Duh, umurmu terus berkurang, sementara engkau belum juga sadar. Sampai kapan engkau berpaling dari akhrat dan berpaling pada dunia?

Ingat, rezekimu tak akan dimakan oleh selainmu. Tempatmu di surga atau neraka pun tidak akan ditempati oleh selainmu. Sungguh engkau telah dikuasai oleh kelalaian dan ditawan oleh hawa nafsu. Perhatianmu hanya tertuju pada urusan makan, minum, kawin, tidur, dan tercapainya keinginan-keinginanmu. Fokusmu sama seperti fokus orang kafir dan munafik setelah engkau puas, entah dengan yang halal atau yang haram. Tak berpikir di benakmu apakah engkau masih punya agama atau tidak.

Hai orang miskin, tangisilah dirimu. Saat orang tuamu meninggal, dunia seolah kiamat bagimu, sementara saat mati agamamu, engkau tak peduli dan tak menangis. Para malaikat yang mengurusmu menangisimu karena melihat kerugianmu dalam agamamu. Engkau tak punya akal. Kalau engkau punya akal, tentu engkau sudah menangis atas hilangnya agamamu. Engkau punya modal tapi tak kaugunakan. Akal dan rasa malulah modalmu, tapi engkau tak pandai berdagang dengannya. Ilmu yang tak diamalkan, akal yang tak digunakan dan hidup yang tak bermanfaat, seperti rumah yang tak dihuni, seperti barang simpanan yang tak diketahui keberadaannya, dan seperti makanan yang tak dimakan.

Kalau engkau tidak tahu di mana engkau berada, aku tahu. Aku punya cermin syariat yang merupakan ilmu lahir, dan cermin ilmu tentang Allah yang merupakan ilmu batin. Bangunlah dari tidur kelalaian. Basuhlah mukamu dengan air kesadaran. Lalu lihatlah apakah engkau muslim atau kafir, mukmin atau munafik, muwahid atau musyrik, orang riyā’ atau orang ikhlas, orang yang berada di jalan yang benar atau orang yang menyimpang, orang yang menyenangi atau orang yang membenci. Allah tak peduli denganmu apakah engkau senang atau benci. Keperluan dan manfaatnya sama-sama kembali kepadamu. Maha Suci Allah Yang Maha Berbaik Hati, Maha Menyantuni dan Maha Menganugerahi. Semuanya berada di dalam kebaikan dan karunia-Nya. Kalaulah Allah tidak baik kepada kita, sudah hancurlah kita. Kalaulah Allah membalas setiap kita dengan sebenar-benarnya, hancurlah kita semua.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *