Malaikat Ridhwān ialah seorang malaikat yang bertugas menjaga pintu Surga. Malaikat Ridhwān termasuk salah satu dari malaikat sepuluh yang wajib diketahui dan diimankan.
Surga yang dalam bahasa al-Qur’ānnya “al-Jannah” ialah suatu tempat di Alam Akhirat yang penuh dengan bermacam-macam keni‘matan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga dan belum pernah terlintas di hati manusia.
Dalam hadits Qudsi, imam Bukhārī dan Muslim meriwayatkan sbb.:
قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَعْدَدْتُ لِعِبَادِيَ الصَّالِحِيْنَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ وَ لَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَ لَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ.
Artinya:
Allah berfirman: Aku telah menyediakan bagi hamba-Ku yang shāliḥ-shāliḥ, sesuatu yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga dan belum pernah terlintas di hati manusia. (H.R. Bukhārī Muslim)
Nama-nama Surga
Di dalam al-Qur’ān Allah s.w.t. menyebutkan dengan jelas nama-nama Surga. Maksud dari pemberian Nama-nama tersebut untuk membedakan tingkatan-tingkatannya.
Di dalam hadits disebutkan, bahwa surga itu mempunyai delapan macam tingkatan-tingkatannya.
Yaitu:
Surga “Dār-ul-Jalāl” tercipta dari mutiara putih.
Surga “Dār-us-Salām” tercipta dari yaqut merah.
Surga “Jannat-ul-Ma’wā” tercipta dari zabarjad hijau (permata hijau).
Surga “Jannat-ul-Khuld” tercipta dari marjan kuning.
Surga “Jannat-un-Na‘īm” tercipta dari perak putih.
Surga “Dār-ul-Qarār” tercipta dari emas merah.
Surga “Jannat-ul-Firdaus” tercipta dari beberapa lapisan perak, emas, yaqut, zabarjad dan berlantai kasturi.
Surga “‘Adn” tercipta dari mutiara putih berpintu dua dari emas, lebar pintu, antara keduanya sejauh luas langit dan bumi. Bangunannya terdiri dari lapisan emas dan perak. Tanahnya dari ambar. Lantainya dari kasturi. Airnya lebih dingin dari es, lebih manis dari madu. Di dalamnya terdapat sungai “al-Kautsar”, ialah sungai Muḥammad s.a.w.
Allah s.w.t. telah menyebutkan di dalam al-Qur’ān bahwa luas Surga itu seluas langit dan bumi.
Sebagaimana firman Allah:
وَ سَارِعُوْنَ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَ جَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَ الْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ
Artinya:
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari pada Tuhan. Dan bersegeralah kamu kepada Surga (ya‘ni bersegeralah mengerjakan perbuatan yang membawa kepada diampuni dosa dan diberi surga). Yang luasnya seluas langit dan bumi. Yang disediakan bagi orang-orang muttaqīn (yang bertaqwā). (Āli ‘Imrān: 133)
Firman Allah s.w.t. di dalam al-Ḥadīd:
سَابِقُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَ جَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَ الْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا بِاللهِ وَ رُسُلِهِ ذلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَ اللهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ
Artinya:
Berlomba-lombalah dalam mencapai ampunan dari Tuhanmu, menuju Surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasūl-Nya. Itulah karunia Allah, yang diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah amat besar karunia-Nya. (al-Ḥadīd: 21)
Allah menyebutkan di dalam al-Qur’ān, bahwa di dalam Surga itu ada bermacam-macam perkebunan/pohon-pohonan yang indah, rindang, buah-buahan yang banyak dan dekat serta menawan hati, yang barang siapa ingin memetiknya, ranting-ranting itu langsung mendekat sendiri.
Di antara ayat-ayat al-Qur’ān yang bisa kami kumpulkan, tentang adanya buah-buahan surga itu, sbb.:
Firman Allah s.w.t.:
فِيْهِمَا فَاكِهَةٌ وَ نَخْلٌ وَ رُمَّانٌ
Artinya:
Di dalam keduanya ada pula bermacam-macam buah-buahan, kurma dan delima. (ar-Raḥmān: 68)
Firman Allah s.w.t.:
فِيْ سِدْرٍ مَّخْضُوْدٍ
Artinya:
Mereka meni‘mati surga, yang di sana ada pohon bidara tak berduri. (al-Wāqi‘ah: 28)
Firman Allah s.w.t.:
وَ طَلْحٍ مَّنْضُوْدٍ
Artinya:
Dan pohon pisang dengan buah yang bersusun rapat. (al-Wāqi‘ah: 29).
