Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbās r.a. bahwa Rasūlullāh s.a.w. bersabda:
لَمَّا أُسْرِيَ بِيْ إِلَى السَّمَاءِ رَأَيْتُ الْعَرْشَ عَلَى ثَلَاثَمِائَةٍ وَ سِتِّيْنَ أَلْفَ رُكْنٍ مِنَ الرُّكْنِ إِلَى الرُّكْنِ مَسِيْرَةُ ثَلَاثَمِائَةِ أَلْفِ سَنَةٍ وَ تَحْتَ كُلِّ رُكْنٍ إِثْنَا عَشَرَ أَلْفٍ صَحْرَاءَ مِنَ الْمَشْرِقِ إِلَى الْمَغْرِبِ وَ فِيْ كُلِّ صَحْرَاءَ ثَمَانُوْنَ أَلْفًا مِنَ الْمَلَائِكَةِ يَقْرَؤُوْنَ “قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ” فَإِذَا فَرَغُوْا مِنَ الْقِرَاءَةِ يَقُوْلُوْنَ: يَا رَبَّنَا وَ يَا سَيِّدَنَا قَدْ وَهَبْنَا ثَوَابَ هذِهِ الْقِرَاءَةِ لِمَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْإِخْلَاصِ مِنَ الرِّجَالِ وَ النِّسَاءِ فَتَعَجَّبُوْا مِنْ ذلِكَ، فَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَ السَّلَامُ: أَتَعْجَبُوْنَ يَا أَصْحَابِيْ؟ قَالُوْا: نَعَمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ. فَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَ السَّلَامُ: وَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ: “قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ” مَكْتُوْبٌ عَلَى جَنَاحِ جِبْرَائِيْلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ. “اللهُ الصَّمَدُ” مَكْتُوْبٌ عَلَى جَنَاحِ مِيْكَائِيْلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ. “لَمْ يَلِدْ وَ لَمْ يُوْلَدْ” مَكْتُوْبٌ عَلَى جَنَاحِ عِزْرَائِيْلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ. “وَ لَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ” مَكْتُوْبٌ عَلَى جَنَاحِ إِسْرَافِيْلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ. فَمَنْ قَرَأَ مِنْ أُمَّتِيْ سُوْرَةَ الْإِخْلَاصِ أَعْطَاهُ اللهُ ثَوَابَ مَنْ قَرَأَ التَّوْرَةَ وَ الْإِنْجِيْلَ وَ الزَّبُوْرَ وَ الْفُرْقَانَ الْعَظِيْمَ، ثُمَّ قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَ السَّلَامُ: أَتَعْجَبُوْنَ يَا أَصْحَابِيْ؟ قَالُوْا: نَعَمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ: إِنَّ “قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ” مَكْتُوْبٌ عَلَى جَبْهَةِ أَبِيْ بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ. “اللهُ الصَّمَدُ” مَكْتُوْبٌ عَلَى جَبْهَةِ عُمَرَ الْفَارُوْقِ. “لَمْ يَلِدْ وَ لَمْ يُوْلَدْ” مَكْتُوْبٌ عَلَى جَبْهَةِ عُثْمَانَ ذِي النُّوْرَيْنِ. “وَ لَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ” مَكْتُوْبٌ عَلَى جَبْهَةِ عَلِيِّ السَّخِيِّ، فَمَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْإِخْلَاصِ أَعَطَاهُ اللهُ ثَوَابَ أَبِيْ بَكْرٍ وَ عُمَرَ وَ عُثْمَانَ وَ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمْ أَجْمَعِيْنَ.
Artinya:
Ketika aku di isrā’kan ke langit, aku telah melihat ‘Arasy terdiri dari tiga ratus enam puluh sudut. Jarak antara sudut satu dengan sudut yang lain, adalah sejauh perjalanan tiga ratus ribu tahun.
Di bawah tiap-tiap sudut terdapat dua belas ribu padang pasir. Luas tiap padang pasir adalah seluas antara masyriq dan maghrib. Di tiap-tiap padang pasir terdapat delapan puluh ribu malaikat pembaca surat “al-Ikhlāsh” yang pahalanya dihibahkan kepada orang-orang yang membacanya dari ummat Muḥammad s.a.w. laki-laki mau pun perempuan.
Mendengar cerita ini para sahabat merasa heran, lalu Nabi s.a.w. bersabda: Demi Tuhan yang nyawaku berada di kekuasaannya: Bahwa “Qul huwallāhu Aḥad” tertulis di sayap malaikat Jibrīl, ayat “Allāh-ush-shamad” tertulis di sayap malaikat Mīkā’īl, dan ayat “Lam yalid wa lam yūlad” tertulis di sayap malaikat ‘Izrā’īl, sedang “Wa lam yakullahu kufuan Aḥad” tertulis di sayap malaikat Isrāfīl a.s.
