Hati Senang

Malaikat Yang Berkumpul di Keliling Ka‘bah – Membuka Rahasia Alam Malaikat

Cover Buku Membuka Rahasia Alam Malaikat
MEMBUKA RAHASIA ALAM MALAIKAT   Oleh: Ustadz: ‘Abd-ul-Ghafūr Ayskur   Penerbit: CV Bintang Pelajar.

Malaikat Yang Berkumpul di Keliling Ka‘bah

 

Disebutkan, bahwa sayyidina Abū Bakar berkata: Jika sepertiga malam telah lewat pada hari Jum‘ah pertama bulan Rajab, maka berkumpullah di Ka‘bah semua malaikat yang berada di langit mau pun di bumi dengan tiada yang ketinggalan.

Di situ mereka dipandang oleh Allah dan mendengarkan firman-Nya yang berbunyi: Hai malaikat-Ku! Mintalah sesukamu!

Para malaikat berkata: Ya Tuhan kami, permintaan kami ialah agar Engkau berkenan mengampuni orang-orang yang berpuasa di bulan Rajab.

Aku telah mengampuni mereka jawab Tuhan.

Diriwayatkan, bahwa siapa yang bersembahyang sunat di belakang maqām Ibrāhīm, diampunkan semua dosa-dosanya yang telah lalu, dan diberi kebajikan sebanyak orang yang bersembahyang di belakang maqam itu, dan diamankan oleh Allah pada hari kiamat dari ketakutan, dan Allah menyuruh Jibrīl, Mika’il dan para malaikat lainnya untuk beristighfār untuknya hingga hari kiamat.

Diriwayatkan, siapa yang menuju ke Baitullāh, maka tiada mengangkat dan menaruh tapak kaki untanya melainkan dicatat oleh Allah satu kebajikan dan diampunkan satu dosa. Dan faedah salat dua rakaat sunat tawaf itu, bagaikan memerdekakan satu budak dari turunan Nabi Ismā‘īl a.s. Sedangkan Sa‘ī sama dengan memerdekakan tujuh puluh budak. Dan wuqūf di ‘Arafah, itu bisa menghapus dosa, walau pun sebanyak buih laut. Ada pun setiap batu yang dilempar untuk Jumrah dapat menebus dosa besar, dan sembelihan korban tersimpan di sisi Allah, dan dengan tiap-tiap rambut yang tercukur bisa terhapus dosanya, dan dengan tawaf sesudah semua itu, ada malaikat yang meletakkan tangannya di atas bahunya sambil berkata: Buatlah lembaran baru dalam hidupmu di masa yang akan datang, karena Allah telah mengampuni bagimu semua dosa yang telah lalu.

‘Abdullāh bin Shāliḥ berkata: Dahulu ada seorang shāliḥ yang lari dari pergaulan manusia. Ia lari dari kota ke desa hingga sampai di Makkah. Setelah ia tinggal agak lama, maka aku bertanya padanya: Sungguh anda sudah lama menetap di sini?

Ia menjawab: Bagaimana aku tidak kerasan berada di sini, sedang aku belum menyaksikan satu pun negeri yang banyak dituruni berkah rahmat sebanyak dengan apa yang diturunkan di negeri ini.

Apa lagi kau senantiasa menyaksikan para malaikat yang silih berganti tiap pagi dan sore, belum keajaiban-keajaiban dan bermacam-macam bentuk malaikat yang bertawaf di Ka‘bah yang tiada putus-putusnya.

Yang andaikata aku ceritakan kepada orang lain, tentu takkan diterima oleh akal manusia yang tidak beriman.

Lalu aku bertanya lagi: Aku bersumpah kepada Allah, serta mengharap kepadamu, sudilah menceritakan sebagian yang anda lihat?

Ia berkata: Tiada Waliyyullāh yang sah melainkan ia datang/hadir di sini tiap malam Jum‘ah dan tidak pernah terlambat kedatangannya. Oleh sebab itulah aku lebih tertarik menetap di sini, karena untuk selalu bertemu dengan mereka.