Firman Allah s.w.t.:
وَ جَنَى الْجَنَّتَيْنِ دَانٍ
Artinya:
…..dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat. (ar-Raḥmān: 54).
Allah s.w.t. menyebutkan di dalam al-Qur’ān bahwa pohon-pohon surga itu tidak akan terhenti (putus) buahnya.
Firman Allah s.w.t.:
وَ فَاكِهَةٍ كَثِيْرَةٍ، لَّا مَقْطُوْعَةٍ وَ لَا مَمْنُوْعَةٍ
Artinya:
Buah-buahan yang melimpah-ruah, tidak putus-putusnya (tidak berhenti) buahnya dan tidak terlarang pula mengambilnya. (al-Wāqi‘ah: 32-33)
Di dalam al-Qur’ān, Allah menyebutkan bahwa di dalam surga, di samping ada sungai-sungai yang mengalir, juga terdapat gedung-gedung yang indah.
Firman Allah s.w.t.:
تَبَارَكَ الَّذِيْ إِنْ شَاءُ جَعَلَ لَكَ خَيْرًا مِّنْ ذلِكَ جَنَّاتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَ يَجْعَلْ لَّكَ قُصُوْرًا
Artinya:
Maha Pemberi Berkah, Tuhan yang jika Dia mau, niscaya dijadikan-Nya bagimu yang lebih baik dari yang demikian. Yaitu surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya dan dijadikan-Nya/dibangunkan-Nya pula untukmu istana-istana. (al-Furqān: 10)
Di dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imām Muslim dari Mu‘ādz bin Jabal dan Anas bin Mālik r.a. dari Nabi s.a.w. bahwa beliau pernah bersabda: Siapa yang membaca surat al-Ikhlāsh sepuluh kali maka Allah berkenan membangunkan baginya rumah di surga. (dari buku: Khazīnat-ul-Asrār)
Di dalam riwayat, Nabi s.a.w. bersabda: Siapa yang membaca surat al-Ikhlāsh 20x, maka Allah membangunkan baginya gedung di surga.
Selain gedung-gedung yang indah, di dalam surga terdapat pula bermacam-macam istana yang besar-besar.
Firman Allah s.w.t.:
وَ إِذَا رَأَيْتَ ثَمَّ رَأَيْتَ نَعِيْمًا وَ مُلْكًا كَبِيْرًا
Artinya:
Dan jika engkau melepas pandang di surga itu akan engkau lihat berbagai macam keni‘matan dan kemewahan yang mempersona. (al-Insān: 20)
Ibnu ‘Abbās r.a. berkata: Surga itu memiliki delapan pintu.
Pintu pertama terdiri dari emas yang berlapis mutiara. Pada pintu tersebut tertuliskan:
لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ
Itulah pintu para Nabi, para Rasūl, para Syuhadā’, dan pintu orang-orang pemurah.
Pintu kedua adalah pintu orang-orang yang mengerjakan shalat dengan wudhū’ yang baik dan menjaga rukun-rukun shalat.
Pintu ketiga ialah pintu orang-orang yang mengerjakan zakat dengan hati yang suci.
Pintu keempat ialah pintu orang-orang yang beramar ma‘rūf nahi ‘anil-munkar.
Pintu kelima ialah pintu orang yang memerangi hawa nafsu.
Pintu keenam ialah pintu orang-orang yang berhaji dan ber‘umrah.
Pintu ketujuh ialah pintu orang-orang yang berjihad.
Pintu kedelapan ialah pintu orang-orang yang taqwā yaitu orang-orang yang menjaga penglihatannya dari perkara yang dilarang, dan pintu orang-orang yang berbuat kebajikan, seperti berbakti kepada ibu bapak, dan silaturahmi serta lain-lain kebajikan.
Ada pun orang-orang yang berpuasa, mereka akan masuk surga melalui pintu “Rayyān”.
Dalam sebuah hadits, Nabi s.a.w. pernah bersabda:
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ: أَيْنَ الصَّائِمُوْنَ فَيَقُوْمُوْنَ لَا يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ. فَإِذَا دَخَلُوْا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ
Artinya:
Sesungguhnya di dalam surga ada pintu bernama “Ar-Rayyān”, masuk dari padanya orang-orang yang puasa hari kiamat. Tidak bisa masuk dari pintu itu selain orang yang berpuasa. Dipanggil oleh penjaganya: Di mana orang-orang yang berpuasa? Maka mereka sama berdiri, dan tidak bisa di situ selain mereka saja. Dan jika mereka telah selesai masuk, lalu ditutuplah, maka tak ada seorang pun yang masuk lewat pintu itu. (H.R. Bukhārī Muslim).