Maka barang siapa dari ummatku yang membaca surat al-Ikhlāsh, maka diberi oleh Allah pahala seperti membaca kitab Taurāt, Injīl, Zābūr dan al-Qur’ān.
Kemudian Nabi bersabda lagi: Apakah kalian merasa heran Wahai sahabat-sahabatku? Mereka menjawab: Betul ya Rasūlullāh?
Beliau s.a.w. meneruskan ceritanya: Sesungguhnya “Qul huwallāhu Aḥad” itu tertulis di batok kepala Abū Bakar ash-Shiddīq, “Allāh-ush-shamad” tertulis di batok kepala ‘Umar al-Fārūq, “Lam yalid wa lam yūlad” tertulis di batok kepala ‘Utsmān Dzin Nūraini, sedang “Wa lam yakullahu kufuan Aḥad” tertulis di batok kepala ‘Alī as-Sakhiyyī.
Maka siapa yang membacanya akan diberi pahala serupa yang diberikan kepada Abū Bakar, ‘Umar, ‘Utsmān dan ‘Alī r.a. ‘anhum ajma‘īn (Ḥayāt-ul-Qulūb).
Disebutkan, bahwa derajat para malaikat itu di bawah derajat para Nabi.
Dalil tentang keafdhalan para Nabi, ialah Firman Allah s.w.t.:
وَ إِذْ قُلْنَا لِلْمَلآئِكَةِ اسْجُدُوْا لِآدَمَ
Artinya:
Dan ingatlah, ketika Kami berfirman kepada malaikat: Bersujūdlah (*) kamu kepada Ādam…. (al-Baqarah: 34).
(*) = Sujūd – yang dimaksud ialah sekedar menandakan kemuliaan Ādam a.s. bukan menyembahnya.
Ada yang mengatakan: Berilah tahiyat kepada Ādam a.s.
Ibnu ‘Anbar mengatakan: Sujud malaikat kepada Ādam, adalah merupakan tahiyat, bukan ‘ibādah.
Disebutkan, bahwa setelah para malaikat disuruh sujūd/bertahiyat kepada Ādam, kemudian Allah mengajarkan nama-nama segala benda melalui ilhāmnya.
Firman Allah s.w.t.:
وَ عَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلآئِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُوْنِيْ بِأَسْمَاءِ هؤُلآءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ
قَالُوْا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ
Artinya:
Dan Allah mengajarkan kepada Ādam nama-nama (benda) seluruhnya. Kemudian Allah mengemukakannya kepada para malaikat, lalu berfirman: Sebutkanlah (terangkanlah) kepada-Ku nama-nama mereka ini jika kalian memang orang-orang benar! Mereka menjawab: Kami akui kesucian Engkau! Tidak ada yang kami ketahui, selain dari apa yang Engkau telah ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau adalah Tuhan yang senantiasa Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (al-Baqarah: 31-32).
Ayat ini menunjukkan bahwa Nabi Ādam mengetahui nama-nama benda itu semua. Sedang para malaikat tidak mengetahuinya, sedang di dalam al-Qur’ān disebutkan, bahwa orang yang berpengetahuan lebih afdhal dari yang tidak berpengetahuan.
Firman Allah s.w.t.:
هَلْ يَسْتَوِي الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَ الَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ
Artinya:
Apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui? (az-Zumar: 9)
Di dalam al-Qur’ān, Allah menyebutkan, bahwa Allah itu menurunkan malaikat-Nya untuk menyampaikan wahyunya kepada para utusannya.
Firman Allah s.w.t.:
يُنَزِّلُ الْمَلآئِكَةَ بِالْرُّوْحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنْذِرُوْا أَنَّهُ لَا إِلهَ إِلَّا أَنَا فَاتَّقُوْنِ
Artinya:
Dia menurunkan malaikat-Nya dengan perintah-Nya untuk menyampaikan wahyu kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hambaNya yaitu: Berilah peringatan olehmu, bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah, hanyalah Aku! Sebab itu, bertaqwālah kepada-Ku. (an-Naḥl: 2).
Di dalam al-Qur’ān disebutkan, bahwa dalam sehari para malaikat dan Jibrīl menghadap kepada Allah ukuran jarak jauhnya, memakan waktu lima puluh ribu tahun, jika dilakukan oleh manusia. Hal itu menunjukkan/menggambarkan, bagaimana jauh dan tingginya alam rohani yang ditempuh oleh mereka dalam perjalanannya menghadap Tuhan.
Firman Allah s.w.t.:
تَعْرُجُ الْمَلآئِكَةُ وَ الرُّوْحُ إِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ
Artinya:
Malaikat-malaikat dan Jibrīl naik menghadap ke hadapan Tuhan dalam sehari, yang ukurannya sama dengan lima puluh ribu tahun. (al-Ma‘ārij: 4).