Pada suatu malam aku bertemu dengan seorang yang bernama Mālik bin al-Qāsim al-Jailī. Ketika ia datang, tangannya masih basah bekas cucian air sesudah makan. Maka aku menegurnya: Anda baru saja makan? Ia menjawab: Astaghfirullāh, saya sudah seminggu ini tidak makan, sedang bekas air cucian ini adalah berkas memberi makan ibuku. Oleh karena saya keburu ke sini untuk mengejar shalat fajar, pada hal jarak antara sini dan rumahku 900 farsakh (pos).

 

Malaikat Menjadi Saksi di Padang ‘Arafah

 

Diriwayatkan, bahwa Allah ta‘ālā akan membanggakan orang-orang yang wuqūf di ‘Arafah kepada para malaikat.
Firman Allah: Wahai malaikat-Ku! Perhatikan hamba-hambaKu yang datang kepada-Ku dari segala penjuru yang jauh sehingga terurai rambutnya, serta berdebu badannya.
Aku persaksikan kepada kalian, bahwa Aku telah menerima doa dan memperkenankan permintaan mereka. Selain itu telah kugabungkan orang-orang yang berdosa pada orang-orang yang baik. Dan Aku beri semua orang-orang yang baik semua permintaannya, selain penganiayaan yang terjadi di antara sesama mereka. Kemudian setelah mereka keluar dari ‘Arafah menuju Mujdalifah, dan bermalam di sana dan kembali minta-minta.
Allah berfirman: Aku persaksikan padamu bahwa Aku telah menerima doa mereka. Dan memperkenankan keinginan mereka dan menggabungkan orang-orang yang berdosa pada orang-orang yang baik, dan memberi semua orang-orang yang baik semua permintaan mereka, dan Aku tanggung (hapus) segala sengketa yang terjadi di antara mereka. (dari buku: Petunjuk ke Jalan Lurus).

Rasūlullāh s.a.w. bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَقِفُ عَشِيَّةَ عَرَفَةَ فَيَسْتَقْبِلُ الْقِبْلَةَ بِوَجْهِهِ ثُمَّ يَقُوْلُ لاَ إِله إِلاَّ اللهُ وَحَدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَ لَهُ الْحَمْدُ وَ هُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ (مِائَةَ مَرَّةٍ). ثُمَّ يَقْرَأُ: قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ (مِائَةَ مَرَّةٍ) ثُمَّ يَقُوْلُ: اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آل مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَ عَلَيْنَا مَعَهُمْ (مِائَةَ مَرَّةٍ) إِلاَّ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا مَلاَئِكَتِيْ مَا جَزَاءُ عَبْدِيْ هذَا أُشْهِدُكُمْ أَنِّيْ قَدْ غَفَرْتُ لَهُ وَ شَفَّعْتُهُ فِيْ نَفْسِهِ وَ لَوْ سَأَلَنِيْ عَبْدِيْ لَشَفَّعْتُهُ فِيْ أَهْلِ الْمَوْقِفِ. (البيهقي)

Artinya:
Tiada seorang Muslim yang berdiri pada sore hari ‘Arafah sambil menghadap kiblat kemudian membaca: “Lā ilāha illallāhu waḥdahu lā syarīkalahu, lahul-mulku walahul-ḥamdu wahuwa ‘alā kulli syai’in qadīr.” seratus kali (100x)
Kemudian membaca: “Allāhumma shalli ‘alā muḥammadin wa ‘alā āli Muḥammad, kamaa shallaita ‘alā ibrāhīma wa ‘alā āli ibrāhīma, innaka ḥamīdun majīd”, seratus kali (100x).
Melainkan Allah berfirman: Hai malaikat-Ku, balasan apakah kiranya yang pantas bagi hamba-Ku, balasan apakah kiranya yang pantas bagi hamba-Ku itu? Aku persaksikan kepadamu, bahwa Aku telah mengampuni dosa-dosanya, serta Ku terima syafā‘at untuk dirinya, dan andaikata ia mohon pada-Ku pasti akan Kuterima syafā‘atnya untuk semua orang yang sedang wuqūf di ‘Arafah itu. (al-Baihaqī).

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.