Dalam sebuah hadits yang diwartakan oleh Abū Hurairah r.a. Rasūlullāh s.a.w. pernah bersabda:
Ahli jihad dipanggil dari pintu jihad.
Ahli shalat dipanggil dari pintu shalat.
Ahli puasa dipanggil dari pintu ar-Rayyān.
Ahli sedekah dipanggil dari pintu sedekah.
Surga itu punya dua pintu gerbang. Dan padanya ada dua daun pintu. Yang satu terdiri dari emas, sedang yang lain terdiri dari perak. Lebar antara tiap-tiap kedua daun pintu itu seperti jarak antara langit dan bumi.
(DAQĀ’IQ-UL-AKHBĀR).
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhārī Muslim, bahwa jarak antara dau ambang pintu itu, seperti jarak antara Makkah dan Ḥajar, atau antara Makkah dan Bashrā.
Di dalam al-Qur’ān Allah menerangkan bahwa di surga itu terdapat divan-divan yang berlapis/bertatah emas dan permata.
Firman Allah:
عَلَى سُرُرٍ مَّوْضُوْنَةٍ
Artinya:
Berada di atas divan yang bertatahan emas dan permata. (al-Wāqi‘ah: 15).
Firman Allah s.w.t.:
مُتَّكِئِيْنَ عَلَى سُرُرٍ مَّصْفُوْفَةٍ
Artinya:
Mereka bersandar di atas divan-divan yang berderetan. (ath-Thūr: 20)
Firman Allah s.w.t.:
عَلَى سُرُرٍ مُّتَقَابِلِيْنَ
Artinya:
Di atas tahta-tahta kebesaran berhadap-hadapan (ash-Shāffāt: 44)
Tentang adanya bantal-bantal di surga, Allah s.w.t. menerangkannya di dalam al-Qur’ān sbb.:
وَ نَمَارِقُ مَصْفُوْفَةٌ
Artinya:
Dan bantal-bantal sandaran yang tersusun (al-Ghāsyiyah: 15)
Tentang adanya kasur dan permadani, Allah s.w.t. menerangkan sbb.:
Firman Allah s.w.t.:
وَ فُرُشٍ مَّرْفُوْعَةٍ
Artinya:
Dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk. (al-Wāqi‘ah: 34)
Dan firman Allah s.w.t.:
وَ زَرَابِيُّ مَبْثُوْثَةٌ
Artinya:
Dan permadani-permadani yang terhampar. (al-Ghāsyiyah: 16)
Tentang adanya piring-piring di surga, Allah menerangkannya sbb.:
يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِصِحَافٍ مِّنْ ذَهَبٍ وَ أَكْوَابٍ
Artinya:
Diedarkan kepada mereka (ahli surga) piring-piring dari emas, dan piala (dari emas pula). (az-Zukhruf: 71).
Tentang adanya gelas-gelas di surga, Allah s.w.t. menerangkannya di dalam al-Qur’ān sbb.:
وَ أَكْوَابٌ مَّوْضُوْعَةٌ
Artinya:
Dan gelas-gelas yang tersedia (di dekatnya). (al-Ghāsyiyah: 14)
Firman Allah s.w.t.:
بِأَكْوَابٍ وَ أَبَارِيْقَ وَ كَأْسٍ مِّنْ مَّعِيْنٍ
Artinya:
Dengan membawa gelas (piala), cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir. (al-Wāqi‘ah: 18).
Tentang adanya bejana-bejana dan piala-piala di surga, Allah menerangkannya di dalam al-Qur’ān sbb.:
وَ يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِآنِيَةٍ مِّنْ فِضَّةٍ وَ أَكْوَابٍ كَانَتْ قَوَارِيْرَا، قَوَارِيرَ مِن فِضَّةٍ قَدَّرُوهَا تَقْدِيْرًا
Artinya:
Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak, dan piala-piala yang bening laksana kaca. (yaitu) kaca-kaca (yang dibuat) dari perak yang diukir mereka dengan sebaik-baiknya. (al-Insān: 15-16).
Di dalam al-Qur’ān, ayat-ayat yang menyebutkan tentang adanya sungai di surga sebanyak kurang lebih 33 tempat.
