Ada pun keterangan yang menyebutkan tentang adanya malaikat yang turun di malam Lailat-ul-Qadar adalah sbb.:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ، إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَ مَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ، لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ، تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَ الرُّوْحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّنْ كُلِّ أَمْرٍ، سَلَامٌ هِيَ حَتّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur’ān pada suatu Malam Kemuliaan (Lailat-ul-Qadar).
Dan tahukah kamu, apakah malam kemuliaan itu?
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu malam.
Pada malam itu para malaikat beserta Jibrīl turun ke bumi dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
Malam itu, malam penuh selamat sejahtera sampai terbit fajar. (al-Qadar: 1-5)
Menurut keterangan beberapa ‘Ulamā’, bahwa pada Malam Lailat-ul-Qadar, Allah mentaqdirkan segala urusan hukum, rezeki dan ajal untuk jangka satu tahun. Kemudian menyerahkan keputusan dan taqdīr-Nya itu kepada para malaikat masing-masing menurut bidang tugasnya yang telah ditentukan. Lalu kepada Jibrīl diserahkan catatan rahmat dan ‘adzāb.
Kepada Mīkā’īl diserahkan catatan tumbuh-tumbuhan dan rezeki.
Kepada Isrāfīl diserahkan catatan hujan, angin dan keadaan cuaca.
Dan kepada ‘Izrā’īl catatan nyawa dan ajal-ajal.
Diriwayatkan bahwa Rasūlullāh s.a.w. bersabda:
يَنْزِلُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَرْبَعَةِ الْوِيَةِ: لِوَاءُ الْحَمْدِ وَ لِوَاءُ الرَّحْمَةِ وَ لِوَاءُ الْمَغْفِرَةِ وَ لِوَاءُ الْكَرَامَةِ. وَ مَعَ كُلِّ لِوَاءٍ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ وَ عَلَى كُلِّ لِوَاءٍ مَكْتُوْبٌ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ فَيُنْصَبُ لِوَاءَ الْحَمْدِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَ لِوَاءُ الْمَغْفِرَةِ عَلَى قَبْرِ النَّبِيِّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَ السَّلَامُ وَ لِوَاءُ الرَّحْمَةِ فَوْقَ الْكَعْبَةِ وَ لِوَاءُ الْكَرَامَةِ فَوْقَ الصَّخْرَةِ فِيْ بَيْتِ الْمَقْدِسِ. مَنْ قَالَ فِيْ تِلْكَ اللَّيْلَةِ ثَلَاثَ مَرّاتٍ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ غُفِرَ لَهُ بِوَاحِدَةٍ وَ أَنْجَاهُ مِنَ النَّارِ بِوَاحِدَةٍ وَ أَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ بِوَاحِدَةٍ.
Artinya:
Di malam Lailat-ul-Qadar turunlah empat macam bendera. Yaitu bendera al-Ḥamd, bendera ar-Raḥmah, bendera al-Maghfirah dan bendera al-Karāmah.
Tiap-tiap bendera disertai pula dengan 70,000 malaikat. Dan tiap-tiap bendera ada tertulis “Lā ilāha illallāh, Muḥammad-ur-Rasūlullāh”. Lalu bendera al-Ḥamd dipancang antara langit dan bumi.
Bendera al-Maghfirah dipancang di atas kubur Nabi Muḥammad s.a.w.
Bendera ar-Raḥmah dipancang di atas Ka‘bah.
Bendera al-Karāmah dipancang di atas batu Bait-ul-Maqdis.
Dan barang siapa mengucapkan kalimah thayyibah tiga kali pada Lailat-ul-Qadar, maka masing-masing pembacaannya itu akan membawa pada pengampunan Tuhan dan selamat dari siksa api neraka dan membawa ia masuk surga. (dari buku: Durrat-un-Nāshiḥīn).
Ka‘b-ul-Akhbar menyatakan: Bahwa di Sidrat-ul-Muntahā terdapat malaikat yang tidak diketahui bilangannya kecuali oleh Allah. Mereka turun di malam Lailat-ul-Qadar, untuk berdoa memohon kebajikan untuk orang-orang mu’min dan mu’minat yang berjabatan tangan dengan Jibrīl.
Ada pun tandanya bila seseorang berjabatan tangan Jibrīl, ialah bahwa ia bergemetar badannya, keluar air matanya dan merasa iba dalam hatinya.
Dan dikatakan ada seorang malaikat, kedua kakinya berada di bawah lapisan bumi ke tujuh. Sedang kepalanya berada di bawah ‘Arasy. Malaikat itu mempunyai seribu kepala, dan besar tiap-tiap kepala lebih besar dari dunia.
Pada tiap-tiap kepala terdapat seribu wajah, pada tiap-tiap wajah terdapat seribu mulut dan tiap mulut terdapat seribu lidah yang bertasbīḥ kepada Allah dengan bermacam-macam bahasa, lalu turun di malam itu dan beristighfār bagi ummat Muḥammad s.a.w.
Barang siapa yang bersembahyang dua rakaat di malam Lailat-ul-Qadar, pada tiap-tiap rakaat membaca surat al-Fātiḥah sekali dan surat al-Ikhlāsh tujuh kali.
Kemudian setelah salam beristighfār tujuh puluh kali. Maka ia tidak berdiri dari sembahyangnya, melainkan sudah diampuni oleh Allah dosa-dosanya, dosa ibu bapaknya.
Kemudian Allah menyuruh malaikat untuk pergi ke surga untuk menanam pohon-pohonan, membangun gedung-gedung, dan mengalirkan sungai-sungai.
Ia tidak keluar dari dunia, melainkan sudah melihat itu semua.
Bersabda Rasūlullāh s.a.w.: Sesungguhnya pada malam Lailat-ul-Qadar, Allah menurunkan rahmat yang meliputi seluruh orang mu’min dari arah timur hingga barat. Kelebihan rahmat itu diberikan oleh Jibrīl kepada bayi-bayi yang lahir pada malam itu, sehingga mencakup bayi-bayi orang Islam mau pun orang kafir sehingga kelak mati dengan iman.
Imām ar-Rāzī berkata: Jika fajar Lailat-ul-Qadar menyingsing, lalu berserulah Jibrīl kepada para malaikat: Siap-siaplah untuk berangkat. Lalu mereka (para malaikat) bertanya: Wahai Jibrīl, apa yang diperbuat oleh Allah kepada ummat Muḥammad?
Jibrīl menjawab: Allah telah mengampuni mereka, kecuali empat orang macam. Yaitu: Pecandu khamer, pendurhaka ibu bapak dan pemutus hubungan famili dan orang yang suka bertengkar.