Ada pun sifat-sifatnya sbb.:
Firman Allah s.w.t.:
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِيْ وُعِدَ الْمُتَّقُوْنَ فِيْهَا أَنْهَارٌ مِّنْ مَّاءٍ غَيْرِ آسِنٍ وَ أَنْهَارٌ مِنْ لَّبَنٍ لَّمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَ أَنْهَارٌ مِّنْ خَمْرٍ لَّذَّةٍ لِّلشَّارِبِيْنَ وَ أَنْهَارٌ مِّنْ عَسَلٍ مُّصَفًّى
Artinya:
Ada pun perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang taqwa, ialah: di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tak pernah basi, ada sungai-sungai dari susu yang rasanya tidak berubah, ada sungai-sungai dari arak yang dirasakan enak bagi yang meminumnya, dan ada sungai-sungai dari madu murni yang disaring. (Muḥammad: 15)
Disebutkan dalam sebuah hadits, bahwa Nabi s.a.w. pernah bersabda:
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ نَهْرًا يُقَالُ لَهُ رَجَبَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ وَ أَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ مَنْ صَامَ يَوْمًا مِنْ رَجَبَ سَقَاهُ اللهُ مِنْ ذلِكَ النَّهْرِ.
Artinya:
Bahwasanya di dalam surga terdapat satu sungai yang disebut Sungai Rajab. Airnya lebih putih dari pada air susu, sedang rasanya lebih manis dari pada madu. Siapa yang puasa satu hari di bulan Rajab, maka Allah berkenan memberikan minuman dari sungai itu.
Dalam sebuah hadits disebutkan: Bahwa Nabi s.a.w. pernah bersabda: Ku lihat di malam Mi‘rāj, ada suatu sungai, yang mana airnya lebih manis daripada madu, lebih dingin daripada es, baunya lebih harum daripada misik. Lalu aku bertanya kepada Jibrīl: Buat siapa sungai ini?
Jibrīl menjawab: Buat siapa saja yang senantiasa membaca salawat kepada Engkau di bulan Rajab. (dari kitab: Durrat-un-Nāshiḥīn).
Diriwayatkan bahwa Rasūlullāh s.a.w. bersabda: Pada malam perjalananku ke langit, diperlihatkan kepadaku semua surga. Maka aku melihat empat macam sungai: Sungai air, sungai susu, sungai khamar, sungai madu jernih. Hal itu sebagaimana tersebut di dalam al-Qur’ān pada surat Muḥammad ayat: 15 (lihat keterangan di atas). Lalu aku bertanya kepada Jibrīl: Dari mana air ini bersumber dan ke mana mengalir? Jibrīl menjawab: Mengalir ke kolam al-Kautsar, tetapi aku belum mengetahui dari mana air ini bersumber. Coba kutanyakan lebih dahulu kepada Tuhanmu. Kemudian datanglah seorang malaikat dan berkata kepadaku: Hai Muḥammad, pejamkanlah matamu! Tiba-tiba aku berada di dekat sebuah pohon, sedang di sisinya terdapat sebuah Qubbah yang terdiri dari mutiara putih, sedang pintunya terdiri dari yāqūt hijau dan kuncinya dari emas merah.
Jika dunia seisinya ini diletakkan di atas qubbah itu, maka dunia seisinya ini akan seperti burung yang hinggap di atas gunung, atau seperti telur yang diletakkan di atas gunung. Aku melihat sungai-sungai itu mengalir dari bawah qubbah. Ketika aku hendak kembali, berkatalah malaikat itu, menyuruhku memasukinya.
Aku bertanya: Bagaimana aku bisa masuk, sedang pintunya terkunci?
Berkata si malaikat: Kuncinya berada di tanganmu. Yaitu lafazh:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Maka aku mengucapkan Bismillāh-ir-Raḥmān-ir-Raḥīm. Tiba-tiba terbukalah pintu qubbah itu dan masuklah aku ke dalamnya. Maka aku menyaksikan dari ke empat sudutnya mengalir empat sungai itu. ketika aku akan pulang, si malaikat itu menunjukkan aku tulisan Bismillāh-ir-Raḥmān-ir-Raḥīm tertulis di atas sudut-sudut itu airnya bersumber dari lafazh Bismillāh-ir-Raḥmān-ir-Raḥīm. Sungai air bersumber dari Mīm lafazh Bismillāh, Sungai susu bersumber dari Hā’ lafazh Allāh. Sungai khamer bersumber Mīm lafazh ar-Raḥmān. Sedang sungai madu bersumber dari Mīm lafazh ar-Raḥīm.
Maka tahulah aku bahwa sumber-sumber sungai itu berasal dari lafazh:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Kemudian Allah berfirman: Hai Muḥammad! Barang siapa dari ummatmu yang menyebut-Ku dengan nama-nama ini, akan Ku beri minum dari sungai-sungai ini. (dari buku: Misykāt-ul-Anwār).